Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Minyak biji bunga matahari

Minyak biji bunga matahari

Minyak biji bunga matahari atau minyak biji kanigara adalah minyak nonvolatile (tak berasiri) yang dihasilkan dari biji bunga matahari (Helianthus annuus) yang dipampat. Minyak biji bunga matahari biasanya digunakan dalam masakan sebagai minyak goreng dan bahan baku kosmetik. Minyak ini memiliki campuran lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda dengan konstituen utama asam oleat dan asam linoleat.

Minyak biji bunga matahari menjadi komoditas industri sejak tahun 1835 di Kekaisaran Rusia.[1][2] Produsen minyak biji bunga matahari terbesar saat ini yaitu Ukraina, Russia, dan Argentina.[3]

Komposisi

Kandungan utama minyak biji bunga matahari yaitu:[4]

Jenis minyak biji bunga matahari yang dihasilkan tidak terlepas dari kondisi genetik bunga dan iklim setempat. Minyak biji bunga matahari diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu kadar asam oleat tinggi, sedang, dan rendah. Minyak biji bunga matahari dengan kadar asam stearat tinggi mulai dikembangkan untuk industri makanan pengganti minyak nabati terhidrogenasi.[5][6]

Sifat fisik

Minyak biji bunga matahari bersifat cair pada temperatur ruang. Minyak yang telah dimurnikan akan berwarna jernih dan sedikit kekuningan.

Titik asap (setelah dimurnikan) 232 °C 450 °F[7]
Titik asap (sebelum dimurnikan) 107 °C 225 °F[7]
Kepadatan (25 °C) 918.8 kg/m3[8]
Indeks refraktif (25 °C) ≈1.4646[8]
Nilai saponifikasi 188-194
Nilai iodin 120-145
Kadar unsaponifiable 1.5-2.0%
Viskositas (25 °C), sebelum dimurnikan 0.4914 kg/(M*S)[9]

Nutrisi

Sunflower oil, standard
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi3.699 kJ (884 kcal)
0 g
100 g
Jenuh10.3 g
Tak jenuh tunggal19.5 g
Tak jenuh jamak65.7 g
0 g
VitaminKuantitas
%AKG
Vitamin E
274%
41.08 mg
Vitamin K
5%
5.4 μg
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Standar yang ditetapkan dalam menentukan nutrisi dari minyak biji bunga matahari adalah tanaman bunga matahari yang dikembangkan tanpa melalui rekayasa genetika (non-GMO). Minyak yang dihasilkan dari tanaman ini mengandung lebih banyak asam linoleat dibandingkan asam oleat. Strain baru yang mampu menghasilkan asam oleat tinggi dikembangkan pada akhir abad ke-20. Namun di luar variasi kandungan asam lemak, nutrisi lainnya seperti vitamin E dan vitamin K tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbandingan antara minyak goreng per 100 gram
Lemak total Lemak jenuh Lemak tak jenuh tunggal Lemak tak jenuh majemuk Titik asap
Minyak biji bunga matahari 100g 11g (11%) 20g (84g in high oleic variety[10]) 69g (4g in high oleic variety[10]) 225 °C (437 °F)[11]
Minyak kedelai 100g 16g (16%) 23g 58g 257 °C (495 °F)[11]
Minyak kanola 100g 7g (7%) 63g 28g 205 °C (401 °F)[10][12]
Minyak zaitun 100g 14g (14%) 73g 11g 190 °C (374 °F)[11]
Minyak jagung 100g 15g (15%) 30g 55g 230 °C (446 °F)[11]
Minyak kacang tanah 100g 17g (17%) 46g 32g 225 °C (437 °F)[11]
Minyak bekatul 100g 25g (25%) 38g 37g 213 °C (415 °F)
Lemak babi 100g 39g (39%) 45g 11g 190 °C (374 °F)[11]
Suet 94g 52g (55%) 32g (34%) 3g (3%) 200 °C (400 °F)
Mentega 81g 51g (63%) 21g (26%) 3g (4%) 150 °C (302 °F)[11]
Minyak kelapa 100g 86g (86%) 6g (6%) 2g (2%) 177 °C (351 °F)

Pemanfaatan

Rendahnya titik asap menjadikan minyak biji bunga matahari tidak ideal untuk menggoreng dengan temperatur tinggi. Namun ideal sebagai pelengkap masakan yang telah matang atau siap disajikan, misal sebagai salad dressing. Minyak biji bunga matahari juga dapat dijadikan margarin.

Sebagai bahan baku kosmetik, minyak biji bunga matahari berperan dalam memperhalus kulit.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Кряженков, Анатолий (2003). "Сметливые на все руки". Подъём (dalam bahasa Russian). No. 2003–6. 
  2. ^ Кондратьева, И., ed. (1994). "Алексеевка". Города России: энциклопедия (dalam bahasa Russian). М.: Большая российская энциклопедия. hlm. 17–18. ISBN 5-85270-026-6. 
  3. ^ UN Food & Agriculture Organisation (FAO)
  4. ^ British Pharmacopoeia Commission (2005). "Ph Eur monograph 1371". British Pharmacopoeia 2005. Norwich, England: The Stationery Office. ISBN 0-11-322682-9. 
  5. ^ "Not That Popular, but Truly Healthy! Sunflower Oil Benefits". Oily Oily. Diakses tanggal 26 June 2013. 
  6. ^ "Sunflower Oil - Your Healthy Choice". National Sunflower Association. Diakses tanggal 26 June 2013. 
  7. ^ a b Chu, Michael (2004-06-10). "Smoke Points of Various Fats - Kitchen Notes". Cooking For Engineers. Diakses tanggal 2013-02-07. 
  8. ^ a b Irina NITA, Anisoara NEAGU, Sibel GEACAI, Anca DUMITRU and Anca STERPU: "Study of the behavior of some vegetable oils during the thermal treatment," Technology and Chemical Engineering Department, Ovidius University, bd. Mamaia 124, Constanta, 900527, Romania http://www.univ-ovidius.ro/anale-chimie/chemistry/2010-1/full/1_nita.pdf Diarsipkan 2011-06-28 di Wayback Machine.
  9. ^ H. Abramovic and C. Klofutar (1998). "The Temperature Dependence of Dynamic Viscosity for Some Vegetable Oils" (PDF). Acta Chim. Slov. Acta.chem-soc.si. 45 (1): 69–77. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-02-26. Diakses tanggal 2013-02-07. 
  10. ^ a b c "Nutrient database, Release 25". United States Department of Agriculture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-15. Diakses tanggal 2014-03-23. 
  11. ^ a b c d e f g The Culinary Institute of America (2011). The Professional Chef. New York: Wiley. ISBN 0-470-42135-5. 
  12. ^ DOI:10.1016/j.foodchem.2009.09.070 10.1016/j.foodchem.2009.09.070
    Rujukan ini akan diselesaikan secara otomatis dalam beberapa menit. Anda dapat melewati antrian atau membuat secara manual
Kembali kehalaman sebelumnya