Marie Colvin
Marie Catherine Colvin (12 Januari 1956 – 22 Februari 2012) adalah wartawan Amerika Serikat yang bekerja sebagai koresponden luar negeri[1] di surat kabar Britania, The Sunday Times, sejak tahun 1985 sampai meninggal dunia. Ia meninggal dunia saat meliput pengepungan Homs di Suriah. Universitas Stony Brook mendirikan Marie Colvin Center for International Reporting untuk mengenang jasa-jasanya. Keluarganya juga membentuk organisasi amal Marie Colvin Memorial Fund melalui Long Island Community Foundation sebagai bentuk penghormatan atas humanitarianisme Colvin.[2] Pada Juli 2016, pengacara keluarga Colvin mengajukan gugatan sipil terhadap pemerintah Republik Arab Suriah setelah mendapatkan bukti bahwa pemerintah Suriah secara langsung memerintahkan pembunuhan Colvin. Hakim menyatakan pemerintah Suriah bersalah atas pembunuhannya pada awal 2019 dan keluarga Colvin menerima ganti rugi sebesar $302 juta.[3] Kehidupan awal dan pendidikanMarie Colvin lahir di Astoria, Queens, New York, dan dibesarkan di East Norwich, di kota Oyster Bay, Nassau County, Long Island. Bapaknya, William J. Colvin, adalah veteran Korps Marinir pada Perang Dunia II dan guru bahasa Inggris di sejumlah sekolah negeri New York City. Bapaknya juga aktif dalam perpolitikan Partai Demokrat di Nassau County. Ia menjabat sebagai Wakil Kepala Eksekutif County mewakili Eugene Nickerson. Ibunya, Rosemarie Marron Colvin, adalah pembimbing konseling SMA di sejumlah sekolah negeri Long Island. Marie memiliki dua saudara, William dan Michael; dan dua saudari, Aileen dan Catherine.[4] Ia lulus dari Oyster Bay High School tahun 1974.[5] Ia menghabiskan tahun pertama SMA-nya dalam program pertukaran pelajar di Brasil, kemudian kuliah di Universitas Yale. Ia mengambil jurusan antropologi dan mengikuti kursus bersama John Hersey, penulis pemenang Hadiah Pulitzer. Ia mulai menulis di Yale Daily News dan memutuskan menjadi wartawan. Ia lulus dengan gelar S1 di bidang antropologi pada tahun 1978.[6][7] Semasa di Yale, Colvin dikenal keras kepala dan dijuluki "tukang ribut" di kampus.[8] KarierColvin sempat bekerja untuk serikat pekerja di New York City sebelum merintis karier jurnalismenya di United Press International (UPI), satu tahun setelah lulus dari Yale.[9] Ia bekerja di UPI cabang Trenton, lalu pindah ke New York dan Washington. Pada tahun 1984, Colvin diangkat sebagai manajer biro UPI Paris, kemudian pindah ke The Sunday Times tahun 1985.[10] Sejak 1986, ia menjabat sebagai koresponden Timur Tengah. Tahun 1995, ia ditunjuk sebagai koresponden luar negeri. Tahun 1986, ia menjadi orang pertama yang mewawancarai pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, usai Operasi El Dorado Canyon.[11] Dalam wawancara ini, Gaddafi mengatakan bahwa ia sedang berada di rumah ketika pesawat tempur AS mengebom Tripoli pada April 1986 dan ia ikut menyelamatkan istri dan anak-anaknya ketika rumahnya runtuh. Gaddafi juga mengatakan bahwa rekonsiliasi antara Libya dan Amerika Serikat mustahil dilakukan apabila Ronald Reagan masih menjabat sebagai presiden. Katanya, "Saya tidak mau berkomentar tentang dia (Ronald Reagan) karena dia gila. Dia bodoh. Dia antek Israel." Pada Mei 1988, Colvin tampil dalam program diskusi After Dark di Channel 4 bersama Anton Shammas, Gerald Kaufman, Moshe Amirav, Nadia Hijab, dan lain-lain. Selain Timur Tengah, Colvin juga meliput konflik di Chechnya, Kosovo, Sierra Leone, Zimbabwe, Sri Lanka, dan Timor Leste. Pada tahun 1999, ia menyelamatkan 1.500 perempuan dan anak-anak Timor Leste dari sebuah bangunan yang dikepung oleh serdadu bekingan Indonesia.