Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Meru

Lukisan gunung Meru berdasarkan kosmologi Jainisme dari naskah Jain Samghayanarayana
Thanka Bhutan Gunung Meru dan Semesta dalam agama Buddha, abad ke-19, Trongsa, Bhutan.

Gunung Meru (Sanskerta: मेरु) (juga disebut Sumeru yang berarti "Meru Agung") adalah gunung suci dalam kosmologi Hindu dan kosmologi Buddha serta kosmologi Jain, dan dianggap sebagai pusat alam semesta, baik secara fisik maupun metafisik spiritual. Gunung ini merupakan tempat bersemayam para dewa, terutama dewa Brahma dan Dewata lainnya.

Disebutkan bahwa gunung ini setinggi 84.000 Yojana (sekitar 1,082 juta kilometer). Banyak kuil dan candi Hindu dan Jain dibangun dalam bentuk simbolis menyerupai gunung suci ini. Dalam kosmologi Buddha, gunung suci pusat jagat raya alam semesta disebut Sumeru.

Lokasi

Dalam tradisi Hindu, Gunung Meru jelas digambarkan dalam aspek mitos, disebutkan setinggi 84.000 Yojana dan Matahari serta beberapa planet dalam sistem tata surya mengelilinginya.

Geografis

Menentukan lokasi geografis Gunung Meru sangat sulit; karena disebutkan ketinggiannya yang luar biasa, serta disebutkan dikelilingi oleh Samudra Semesta, ditambah lagi dengan berbagai kutipan yang menyebutkan matahari bersama planet-planetnya mengelilingi gunung ini. Hal ini menjadikan pencarian atas lokasi geografis gunung Meru sangat sulit bagi para ilmuwan.[1][2] Akan tetapi, sebagian kecil ilmuwan mengidentifikasi gunung Meru atau Sumeru dengan pegunungan Pamir, di timur laut Kashmir.[3]

Kitab Suryasiddhanta menyebutkan bahwa Gunung Meru terletak 'di tengah dunia' ("bhugola-madhya") di tanah Jambunada (Jambudwipa). Narpatijayacharyā, sebuah naskah yang berasal dari abad ke-9 yang merupakan bagian yang tidak diterbitkan dari naskah Yāmala Tantra, menyebutkan "Sumeruḥ Prithvī-madhye shrūyate drishyate na tu" ('Su-meru disebutkan berada di tengah-tengah dunia, tetapi tak terlihat berada disana').[4] Vārāha Mihira, dalam Panch-siddhāntikā, mengakui bahwa Gunung Meru ada di Kutub Utara (meskipun tidak ada gunung di kutub utara). Suryasiddhānta, menyebutkan Gunung Meru ada di tengah Bumi, di antara gunung Sumeru dan Kumeru yang masing-masing terletak di kutub.

Ketinggian

Satu Yojana dapat ditafsirkan berukuran sekitar 11,5 km meskipun besarannya selalu berubah seiring waktu. Misalnya lingkar keliling bumi disebutkan sebesar 3.200 Yojana menurut Vārāhamihira, sedikit lebih kecil dari Āryabhatiya, tapi disebutkan sebesar 5.026,5 Yojana dalam Suryasiddhānta. Kitab Matsya Purana dan Bhāgvata Purāna bersama beberapa naskah Hindu lainnya secara konsisten menyebutkan ukuran ketinggian yang luar biasa besar bagi Gunung Meru, yaitu 84.000 Yojana yang berarti sekitar 1,082 juta kilometer.

Legenda Purana

Gunung Meru sangat sering disebutkan dalam dongeng dan legenda Hindu. Beberapa legenda antara lain mengisahkan bahwa Gunung Meru dan dewa angin Bayu semula adalah sahabat. Akan tetapi seorang bijak Narada mendekati Bayu dan membujuknya untuk menaklukkan gunung itu. Bayu meniupkan angin dengan kekuatan penuh sepanjang tahun untuk meruntuhkan gunung itu, akan tetapi Meru dilindungi oleh sayap Garuda tetap bertahan. Setelah satu tahun Garuda mulai lelah dan beristirahat sejenak, akibatnya puncak gunung Meru tertiup dan terpenggal. Pecahan puncak gunung itu jatuh ke laut dan membentuk pulau Sri Lanka.

Berbagai naskah Purana dan epik Hindu sering kali menyebutkan dewa Surya, dewa matahari, bersama planet-planet dan bintang setiap hari mengelilingi gunung Meru.

Catatan

  1. ^ http://books.google.co.in/books?id=a91-t4uw8A4C&pg=PA271&lpg=PA271&dq=Meru+sun+planets+revolve&source=bl&ots=AtlS2P8sy-&sig=LhIN74cqSiq8Vb8ia5mEKVDSxwY&hl=en&ei=237YSqnyA5KCsgPNt82eBg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CBAQ6AEwAg#v=onepage&q=Meru%20sun%20planets%20revolve&f=false
  2. ^ http://www.sacred-texts.com/hin/db/bk08ch15.htm
  3. ^ The Geopolitics of South Asia: From Early Empires to the Nuclear Age, 2003, p 16, Graham P. Chapman - Social Science; The Pamirs and the Source of the Oxus, p 15, George Nathaniel Curzon; The Hindu World: An Encyclopedic Survey of Hinduism, 1968, p 184, Benjamin Walker - Hinduism; Ancient Indian Tradition & Mythology: Purāṇas in Translation, 1969, p 56, Jagdish Lal Shastri, Arnold Kunst, G. P. Bhatt, Ganesh Vasudeo Tagare - Oriental literature; Journal of the K.R. Cama Oriental Institute, 1928, p 38, K.R. Cama Oriental Institute - Iranian philology; The Occult in Russian and Soviet Culture, 1997, p 175, Bernice Glatzer Rosenthal - History; Geographical Concepts in Ancient India, 1967, p 50, Bechan Dube - India; Geographical Data in the Early Purāṇas: A Critical Study, 1972, p 2, Dr M. R. Singh - India; Studies in the Proto-history of India, 1971, p 17, Dr Dvārakā Prasāda Miśra - India.
  4. ^ cf. ayat kedua dari Koorma-chakra dari kitab Narpatijayacharyā

Referensi

  • Narpatijayacharyā, commentary by Ganeshdatta Pathak, Cublished by Chowkhambha Sanskrit Sansthana, Varanasi, India, PIN-221001

Lihat juga

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya