Ova Emilia
Ova Emilia (lahir 19 Februari 1964) adalah seorang guru besar ilmu Pendidikan Kedokteran pada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM serta rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terpilih pada 20 Mei 2022, setelah sebelumnya bersaing melawan Bambang Agus Kironoto dan Deendarlianto.[1] Ia adalah rektor perempuan kedua UGM setelah Dwikorita Karnawati yang menjabat periode 2014-2017 dan dilantik secara resmi menjadi rektor UGM pada 27 Mei 2022.[2][3] Sebelumnya, ia adalah dekan FKKMK UGM Periode sejak 2016 hingga 2022.[4][5][6] Kehidupan pribadiIa adalah anak dari Prof. Zaini Dahlan yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia dan UIN Sunan Kalijaga. Ia menikah pada tahun 1990 dengan pria yang berasal dari Korea Selatan yaitu Jang Keun Wong yang telah menjadi Islam dan memiliki nama Abdul Nasir.[7][8] Dari pernikahan mereka memiliki empat orang anak yang terdiri dari dua putri dan dua putra di mana salah satu putrinya mengikuti jejaknya sebagai dokter.[9][10] Ia adalah alumni SMP Negeri 5 Yogyakarta, SMA Negeri 1 Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Universitas Dundee dan Universitas New South Wales.[7] Ia menyelesaikan pendidikan dokter spesialis di bidang Obstetri Ginekologi dan dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan subspesialis (Konsultan) di bidang Obstetri Ginekologi Sosial.[11] Terkait LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara), per 31 Agustus 2022 beliau tercatat memiliki kekayaan sebesar Rp 29,2 milyar.[12] KarierDokter dan Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah MadaIa bergabung menjadi dosen sekaligus dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada tahun 1990. Ia bergabung sebagai anggota departemen obstetrik dan ginekologi.[13] Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah MadaIa menjadi dekan beberapa bulan setelah penobatannya sebagai guru besar (profesor) pada 21 April 2016 dengan judul “Pendidikan Kedokteran : Perkembangan dan Tantangan”.[14][15] Sebelum menjadi dekan, posisinya adalah Wakil Dekan bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni.[14] Ia kemudian dilantik sebagai dekan untuk periode 2016-2021. Ketika menjadi dekan, Ia membentuk kurikulum bagi dokter untuk pelayanan KB yang menjadi model pelatihan yang diangkat secara nasional dan diterapkan di Fakultas Kedokteran di Indonesia.[16] Selain menjadi dekan, Ia juga menjabat sebagai Ketua INDOHUN (Indonesia One Health University Network) atau jaringan universitas yg memiliki fokus pada penerapan konsep One Health (kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan) di Indonesia.[13][17] Ia pernah termasuk ke dalam 1000 ilmuan Indonesia versi Google Cendekia.[18][19] Rektor Universitas Gadjah MadaIa maju sebagai calon Rektor Universitas Gadjah Mada periode 2022-2027 dengan dukungan dari beberapa rekan seperti beberapa dekan meskipun maju pada saat masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan.[20] Ia terpilih sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada periode 2022-2027 menggantikan Prof. Panut Mulyono dengan mengalahkan dua calon dari Fakultas Teknik yaitu Prof. Bambang Agus Kironoto dan Prof. Deendarlianto. Salah satu program kerjanya adalah tidak ada mahasiswa yang putus kuliah akibat UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang tinggi, tidak ada kasus kekerasan seksual dalam lingkungan kampus, serta menghasilkan 1.500 brief policy yang dapat digunakan masyarakat umum sehingga Universitas Gadjah Mada tidak hanya menjadi kampus menara gading tetapi kampus yang berguna bagi masyarakat sekitar melalui penelitian atau riset yang hilirisasi ke inovasi serta menyelesaikan persoalan yang dihadapi bangsa.[20][21][22] Selain itu, Ia berkomitmen untuk memperkuat pendalaman dan penanaman jati diri UGM sebagai Universitas Pancasila, Universitas Nasional, Universitas Perjuangan, Universitas Kerakyatan, dan Universitas Pusat Kebudayaan di lingkungan internal serta menerapkannya di era modern.[16][20] Ia juga berkomitmen untuk menjadikan UGM sebagai kampus yang bebas dari kekerasan seksual.[23] Komitmen lainnya adalah menegakkan status UGM sebagai kampus perjuangan dan kampus Pancasila melalui menjaga kebhinekaan dan inklusivitas serta mewujudkan personalizing education dan education without borders.[24] PandanganIa mengajak peran serta orang tua untuk berperan aktif melawan stunting pada generasi muda terutama bayi dan anak-anak.[25] Selain itu, Ia juga menyatakan bahwa angka stunting dan kematian ibu mengandung di Indonesia masih tinggi.[26] Dana Abadi Perguruan TinggiKetika Kemendikbudristek meluncurkan dana abadi perguruan tinggi pada 27 Juni 2022, Ia menyambut positif program ini dengan harapan dapat membantu meningkatkan kualitas perguruan tinggi (UGM dan perguruan tinggi lainnya) terutama di dalam kontribusi di tingkat dunia.[27] Penghapusan Seleksi MandiriTerkait kasus korupsi yang menimpa Rektor Universitas Lampung, Karomani, yang disebabkan oleh penerimaan mahasiswa jalur mandiri yang akan dihapus karena dianggap sebagai sumber korupsi di perguruan tinggi, Ia menyatakan ketidaksetujuan terhadap penghapusan jalur mandiri. Menurutnya, hal tersebut terlalu berlebihan dan seperti membakar lumbung.[28] Ia menjelaskan dasar argumennya bahwa seleksi mandiri telah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri. Di dalam aturan tersebut, perguruan tinggi negeri atau PTN diberikan diskresi terkait penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. Ia juga menambahkan bahwa UGM tetap berada pada jalur tersebut secara teguh dengan kuota sebesar 40 % dan dilaksanakan secara akuntabel dan transparan (melalui SOP) serta masih banyak terdapat sisi positif dari jalur mandiri tersebut terutama untuk PTN yang baru berdiri.[29] Sebab, seleksi mandiri bisa jadi solusi pendanaan PTN tanpa harus membebani APBN. Selain itu, seleksi mandiri bisa menjadi ruang bagi calon mahasiswa dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), atlet, seniman, dan lainnya. Selain itu, seleksi mandiri bisa sebagai pemerataan pendidikan di Indonesia.[30] Ia juga berpendapat bahwa kasus yang terjadi di Universitas Lampung dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk perbaikan seleksi mandiri di Perguruan Tinggi terutama pada sisi tata kelola seleksi masuk perguruan tinggi negeri supaya jauh lebih transparan dan akuntabel.[28][29] Orang Tua ModernIa beranggapan bahwa gadget dan hubungan antara orang tua dan anak perlu mendapat perhatian di era modern terutama interaksi antara orang tua dan anak.[31] Karya TulisBuku[11]
Pranala luar
Referensi
|