[12] Ia tidak mau meninggalkan mereka dan bertahan bersama pasukan PBB. Liputannya diterbitkan di surat kabar dan dan disiarkan di televisi.[13] Mereka dievakuasi empat hari kemudian. Colvin dianugerahi penghargaan International Women's Media Foundation atas keberaniannya dalam meliput konflik Kosovo dan Chechnya.[14][15][16] Ia menulis dan memproduseri beberapa film dokumenter, termasuk Arafat: Behind the Myth di BBC.[17] Ia diwawancarai dalam film dokumenter Bearing Witness tahun 2005. Colvin kehilangan penglihatan di mata kirinya akibat terkena ledakan granat berpeluncur roket (RPG) Angkatan Darat Sri Lanka pada 16 April 2001. Waktu itu ia sedang menyeberang dari daerah yang diduduki Macan Tamil ke daerah yang dikuasai pemerintah. Sejak saat itu, ia memakai penutup mata.[18][19] Colvin diserang setelah meneriakkan "journalist, journalist!" ketika sedang meliput Perang Saudara Sri Lanka.[20][21][22][23] Dalam wawancara dengan Lindsey Hilsum di Channel 4 News, ia menceritakan bahwa penyerangnya sengaja menyasar dirinya.[24] Meski terluka parah, Colvin yang saat itu berusia 44 tahun masih menyempatkan diri menulis dan mengirim artikel 3.000 kata tepat waktu.[25] Ia berjalan kurang lebih 50 km melintasi hutan Vanni didampingi pemandu Tamil untuk menghindari tentara pemerintah. Ia melaporkan bencana kemanusiaan di kawasan Tamil utara, termasuk pemutusan pasokan makanan dan obat-obatan oleh pemerintah dan larangan peliputan perang oleh wartawan asing di sana selama enam tahun.[12][23][24] Colvin kemudian menderita gangguan tekanan pascatrauma (PTSD) dan dirawat di rumah sakit. Ia menjadi saksi mata dan penengah menjelang berakhirnya perang di Sri Lanka. Ia melaporkan kejahatan perang terhadap suku Tamil saat itu.[23] Beberapa hari kemudian, pemerintah Sri Lanka mengizinkan wartawan asing masuk ke daerah yang diduduki pemberontak. Direktur penerangan pemerintah, Ariya Rubasinghe, menyatakan, "Wartawan boleh masuk. Kami tidak melarang mereka, tetapi mereka harus menyadari dan menerima risikonya."[26] Pada tahun 2011, ketika sedang meliput Musim Semi Arab di Tunisia, Mesir, dan Libya, ia ditawari untuk mewawancarai Gaddafi untuk kedua kalinya bersama dua wartawan lain yang dipilih Colvin. Dalam wawancara internasional pertama Gaddafi sejak perang saudara pecah, Colvin mengajak Christiane Amanpour dari ABC News[27] dan Jeremy Bowen dari BBC News.[12][28] Colvin menekankan pentingnya menyoroti "kemanusiaan dalam kondisi ekstrem yang didorong sampai titik penghabisan". Ia mengatakan, "Tugas saya adalah menjadi saksi mata. Saya tidak peduli pesawat apa yang mengebom desa atau apakah artilerinya 120mm atau 155mm."[12] Kehidupan pribadiColvin dua kali menikahi Patrick Bishop, seorang wartawan; mereka juga bercerai dua kali. Ia juga menikahi wartawan asal Bolivia, Juan Carlos Gumucio, koresponden surat kabar Spanyol, El País, di Beirut pada masa perang saudara Lebanon. Gumucio bunuh diri pada Februari 2002 di Bolivia setelah berjuang melawan depresi dan kecanduan alkohol. Colvin bertempat tinggal di Hammersmith, West London.[29] Kematian dan warisanPada Februari 2012, Colvin masuk ke Suriah dengan membonceng sepeda motor motocross. Ia tidak peduli dengan upaya pemerintah Suriah yang mencegah wartawan asing masuk tanpa izin untuk meliput perang saudara Suriah. Colvin ditempatkan di distrik Baba Amr barat di kota Homs. Ia menyampaikan siaran terakhir pada sore tanggal 21 Februari ke BBC, Channel 4, CNN, dan ITN News via telepon satelit.[29] Ia menggambarkan serangan granat dan penembak runduk "tanpa ampun" oleh pasukan Suriah terhadap rumah-rumah warga sipil dan orang-orang di jalanan.[12] Dalam wawancara langsung dengan Anderson Cooper, Colvin menyebut pengeboman Homs sebagai konflik terburuk yang pernah dialami seumur hidupnya.[30] Colvin meninggal dunia pada tanggal 22 Februari 2012 bersama juru foto Rémi Ochlik.[12] Autopsi oleh pemerintah Suriah di Damaskus mengungkapkan bahwa Colvin tewas akibat ledakan "bom rakitan berisi paku."[31] Pemerintah Suriah mengklaim bom tersebut diletakkan oleh teroris pada 22 Februari saat melarikan diri dari kantor berita tidak resmi yang dibom granat oleh Angkatan Darat Suriah.[21][32][33][34] Klaim ini dibantah oleh juru foto Paul Conroy yang saat itu bersama Colvin dan Ochlik dan selamat dari serangan tersebut. Conroy bercerita bahwa Colvin dan Ochlik sedang bersiap-siap menyelamatkan diri ketika kantor beritanya diserang artileri Suriah.[35] Wartawan Jean-Pierre Perrin dan berbagai sumber melaporkan bahwa gedung tersebut disasar oleh Angkatan Darat Suriah dengan melacak sinyal telepon satelit.[36][37] Tim wartawan sudah berencana menyelamatkan diri beberapa jam sebelumnya.[24] Pada malam hari tanggal 22 Februari 2012, warga Homs turun ke jalan untuk mengenang Colvin dan Ochlik. Media massa dan politikus di seluruh dunia memberi penghormatan terakhir untuk Colvin.[38][39] Colvin saat itu juga membawa barang-barang pribadinya, termasuk ransel berisi kebutuhan dasar dan draf buku 387 halaman yang ditulis oleh teman lamanya, Gerald Weaver. Adik Colvin, Cathleen 'Cat' Colvin, bersama Sean Ryan, redaktur luar negeri The Sunday Times, membantu penerbitan buku ini.[40][41] Colvin dimakamkan di Oyster Bay, New York, pada 12 Maret 2012, dalam upacara yang dihadiri oleh 300 orang, termasuk penggemar kolom beritanya, sahabat, dan keluarga.[42] Jasadnya dikremasi dan sebagian abunya dilarung di perairan Long Island. Sisanya dilarung di Sungai Thames dekat tempat tinggalnya.[43] Pada Juli 2016, Cat Colvin mengajukan gugatan sipil terhadap pemerintah Republik Arab Suriah atas pembunuhan ilegal dan mengklaim bahwa ia memegang bukti bahwa pemerintah Suriah memerintahkan pembunuhan Colvin secara langsung.[44] Pada April 2018, tuduhan tersebut diungkap dalam berkas pengadilan yang diajukan oleh keluarganya.[45] Pada bulan Januari 2019, pengadilan Amerika Serikat memutuskan bahwa pemerintah Suriah bersalah atas kematian Colvin dan menjatuhkan denda sebesar $300 juta. Hakim menyatakan bahwa Colvin "sengaja disasar karena profesinya [sebagai wartawan] dengan tujuan membungkam orang-orang yang melaporkan berkembangnya gerakan oposisi di negara tersebut. Pembunuhan wartawan dalam kapasitas profesional memiliki dampak buruk terhadap peliputan peristiwa-peristiwa serupa di seluruh dunia. Pembunuhan berencana terhadap seorang warga negara Amerika Serikat, yang karya-karyanya sangat penting dan memperluas pemahaman kita tentang zona perang dan perang secara umum, sungguh tidak beradab. Karena itu, pengadilan menjatuhkan denda yang sekiranya dapat menghukum negara yang bertanggung jawab."[46][47] Film yang mengangkat kisah Colvin, A Private War, disutradarai oleh Matthew Heineman, ditulis oleh Arash Amel, dan dibintangi oleh Rosamund Pike yang memerankan Colvin, dirilis pada tahun 2018. Film ini dibuat berdasarkan artikel Marie Colvin's Private War karya Marie Brenner di majalah Vanity Fair tahun 2012.[48][49][50][51][52] Penghargaan
Lihat pula
Referensi
Bacaan lanjutan
Pranala luarWikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Marie Colvin.
|