Muchtar Hasbi
Sri Alam dr. Muchtar Yahya Hasbi (4 Juni 1940 – 13 Agustus 1980) adalah tokoh pejuang GAM. Ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Aceh Merdeka yang pertama. BiografiSosok dr. Muchtar Hasbi tidak begitu dikenal publik. Namun ia merupakan tokoh penting dalam struktur Aceh Merdeka (AM). Deklarator Aceh Merdeka Dr. Tengku Hasan di Tiro menempatkan dr. Muchtar sebagai wakil wali neugara dalam struktur Aceh Merdeka. “Seumur hidup, kami tidak pernah bertemu lebih dari beberapa hari, akan tetapi dia adalah saudara sejiwa dan senyawa dengan saya--dan berjuta orang Aceh yang berperasaan seperti ini,” tulis Tengku Hasan di Tiro dalam buku The Price of Freedom; The Unfinished Diary. dr. Zaini Abdullah yang saat ini menjabat Gubernur Aceh, menilai sahabat seperjuangannya sangat teguh pendirian dan setia pada perjuangan Aceh Merdeka. “dr. Muchtar Hasbi adalah seorang yang teguh prinsip dimana perjuangan Aceh Medeka pada awalnya dimulai,” ujar Zaini Abullah saat memberi kesannya pada peluncuran buku Perjuangan Janda Mantan Perdana Menteri Aceh Merdeka (Catatan Azimar, Istri Dr. Muchtar Y Hasbi) di Aula FKIP Unsyiah. Menurut Zaini kebersamaan dengan Muchtar Hasbi telah terjalin sejak mereka sama-sama mengambil ilmu spesial di Fakultas Kedokteran Unsyiah. Tapi keduanya tidak pernah meraih gelar spesialis. “Waktu itu saya tidak mendapat spesial dan kami memutuskan untuk mengambilnya di ‘gunung’. Kami berjuang untuk kebenaran dan keadilan, dan merasakan pahit getir selama masa itu,” kata Zaini yang juga mantan Menteri Kesehatan Aceh Merdeka. Di mata Zaini, sosok Muchtar Hasbi adalah pejuang setia. Ia meninggalkan semua kehidupan materi, isteri dan tiga anaknya yang masih kecil untuk berjuang membebaskan tanah kelahirannya dari ketidakadilan pemerintah. “Almarhum juga memiliki kesamaan dengan Tengku Hasan di Tiro yang meninggalkan anaknya yang berusia enam tahun dan pulang ke Aceh untuk memimpin perjuangan Aceh Merdeka,” ujarnya. Menurut Gubernur buku yang ditulis Azimar merupakan catatan penting bagi sejarah Aceh. Lebih khusus lagi, Zaini mengapresiasi penulisan buku tersebut sebagai sebuah contoh bagi generasi muda agar terus berkarya tanpa pandang usia. “Bagi seorang isteri, buku ini memberi inspirasi tentang sebuah kesetiaan dan isteri yang amanah dalam menjalankan perintah suaminya,” kata Zaini. Kala memberi sambutan, Zaini sempat berhenti berbicara, matanya berkaca-kaca. Ia terharu saat ia mengisahkan tentang almarhum yang syahid dalam sebuah sebuah pertempuran di Pulo Tiga, Aceh Timur pada 13 Agustus 1980. “Wali sampai mencucurkan air matanya setelah mendengar kabar itu,” ujarnya. Zaini juga menambahkan peluncuran buku yang bertepatan pada milad Aceh Merdeka ke-38 tersebut juga menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali sejarah perjuangan Aceh Merdeka hingga terwujudnya perdamaian Aceh.[1][2] Riwayat Pekerjaan
PenghargaanUntuk menghormati perjuangan dan pengorbanan beliau, maka nama beliau dijadikan sebagai salah satu nama Rumah Sakit di Kabupaten Aceh Utara, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah dr. Muchtar Hasbi. Referensi
|