Narayana atau Narayan adalah nama dalam bahasa Sanskerta yang ditujukan untuk menyebut Wisnu, dan dalam banyak bahasa daerah kontemporer nama India umum. Narayana juga diidentifikasi sebagai Purusha. Dalam beberapa sastra Purana terdapat pandangan berbeda yang menyangkut dengan Narayana. Dalam Kurmapurana ia diidentifikasikan dengan Brahman dan Krishna-Wisnu, tetapi dalam Brahma Purana Vaivarta Narayana dianggap berbeda dari Krishna dan juga dianggap sebagai bagian dari Krishna.[1]
Narayan adalah salah satu dari banyak nama Tuhan, seperti yang termuat di dalam Weda. Krishna adalah inkarnasi dari Dewa Wisnu sebagaimana disebut di dalam Mahabharata, juga memiliki banyak nama. Maharsi Bhisma, kakek dari Pandawa dan Kurawa, dari atas ranjang kematiannya di padang Kurusetra, menjawab pertanyaan Yudhistira tentang Tuhan, menyebutkan 1000 nama Tuhan sebagai Sahastranam Wisnu. Di sini, Sri Kresna berdiri sebagai Tuhan dalam wujud manusia di hadapan Bhisma. Nama ke-244 dalam Sahastranam Wisnu adalah Narayana, Hrsikesa, Kesawa, Madhawa, Achuta yang mana nama-nama tersebut telah digunakan Arjuna untuk menyebut Sri Kresna dalam Bhagawad Gita. Intinya adalah tidak ada perbedaan antara Kresna dengan Narayana. Setiap nama merupakan sifat-sifat Tuhan sebagaimana yang kita kenal.
Dalam Mahabharata Krishna sering disebut sebagai Narayana dan Arjuna sebagai Nara.[2] Epik ini mengidentifikasi mereka berdua dalam bentuk jamak 'Krishna', atau sebagai bagian dari inkarnasi Wisnu sebelumnya, mengingat identitas mistis mereka sebagai Nara-Narayana.[3]
Etimologi
Dalam bahasa Sanskerta, nama lain dari air adalah 'Naara'. Mahadewa Wisnu yang tempat istirahat ('Ayana') adalah 'Naara' karena itu disebut Naarayana. "Naara" juga berarti entitas hidup (Jiwa). Oleh karena itu, makna lain dari Naarayana adalah 'tempat istirahat untuk semua entitas hidup'. Hubungan dekat Narayana dengan air menjelaskan penggambaran Narayana dalam seni Hindu sedang berdiri atau duduk di samudra. Pengejawantahan penting dari Narayana adalah "Maha Menjadi yang merupakan dasar dari semua orang".[4]
*Anggapan bahwa Buddha dan Baladewa sebagai awatara Wisnu kesembilan tergantung tradisi. Buddha lebih diutamakan di India Utara, sementara Baladewa lebih diutamakan di India Selatan.