Maumere adalah ibu kota Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pada saat ini, daerah bernama "Maumere" sudah tidak ada dalam pembagian wilayah administratif Indonesia, tetapi daerah yang umumnya dianggap sebagai "kota Maumere" adalah daerah-daerah yang termasuk dalam Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Timur, dan Kecamatan Alok Barat.[2] Nama Maumere diambil dari bahasa Ende Lio, ma’u = pantai dan mere = besar/luas yang jika digabungkan berarti pantai luas / pantai besar. Maumere merupakan kota terluas kedua di Nusa Tenggara Timur setelah kota Kupang.
Kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 203.213 jiwa (2023).[3]
Sejarah
Kota ini pertama kali dibentuk sebagai Kecamatan Maumere pada tahun 1962. Pada tahun 1992, Kecamatan Alok memisahkan diri dari Maumere. Pada tahun 2007, Kecamatan Alok Timur dan Alok Barat memisahkan diri dari Kecamatan Alok dan memperoleh daerah tambahan berupa beberapa desa dari Kecamatan Maumere. Sementara itu, sisa Kecamatan Maumere juga dipecah menjadi Kecamatan Koting dan Kecamatan Nelle.[4]
Dalam sejarah, kota ini pernah diguncang tsunami pada 1992 menewaskan lebih dari 900 orang. Selain itu, Maumere juga menjadi kota terkecil di dunia yang pernah dikunjungi Sri Paus Yohanes Paulus II yakni pada tahun 1989.
Iklim
Maumere memiliki iklim sabana tropis (Köppen Aw) dengan musim kemarau yang panjang dan musim hujan yang pendek.
Data iklim Maumere
|
Bulan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Tahun
|
Rata-rata tertinggi °C (°F)
|
30.4 (86.7)
|
30.1 (86.2)
|
30.6 (87.1)
|
31.4 (88.5)
|
31.4 (88.5)
|
31.0 (87.8)
|
30.9 (87.6)
|
31.1 (88)
|
31.6 (88.9)
|
32.1 (89.8)
|
32.1 (89.8)
|
31.1 (88)
|
31.15 (88.07)
|
Rata-rata harian °C (°F)
|
26.5 (79.7)
|
26.3 (79.3)
|
26.4 (79.5)
|
26.7 (80.1)
|
26.5 (79.7)
|
25.9 (78.6)
|
25.4 (77.7)
|
25.3 (77.5)
|
25.9 (78.6)
|
26.8 (80.2)
|
27.5 (81.5)
|
27.0 (80.6)
|
26.35 (79.42)
|
Rata-rata terendah °C (°F)
|
22.7 (72.9)
|
22.5 (72.5)
|
22.3 (72.1)
|
22.1 (71.8)
|
21.7 (71.1)
|
20.8 (69.4)
|
19.9 (67.8)
|
19.6 (67.3)
|
20.3 (68.5)
|
21.6 (70.9)
|
23.0 (73.4)
|
23.0 (73.4)
|
21.63 (70.93)
|
Curah hujan mm (inci)
|
289 (11.38)
|
249 (9.8)
|
175 (6.89)
|
111 (4.37)
|
60 (2.36)
|
35 (1.38)
|
28 (1.1)
|
19 (0.75)
|
25 (0.98)
|
49 (1.93)
|
113 (4.45)
|
225 (8.86)
|
1.378 (54,25)
|
Sumber #1: Climate-Data.org[5]
|
Sumber #2: BMKG[6]
|
Daya tarik
Kota ini memiliki bandar udara terbesar di pulau Flores, yaitu Bandar Udara Frans Seda, sehingga Maumere menjadi pintu gerbang wilayah timur Pulau Flores. Selain itu, kota ini memiliki Patung Maria Bunda Segala Bangsa, yang merupakan patung yang didedikasikan untuk Bunda Maria di Bukit Nilo, kira-kira 5 kilometer barat daya dari Maumere. Patung tersebut memiliki tinggi sebesar 18 meter, atau 28 meter bila dihitung dengan alas dan fondasi.
Produk ekspor dari daerah ini antara lain kelapa kopra, pisang, kemiri, dan kakao. Usaha kerajinan tangan yang telah mendunia adalah kain tenun ikat dengan beragam motif.
Demografi
Suku mayoritas di kota Maumere adalah suku Sikka/Krowe dan Suku Lio, Suku Palue juga cukup signifikan di kota Maumere. Selain itu ada suku minoritas lainnya di Maumere yakni suku Bugis, Makassar dan Bajo. Agama mayoritas di kota Maumere adalah agama Kristen Katholik, agama Islam juga cukup signifikan di kota Maumere selain itu ada Kristen Protestan dan juga agama Hindu, Ada satu Pura Agung Waidoko yang merupakan satu satunya tempat ibadah umat Hindu di Kota Maumere.
Referensi
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan".
- ^ Novemyleo. "Daftar Kecamatan dan Desa di Kabupaten Sikka di Provinsi NTT, Indonesia". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-07-22.
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2024-03-21.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-12. Diakses tanggal 2014-11-25.
- ^ "Climate: Maumere". Climate-Data.org. Diakses tanggal 18 November 2020.
- ^ "Curah Hujan Kota Maumere ZOM 248".