Muningsyah dari Pagaruyung
Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Muningsyah disebut juga dengan Sultan Arifin Muningsyah (lahir di Pagaruyung pada 1745, wafat di Pagaruyung Agustus 1825) adalah Raja Pagaruyung terakhir sebelum digantikan oleh Sultan Alam Bagagarsyah, menjadi Regent Tanah Datar .[1] BiografiSejak tahun 1803 telah timbul gejolak persengketaan antara kaum Padri dengan kaum Adat di beberapa nagari yang berada dalam kawasan kerajaan Pagaruyung,[2] puncaknya pada tahun 1815, kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang ibu kota kerajaan Pagaruyung,[3] dan menyebabkan Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri ke Lubukjambi.[4] Sultan Arifin Muningsyah dan cucunya berhasil menyelamatkan diri, walau dua orang putranya terbunuh akibat peperangan tersebut.[1] Saat Thomas Stamford Raffles berhasil mencapai Pagaruyung pada tahun 1818, ia hanya menyaksikan puing-puing istana yang telah mengalami pembakaran akibat peperangan yang terjadi.[5] Setelah Belanda berhasil mengambil alih Pagaruyung, pada tahun 1824 Letnan Kolonel Raaff berhasil mengetahui keberadaan Sultan Arifin Muningsyah dan kemudian memintanya untuk kembali ke Pagaruyung. Sewaktu raja Pagaruyung itu sampai di Minankabau, ia menyaksikan salah seorang kemenakannya Sultan Tangkal Alam Bagagar telah dinaikan Belanda menjadi Regent Tanah Datar.[4] Selain itu kebijakan pemerintah Hindia Belanda terhadap kedaulatan kerajaan Pagaruyung sudah berubah semenjak tahun 1821.[6] Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Dunia Muningsyah wafat pada bulan Agustus 1825pada usia 80 tahun dan digantikan oleh kemenakannya yakni Sultan Alam Bagagarsyah, dan dimakamkan di Pagaruyung.[1] Rujukan
Lihat juga
|