Mahkota Besi
Mahkota Besi (bahasa Italia: Corona Ferrea, bahasa Latin: Corona Ferrea) adalah sebuah relikuarium dan mungkin pula salah satu alat kebesaran tertua Dunia Kristen. Mahkota ini dibuat pada Abad Pertengahan Awal, terdiri atas sebentuk gelang-gelang lebar dari emas bertatahkan batu-batu mulia yang dipasang melingkari gelang-gelang besi hasil tempaan sebatang paku dari salib sejati. Di Kerajaan Italia pada Abad Pertengahan, mahkota ini dimuliakan sebagai relikui peninggalan Kerajaan orang Lombardi dan digunakan sebagai alat kebesaran untuk menobatkan kaisar-kaisar Romawi Suci menjadi Raja Italia. Mahkota Besi kini tersimpan di Gereja Katedral Monza, dekat kota Milan. DeskripsiMahkota ini dinamakan "Mahkota Besi" karena pada sisi dalamnya terdapat sebentuk gelang-gelang besi selebar satu sentimeter, yang konon ditempa dari sebatang paku yang digunakan untuk menyalibkan Yesus. Enam lempeng emas tempaan terpasang di sekeliling gelang-gelang besi ini, sebagian berlapis email, dan dirangkai dengan sambungan engsel. Mahkota ini bertatahkan 22 butir batu mulia [keterangan 1] yang tampak menyembul pada relief-relief salib dan bunga. Ukurannya yang kecil dan sambungan-sambungan engselnya memunculkan dugaan bahwa mahkota ini sesungguhnya adalah kelat bahu ukuran besar, atau mungkin sekali sebuah mahkota nazar. Menurut pihak-pihak yang menduga demikian, ukuran yang kecil adalah hasil penyesuaian sesudah dua lempeng emasnya hilang, sebagaimana yang diuraikan di dalam dokumen-dokumen bersejarah. LegendaMenurut riwayat turun-temurun, Santa Helena, ibunda Konstantinus Agung, membuatkan putranya sebuah mahkota yang melingkari gelang-gelang besi hasil tempaan sebatang paku dari salib sejati yang ia temukan. Kemudian hari mahkota ini diserahkan Paus Gregorius Agung sebagai cenderamata diplomatik kepada Teodelinda, Tuan Putri orang Lombardi, kendati mahkota ini tidak tercantum di dalam catatan donasi Sri Paus. Teodelinda menghibahkannya kepada gereja di Monza pada tahun 628.[2] Menurut riwayat lain yang dilaporkan sejarawan Valeriana Maspero, ketopong dan kekang kuda peninggalan Kaisar Konstantinus dibawa Kaisar Teodosius I ke Milan, kota kediamannya, dan dipamerkan pada upacara pemakamannya, sebagaimana yang diuraikan Ambrosius di dalam De obitu Theosdosii, orasi belasungkawa atas kemangkatan sang kaisar. Kekang kuda peninggalan Kaisar Konstantinus untuk seterusnya disimpan di Milan (sekarang tersimpan di Gereja Katedral Monza), tetapi ketopong beserta diadem yang melingkarinya diboyong ke Konstantinopel sampai diklaim Teoderikus Agung sebagai bagian dari haknya selaku Raja Italia. Pemerintah Romawi Timur mengirimkan diademnya kepada Teoderikus, tetapi menyimpan ketopongnya di Gereja Katedral Haya Sofia sampai hilang dalam peristiwa penjarahan Konstantinopel tahun 1204, saat berkobarnya Perang Salib IV. Diadem gemmis insignitum, quas pretiosior ferro innexa(s)crucis redemptoris divinae gemma connecteretas (Ambrosius, De obitu Theosdosii) ini dijadikan Raja Teoderikus sebagai mahkotanya. Inilah Mahkota Besi yang diserahkan bangsa Goti kepada bangsa Lombardi sewaktu menginvasi Italia. Mahkota Besi dipakai dalam upacara penobatan Karel Agung menjadi Raja orang Lombardi.[3] SejarahDapat dipastikan Mahkota Besi dipakai dalam upacara penobatan raja-raja Italia pada abad ke-14, bahkan mungkin pula sejak abad ke-11. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, Mahkota Besi diperkirakan dibuat pada abad ke-8 atau awal abad ke-9,[keterangan 2] tetapi menurut kajian yang lebih mutakhir, Mahkota Besi sebagaimana adanya sekarang ini adalah hasil dua kali pengerjaan yang dilakukan antara abad ke-4 sampai abad ke-5 dan pada abad ke-9. Kesimpulan dari kajian yang lebih mutakhir tampaknya membenarkan legenda-legenda seputar asal-usul Mahkota Besi yang menyebutkan bahwa mahkota ini berasal dari era Lombardi.[1] Lord Twining mengutip hipotesis Reinhold N. Elze bahwa mungkin pemilik mula-mula Mahkota Besi adalah Putri Gisela, anak perempuan Kaisar Ludovikus Saleh yang diperistri Eberardus, Adipati Friuli, dan sebelum tutup usia pada tahun 874, Putri Gisela menyerahkan mahkota ini putranya, Berenggarius, Raja Italia. Berenggarius adalah satu-satunya donatur utama gereja di Monza pada zamannya, dan diketahui telah menghibahkan pula sebuah salib yang dibuat dengan gaya yang sama dengan Mahkota Besi kepada Gereja Katedral Santo Yohanes di Monza. Salib ini masih tersimpan di gereja yang sama sampai sekarang. Jadi mungkin saja Mahkota Besi dan salib tersebut dibuat untuk dijadikan hiasan persembahan nazar. Lord Twining juga mengemukakan fakta bahwa Museum Kekaisaran Rusia di Sankt-Peterburg menyimpan dua mahkota Abad Pertengahan yang ditemukan di Kazan pada tahun 1730. Kedua mahkota ini dibuat dengan gaya dan ukuran yang sama dengan Mahkota Besi. Menurut Lord Twining, kendati terlalu kecil untuk dikenakan pada kepala manusia dewasa, baik Mahkota Besi maupun kedua mahkota tersebut dapat dikenakan pada puncak kepala jika ditautkan pada tengkuluk, dan mungkin inilah sebabnya ada lubang-lubang kecil pada pinggiran Mahkota Besi.[4] Lord Twining menyinggung pula keberadaan relief di Gereja Katedral Monza yang tampaknya menggambarkan peristiwa penobatan Raja Otto IV di Monza pada tahun 1209, sebagaimana yang diriwayatkan Bonincontro Morigia di dalam karya tulis sejarahnya pada tahun 1345. Lord Twining menandaskan bahwa sekalipun ada empat mahkota nazar tampak menggelantung pada langit-langit di atas altar, mahkota yang diletakkan uskup agung di atas kepala sang raja tidak tampak menyerupai Mahkota Besi.[4]:424 Lord Twining akhirnya mengungkit kajian Ludovico Antonio Muratori yang mendokumentasikan para petinggi Gereja dari berbagai jenjang kepangkatan yang mengesahkan maupun yang melarang penghormatan terhadap Mahkota Besi sampai urusan tersebut diambil alih Kongregasi Suci Ritus-Ritus untuk dikaji di Roma pada tahun 1688. Pada tahun 1715, Kongregasi Suci Ritus-Ritus secara diplomatis mengakhiri kajian resminya dengan mengizinkan Mahkota Besi dipamerkan untuk dihormati masyarakat umum dan diarak dalam prosesi-prosesi, tetapi tidak mengeluarkan pernyataan apa-apa mengenai benar tidaknya gelang-gelang besi di dalam Mahkota Besi terbuat dari paku yang dipakai menyalibkan Yesus. Meskipun demikian, Uskup Agung Visconti, petinggi Gereja di Milan, mengeluarkan pernyataan pribadi bahwa "gelang-gelang besi di dalam mahkota Monza harus dianggap sebagai salah satu dari paku-paku Salib Suci dan sebagai salah satu relikui asli."[4] Lord Twining juga mengungkit pernyataan para rohaniwan Monza bahwa kendati berabad-abad lamanya dipamerkan untuk dihormati masyarakat umum, gelang-gelang besi tidak berkarat sedikit pun.[4] Saat meneliti Mahkota Besi pada tahun 1985, Lipinsky mendapati bahwa gelang-gelang besi tidak menarik magnet.[5] Analisis gelang-gelang besi pada tahun 1993 akhirnya menyingkap fakta bahwa gelang-gelang tersebut terbuat dari perak.[6] Menurut catatan sejarawan Bartolomeo Zucchi, ada tiga puluh empat kali upacara penobatan dengan Mahkota Besi yang dilaksanakan dalam rentang waktu abad ke-9 sampai abad ke-17, mulai dari upacara penobatan Karel Agung. Menurut Encyclopædia Britannica, catatan andal pertama mengenai penggunaan Mahkota Besi dalam upacara penobatan Raja Italia adalah catatan penobatan Heinrich VII pada tahun 1312.[7][keterangan 3] Upacara-upacara penobatan selanjutnya yang menggunakan Mahkota Besi adalah:
