Ngadirejo adalah desa di kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah, Indonesia.
Desa Ngadirejo
Kecamatan Reban Kabupaten Batang, terletak di Kabupaten bagian selatan di
lereng utara pegunungan Dieng. Di atas ketinggian 740 meter dpl. Bersuhu sejuk
18 – 20 derajat Celsius. Bercorak perdesaan agraris pegunungan. Berjarak 45 km
dari Ibu Kota Kabupaten, 3 km dari ibu Kota Kecamatan. Dari Jalan Pantura
Banyuputih (Alas Roban) berjarak 20 km ke arah selatan melewati Limpung,
Sojomerto dan Reban.
Desa
ini memiliki keunikan sangat menonjol. Sebab merupakan titik temu antara dialek Jawa Wetan
(Kedaton) dan Jawa Kulon (Banyumasan atau Tegalan). Sekaligus titik temu budaya
Jawa Pesisiran (Pantura) dan Jawa Pedalaman (Dataran tinggi Dieng).
Desa
Ngadirejo terdiri lima dukuh, yaitu Ngadirejo Krajan, Nawangsari, Rejosari,
Pringombo dan Wonokerto. Tiga dukuh bagian utara (Ngadirejo, Nawangsari dan
Rejosari) menggunakan dialek semu dengan akhiran vokal “ ê “ (ditekan)
sebagaimana lazim di sebagian besar wilayah perdesaan di Batang. Sementara, di
dua dukuh bagian selatan (Pringombo dan Wonokerto) menggunakan dialek dengan
akhiran vokal “a” sebagaimana dialek Banyumasan atau Tegalan.
Sebagai
contoh, pengucapan lafadz “sego” untuk Jawa Wetan berubah menjadi “sega” untuk
Jawa Kulon, maka di Batang akan diucapkan “segê” dengan pengucapan ê ditekan
berat. Begitu pula untuk lafadz “gulo” berubah
menjadi “gula” dan oleh Masyarakat Batang menjadi “gulê”. Fenomena semiotik ini menarik untuk dikaji
lebih dalam menjadi “dialek MBatangan” yang ternyata berbeda dengan dialek Jawa
Wetan maupun Kulon.
Memang,
wilayah Kabupaten Batang secara keseluruhan merupakan titik temu Bahasa dan Budaya. Dan ternyata,
secara geografis, titik temu itu tepat berada di desa Ngadirejo. Meskipun
secara geografis tidak tepat berada di tengah-tengah antara pantai utara dan
pantai selatan, namun dalam budaya dan semiotika tepat berada di titik
kulminatif. Yang menarik, justru ketika ditarik garis ukur pada peta satelit,
antara pulau Jawa ujung kulon dan ujung wetan, Ngadirejo nyaris berada di
tengah-tengah pada jarak 530 km. Sungguh
fakta yang unik dan menarik. Sehingga tidak mengherankan jika Ngadirejo
ditahbiskan sebagai “The Heart of Java” (hatinya pulau Jawa).
Fakta
geografis itu menjadi semakin jelas
ketika menjadi titik temu dalam semiotik dan budaya Jawa. Dalam perspektif
budaya, tampak pula pertemuan antara Jawa Pesisiran di Ngadirejo bagian utara
dan Jawa Pedalaman di Ngadirejo bagian selatan. Sebagaimana lazim dalam kajian
budaya jawa, tradisi pesisiran lebih cenderung berwatak kosmopolit, terbuka dan
egaliter. Sedang budaya pedalaman lebih berwatak tertutup dan otokrat.
Sebagai
contoh, tradisi “cukuran gembel” ada di Ngadirejo Bagian selatan dan tidak ada
di bagian utara. Cukuran Gembel adalah tradisi Jawa Pedalaman sebagaimana ada
di Dataran Tinggi Dieng. Demikian pula dalam perspektif antropologis,
Masyarakat Ngadirejo utara lebih terbuka dalam berinteraksi sebagaimana
masyarakat pesisiran pada umumnya, berbeda dengan di bagian selatan.
Fenomena
ini perlu di kaji pula dalam perspektif sejarah. Batang memiliki situs-situs
sejarah yang lebih tua dari Borobudur. Seperti prasasti Sojomerto, situs
Silurah, situs Blado dan lain-lain. Fakta ini menjadi dasar kajian para
sejarawan bahwa Batang diperkirakan pernah menjadi pusat pemerintahan Jawa
Kulo. Kerajaan Keling (Kalingga) dengan
Ratu Sima yang cantik jelita sebagai rajanya, diisinyalir berpusat di
Batang. Demikian pula Kerajaan Medang Kamulan, ketika era Jawa Tengah, konon
berpusat di Batang. Sehingga, nama gunung di Batang selatan dikenal Gunung
Kemulan.
Masih
banyak lagi hal-hal menarik di sekitas Gunung Kemulan. Misalnya cerita Legenda
Ken Sari dengan tokohnya Singo Putih dan Singo Welang. Latar cerita ini berada di Gunung Kemulan dan
desa-desa sekitar, seperti Ngadirejo, Tambakboyo dan Adinuso. Cerita ini,
beberapa tahun lalu pernah ramai dalam sandiwara radio dan sempat di
sinetronkan oleh sebuah TV swasta Nasional. Ngadirejo yang berada 3 km di
lereng utara Gunung Kemulan itu, semakin menarik ketika dikaji melalui aspek
kesusasteraan ini.
http://www.wisatangadirejo.blogspot.com/2015/01/profil-desa.html
http://www.chordlay.com Diarsipkan 2020-01-12 di Wayback Machine.
http://www.obatapasaja.com Diarsipkan 2015-06-23 di Wayback Machine.