Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Operasi penyelamatan Kapal Wakatoa

Operasi Penyelamatan Kapal Wakatoa adalah Operasi penyelamatan Kapal Wakatoa yang terombang ambing di laut Selat Sunda oleh Skadron Udara 6. Kapal yang membawa 41 orang penumpang termaksud didalamnya terdapat rombongan Dirjen Pertambangan Umum Kuntoro Mangunsubroto dan Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral Adjad Sudrajat dalam rangka peninjauan aktivitas gunung Krakatau.[1]

Para penumpang Kapan Wakatoa dalam keadaan darurat karena sudah kehabisan makanan dan minuman. Oleh karena itu Kapal mengirimkan signal SOS dan beruntung pukul 03.30 WIB hari Minggu 1 September 1976, Komandan Skadron Udara 6 Letkol Pnb M Barkah di Lanud Atang Sandjaja menerima signal SOS Kapal Wakatoa.[1]

Skadron Udara 6 langsung menyiapkan pesawat helikopter NBO-105 yang diawaki oleh Kapten Pnb Hari Mursanto dan lettu Pnb Arief Widianto untuk melaksanakan operasi SAR terhadap Kapal Wakatoa. Menyusul helikopter Sikorsky S-58 Twinpac yang diawaki Kapten Pnb Sugianto dan Kapten Pnb Agung yang dilengkapi hoist permanen dengan daya angkut 600 pon dengan membawa 4 drum bahan bakar langsung menuju Pantai Carita yang akan dijadikan pangkalan operasi SAR.[1]

Heli terbang menuju sasaran dengan ketinggian 3.000 kaki. Kapten Pnb Hari Mursanto mencoba berhubungan melalui frekuensi radio : " Wakatoa, wakatoa disini heli rescue, mohon posisi anda."[1]

Usaha tersebut berhasil dibalas oleh Kapal Wakatoa : " Disini Wakatoa, disini wakatoa, mohon dikirim bantuan. Posisi saya berada enam mil arah tenggara Pulau Krakatau, sejak kemarin kami tidak makan, ada dua penumpang kritis, seluruhnya ada 36 penumpang dan 5 ABK."[1]

Berdasarkan informasi tersebut Heli NBO-105 terbang ke arah tenggara Pulau Krakatau. Dan benar diatas terlihat Kapal Wakatoa yang terombang-ambing. Heli NBO-105 perlahan-lahan menurunkan ketinggian sembari berkomunikasi dengan ABK : " Wakatoa apakah anda melihat kami ?." Yang kemudia di jawab : " Ya, kami lihat anda."[1]

Pukul 07.45 WIB Lettu Pnb Arief melihat salah satu kapal SAR Gunung Batu. Pukul 07.55 kontak terjadi antara Heli NBO-105 dan Kapal Gunug Batu : "Saya akan arahkab anda ke kapal emergency," ujar Kapten Pnb Hari kepada Kapal Gunung Batu.[1]

Kapten Pnb Hari mengkontak Lanud Atang Sandjaja minta bantuan Helikopter Puma untuk evakuasi penumpang bersama Heli S-58 yang stanby di Pantai Carita.[1]

Kapten Pnb Hari menginformasikan kepada Kapten Kapal Wakatoa bahwa ia akan terbang ke Pantai Carita menurunkan Lettu Pnb Arief untuk kemudian mengambil dua penumpang kapal yang keadaannya kritis.[1]

Setibanya di Pantai Carita pintu NBO-105 dicopot kemudian bersama Helikopter Twinpac kembali menuju Kapal Wakatoa untuk evakuasi penumpang, dilokasi ternyata penumpang sudah di evakuasi ke Kapal Gunung Batu dan dibawa ke Cidungur.[1] Sementara satu ABK diangkut NBO-105 dan empat ABK menunggu dikapal dengan perbekalan makanan dan minuman yang cukup.[1]

ABK yang diangkut Heli NBO-105 menerangkan penyebab mesin kapal tidak hidup karena ada penyumbatan dalam pipa bahan bakar menuju mesin. Awak tersebut dibawa ke Pantai Carita untuk mencari komponen yang rusak.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l Sejarah Angkatan Udara Indonesia (1970-1979) Jilid IV. Jakarta: Dinas Penerangan Angkatan Udara. 2007. hlm. 166–169. 
Kembali kehalaman sebelumnya