Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Mulian Menyelamatkan Ibunya

Mulian di Neraka (ilustrasi kontemporer) [1]

Mulian Menyelamatkan Ibunya (Hanzi: 目連救母; Pinyin: Mùlián jiù mǔ), atau Mulian Menyelematkan Ibunya Dari Neraka adalah sebuah cerita Buddhis Tionghoa populer yang berasal dari abad ketiga Era Umum, terinspirasi oleh cerita dari India mengenai Maudgalyayana, yang diberi nama Mulian dalam cerita-cerita Tionghoa. Mulian, seorang bhikkhu yang saleh, mencari bantuan Sang Buddha untuk menyelamatkan ibunya, yang telah jatuh ke alam nerakan yang paling rendah dan paling menyakitkan sebagai buah karma atas kesalahan-kesalahannya. Mulian tidak dapat menyelamatkannya dengan upaya pribadinya, namun sebaliknya diinstruksikan oleh Sang Buddha untuk mempersembahkan makanan dan dana kepada para bhikkhu dan biara pada hari kelima belas bulan ketujuh Imlek, yang memelopori Ulambana (Hanzi: 鬼節; Pinyin: guijie). Bakti bhikkhu tersebut kepada ibunya meyakinkan orang Tionghoa bahwa Buddhisme tidak merusak nilai Konfusius mengenai bakti dan membantu membuat Buddhisme menjadi sebuah agama orang Tionghoa.

Cerita ini berkembang dalam banyak variasi dan muncul dalam berbagai bentuk. Naskah-naskah Dinasti Tang yang ditemukan di awal abad kedua puluh di Dunhuang di Gansu mengungkapkan cerita-cerita yang beraneka ragam dalam bentuk chuanqi ("transmisi aneh") atau bianwen ("kisah transformasi"). Mulian dan ibunya tampil di atas panggung dalam opera, terutama opera rakyat, dan telah menjadi subjek film dan serial televisi. Cerita ini menjadi bagian standar layanan pemakaman Buddhis, terutama di pedesaan, sampai akhir abad ke-20. Legenda ini menyebar dengan cepat ke bagian Asia Timur lainnya, dan merupakan salah satu cerita yang paling awal yang ditulis dalam Sastra Korea, Vietnam, dan Jepang.[2]

Sebuah versi dari legenda ini yang mengganti Mulian (Pali: Moggallāna) dengan temannya, Sāriputta, tercata dalam Petavatthu Theravāda dan merupakan dasar kebiasaan mempersembahkan makanan kepada hantu kelaparan dan Ulambana dalam budaya Kamboja, Sri Lanka, Thailand, dan Laos.[3] [4]

Terjemahan

Referensi

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya