Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Museum Nyah Lasem

Museum Nyah Lasem
Peta
Didirikan2016
LokasiGang Karangturi V No. 2, Desa Karangturi, Lasem, Kabupaten Rembang
JenisMuseum khusus

Museum Nyah Lasem adalah museum khusus yang terletak di Gang Karangturi V No. 2, Desa Karangturi, Lasem, Kabupaten Rembang. Museum ini didirikan dengan tujuan untuk mengingat kembali kehidupan para nyonya dan keluarga keturunan Tionghoa di rumah kuno Lasem. Bangunan museum ini berupa rumah gladak Jawa yang terbuat dari kayu dan sudah ada sejak tahun 1850.

Nama museum ini terdiri atas kata Nyah dan Lasem. Kata Nyah/Nyonyah/Nyonya merupakan sapaan kepada perempuan keturunan Tionghoa, sedangkan Lasem merujuk pada lokasi museum berada, yaitu Kecamatan Lasem. Museum Nyah Lasem memiliki beragam koleksi, tetapi koleksi unggulannya adalah foto-foto nyonya yang pernah tinggal di Lasem dan arsip surat perdagangan Batik Lasem.

Pendirian

Seorang Nyonya Tionghoa di Jawa, circa 1870.

Pendirian museum ini berawal dari dialog antara Baskoro BD alias Mas Pop, pendiri Rembang Heritage Society, dengan A. Soesantio. Soesantio memiliki sebuah bangunan yang dimiliki keluarga besarnya sejak tahun 1850 dan difungsikan sebagai museum milik keluarga. Sejak dikontrak oleh tetangganya, rumah ini belum juga diserahkan kembali dan tanpa ada kejelasan. Saat Soesantio mengetahui kegiatan Baskoro dalam komunitas warisan budaya, ia kemudian memutuskan untuk mengajak Baskoro menyelesaikan masalah tersebut. Pada akhirnya, bangunan itu dimanfaatkan sebagai museum dengan nama Nyah Lasem.[1]

Kata Nyah singkatan dari Nyonya/Nyonyah, biasa digunakan untuk memanggil perempuan keturunan Tionghoa, sedangkan Lasem merujuk pada lokasi museum berada. Museum Nyah Lasem didirikan dengan tujuan untuk mengingat kembali kehidupan nyonya-nyonya dan keluarga keturunan Tionghoa di rumah kuno Lasem.[2]

Museum Nyah Lasem mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 2016. Mulanya, pengunjung harus menghubungi Baskoro—sebagai pemandu—terlebih dahulu ketika akan berkunjung. Namun, kini hal tersebut tidak wajib dilakukan lagi.[2] Museum ini berada di bawah kepemilikan A. Soesantio dan dikelola oleh Yayasan Lasem Heritage.[3] Pada November hingga Desember 2021, pengelola Museum Nyah Lasem mengadakan beberapa kegiatan seni budaya seperti pameran seni “Cerita Nyah Lasem” serta pameran foto “Tridaya” sebagai upaya mempromosikan museum tersebut.[2]

Bangunan

Museum Nyah Lasem terletak di Gang Karangturi V No. 2, Desa Karangturi, Lasem, Kabupaten Rembang.[2][3] Bangunan museum ini berupa rumah gladak Jawa peninggalan keluarga Tionghoa yang dimiliki oleh A. Soesantio. Ia mewarisi rumah ini dari orang tuanya yang merupakan keturunan Tio Oen Hien dan Go Radjin Nio. Menurut Baskoro alias Mas Pop, leluhur Soesantio merupakan pemilik perusahaan batik Tio Swan Sien.[2]

Rumah gladak Jawa tersebut terbuat dari kayu dengan beranda depan berstruktur kuda-kuda kayu khas Tiongkok berwarna hijau. Di dalamnya terdapat ruangan dengan deretan foto-foto dan diperkirakan pernah digunakan sebagai ruang tamu. Di sisi kanan dan kiri ruang depan tersebut masing-masing ada kamar dengan ukuran yang sama, dan di bagian belakangnya ada satu ruang dengan desain memanjang. Terdapat satu beranda lagi di bagian belakang, tetapi tidak terlalu luas.[2] Selain bangunan utama yang dijadikan museum, di samping kiri terdapat rumah penginapan yang memiliki dua kamar.[3][4]

Koleksi

Museum Nyah Lasem memiliki koleksi yang cukup beragam, seperti kain batik tulis khas Lasem, foto-foto kuno, buku-buku kuno, peralatan membuat batik, arsip-arsip, serta peralatan rumah tangga yang digunakan di Lasem pada masa lalu. Koleksi ditampilkan rapi dan dilengkapi keterangan pada setiap koleksinya. Museum ini tidak membatasi siapapun yang ingin menyumbangkan koleksi. Koleksi unggulan yang dipamerkan berupa foto-foto nyonya yang pernah tinggal di Lasem dan arsip surat perdagangan Batik Lasem.[3]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Winandari, dkk. 2022, hlm. 254–255.
  2. ^ a b c d e f Senjaya 2021, Museum Nyah Lasem.
  3. ^ a b c d Rusmiyati, dkk. 2018, hlm. 410.
  4. ^ Prodjo 2017, Menginap di Bangunan.

Media daring

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya