Nippon Sharyo
Nippon Sharyo, Ltd. (日本車輌製造株式会社 , Nippon Sharyō Seizō Kabushiki-gaisha, secara harafiah berarti "Perusahaan Produksi Kendaraan Jepang"), (TYO: 7102), didirikan pada tahun 1896, adalah sebuah produsen bakal pelanting besar yang berkantor pusat di Nagoya, Jepang. Pada tahun 1996, perusahaan ini menyingkat namanya menjadi "日本車両" Nippon Sharyō. Singkatan terpendeknya adalah Nissha "日車". Saham Nippon Sharyo masuk dalam indeks Nikkei 225 hingga tahun 2004. Saham Nippon Sharyo tercatat di Bursa Efek Tokyo dan Bursa Saham Nagoya. Pada tahun 2008, Central Japan Railway Company (JR Central) menjadi pemegang saham mayoritas (50.1%) Nippon Sharyo, dan menjadikannya sebuah "anak usaha terkonsolidasi". Pada bulan Juli 2012, Nippon Sharyo USA mulai menggunakan pabrik barunya di Rochelle, Illinois. Pabrik ini kemudian ditutup pada akhir bulan Oktober 2018, karena sepinya pesanan.[1][2] Proyek besarJepang
ArgentinaBrazilKanada
Filipina
SingapuraTaiwanAmerika Serikat
IndonesiaKereta rel listrik Rheostatik (Kereta ini juga dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries dan Hitachi):
Semua KRL Rheostatic sudah tidak dioperasikan di Jabodetabek dan menunggu dibesituakan. KRD MCW 301 dan KRD MCW 302 untuk jarak dekat Surabaya-Lamongan, Surabaya-Sidoarjo, dll.
KRD MCW 301 dan 302 awalnya menggunakan mesin Shinko DMH17H dan transmisi Niigata TCR 2.5 Catatan: KRD yang dibuat pada tahun 1976 kini digunakan sebagai kereta biasa dan ditarik lokomotif. KRD buatan tahun 1978, 1980, dan 1982 ke atas direhabilitasi dengan Mesin Cummins (NT885-R) dan transmisi T211re.3. Bakal pelanting baru yang dikenal dengan nama MRTJ Seri 1000, dibuat khusus untuk MRT Jakarta[6] Masa perangNippon Sharyo, pada tahun 1936, membuat lokomotif uap JNR Kelas C56 bernomor C56 31, yang digunakan pada tahun 1943 untuk membuka Thai-Burma Railway, sebagaimana digambarkan dalam film The Bridge Over the River Kwai. Jalur tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 tahanan perang dan pekerja paksa. Lokomotif tersebut kini dimuseumkan di Museum Perang Yasukuni di Tokyo. Sekelompok veteran Jepang menggalang dana untuk memindahkan lokomotif tersebut dari Burma ke Jepang pada tahun 1979. Selama Perang Dunia II, Nippon Sharyo, seperti perusahaan besar asal Jepang yang lain, juga mempekerjakan tawanan perang untuk menjaga produksi. Tawanan-tawanan tersebut bertempat tinggal di sebuah penampungan di Narumi.[7] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Nippon Sharyo.
|