Mahrus Amin
Drs. K.H. Mahrus Amin (14 Februari 1940 – 7 Agustus 2021)[1][2] adalah pendiri sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, serta Pondok Pesantren Madinatunnajah. Awal KehidupanMahrus Amin lahir di desa Kalibuntu, Ciledug (saat ini Kalimukti, Pebadilan), Cirebon pada 14 Februari 1940. Kedua orangtuanya asli Cirebon dan Brebes. Ayahnya, Casim Amin merupakan warga asli Kalimukti yang keturunan kuwu (setingkat lurah) dan masih memiliki hubungan darah dengan Wirasuta, salasatu anak cucu waliyullah Syarif Hidayatullah. Sementara ibunya, Hj. Jamilah berasal dari Losari. Mahrus Amin adalah cucu dari Kyai Idris, pemimpin Ponpes Lumpur, di Desa Lumpur, Losari, Brebes.[3] KiprahMahrus merangkul masyarakat dengan membentuk koperasi serba usaha yang mengakomodir kebutuhan home industry masyarakat perajin peci/songkok.[4] Mahrus juga mendirikan SDI Darunnajah untuk menampung anak-anak usia sekolah. Kurikulum SDI Darunnajah di tahun 1973 sudah lebih maju dibandingkan madrasah lainnya. Kegiatan belajar-mengajar tidak hanya di kelas semata tapi juga merambah ke kegiatan ekstakurikuler seperti kesenian (kasidah) dan sepakbola. Pada tahun 1978, Darunnajah telah menggelar kompetisi sepakbola tingkat SD se-DKI Jakarta bernama Darunnajah Cup. SDI Darunnajah juga aktif dalam kegiatan Pramuka. Salah satu aktivitas yang rutin dilakukan adalah lomba menanam pohon pepaya, pohon pisang serta menebar bibit tanaman hias yang melibatkan masyarakat. Di samping itu, Mahrus menerima pasokan makanan (jajanan) dari ibu-ibu majelis taklim sekitar untuk dijual di kantin Darunnajah. Secara rutin Mahrus juga membina majelis taklim untuk masyarakat Ulujami dan sekitar, para pemasok makanan dan ustadzah serta ibu-ibu karyawan Darunnajah. Taklim ini ditujukan untuk memperat silaturahim antara warga Ponpes dengan masyarakat sekitar.[5] Sampai pada puncak inovasinya adalah Seribu Pesantren Nusantara. Ide besar Mahrus yang dirintisnya sejak masih mondok di Gontor ini terus berkembang hingga kini. Gerakan Seribu Pesantren Nusantara dilatari oleh belum meratanya kader-kader umat Islam di pelosok Nusantara. Untuk pemerataan dakwah Muslim, menurut Mahrus, perlu disebar pondok pesantren di seluruh Indonesia. Seribu pesantren diharapkan dapat melahirkan kader-kader yang akan melanjutkan perjuangan Mahrus.[6] Riwayat PendidikanIa menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat Islam Losari Brebes pada tahun 1954, kemudian melanjutkan pendidikannya ke KMI Pondok Modern Darussalam Gontor dan lulus pada tahun 1961. Kemudian melanjutkan pendidikan Sarjana Jurusan Ilmu Dakwah di Fakultas Ushuluddin, IAIN Jakarta dan lulus pada tahun 1972. Pengalaman Organisasi
Karya Tulis
PenghargaanSejumlah Penghargaan yang diraih oleh Drs. K.H. Mahrus Amin:
Referensi
Pranala luar |