Sejak abad ke-10, raja-raja orang Romawi dari bangsa Jerman harus pergi ke Roma untuk dinobatkan menjadi Kaisar Romawi Suci. Dalam perjalanan ke Roma, biasanya mereka akan singgah di Lombardia untuk dinobatkan menjadi Raja Italia dengan Mahkota Besi. Dari generasi ke generasi, upacara penobatan Raja Italia dilaksanakan di Pavia, ibu kota lama Kerajaan Lombardia. Mulai dari Konrad II pada tahun 1026, upacara penobatan juga digelar di Milan. Pada tahun 1530, Karel V dinobatkan dengan Mahkota Besi menjadi Raja Italia sekaligus dinobatkan menjadi Kaisar Romawi Suci di Bologna. Pada tanggal 26 Mei 1805, Napoleon Bonaparte menobatkan diri menjadi Raja Italia di Milan dalam sebuah upacara megah dan meriah. Napoleon duduk di atas takhta dan menerima berbagai alat kebesaran raja dari Kardinal Uskup Agung Milan. Sesudah itu Napoleon melangkah menghampiri altar, mengambil sendiri Mahkota Besi dan mengenakannya, dan sesuai kaidah upacara penobatan raja-raja Lombardia, Napoleon kemudian berseru, "Dio me l'ha data, guai a chi la tocca" (Allah mengaruniakannya kepadaku, awas kalau ada yang berani menyentuhnya). Pada tanggal 15 Juni 1805, Napoleon membentuk Tarekat Kesatria Mahkota Besi. Sesudah rezim Napoleon tumbang dan Lombardia dianeksasi Austria, Tarekat Kesatria Mahkota Besi dilembagakan kembali oleh Kaisar Austria, Franz I, pada tanggal 1 Januari 1816. Orang terakhir yang dimahkotai dengan Mahkota Besi adalah Kaisar Ferdinand I, saat dinobatkan menjadi Raja Lombardia dan Venesia di Milan, pada tanggal 6 September 1838.[keterangan 4] Seusai Perang Kemerdekaan Italia yang ke-2, saat pasukan Austria harus mundur dari Lombardia pada tahun 1859, Mahkota Besi diboyong ke Wina, dan baru dikembalikan ke Italia pada tahun 1866, seusai Perang Kemerdekaan Italia yang ke-3. Upacara penobatan raja-raja ItaliaDari abad ke-9 sampai abad ke-18, jabatan Raja Italia dirangkap Kaisar Romawi Suci. Banyak di antaranya dinobatkan di Pavia, ibu kota resmi Kerajaan Italia. Pemakaian Mahkota Besi dalam upacara penobatan yang pertama kali terdokumentasi adalah pemakaiannya dalam upacara penobatan Heinrich VII di Milan pada tahun 1311 atau 1312.[7] Upacara penobatan ini dipengaruhi adat-istiadat Prancis maupun Romawi, dan merupakan upacara penobatan yang paling rumit di Milan. Raja diserahi Mahkota Besi diiringi ucapan accipe coronam regui (terimalah mahkota kerajaan) dan doa "Deus perpetuitatis" (kiranya dilanggengkan Allah). Tindakan ini dilakukan sesudah penyerahan pedang kerajaan dan sebelum penyerahan sceptrum (tongkat kerajaan), virga (pentung kerajaan, semacam tongkat komando), serta globus cruciger (bola bermercu salib).[9] Analisis ilmiahPada tahun 1993, Mahkota Besi dianalisis secara ilmiah dan cermat oleh Universitas Milan dengan analisis floresensi sinar-X dan pertanggalan radiokarbon. Analisis floresensi sinar-X atas logam Mahkota Besi mengungkap fakta bahwa lempeng emas, bunga-bunga, dan bingkai permata dibuat dengan logam campuran yang sama, hasil lakuran 84–85% emas, 5–7% perak, dan 8–10% tembaga, yang menunjukkan bahwa bagian utama Mahkota Besi dikerjakan pada waktu yang sama, sementara pita logam yang membingkai lempeng-lempeng email dan pasak-pasak engsel terbuat dari lakuran 90–91% emas dan 9–10% perak, yang menunjukkan bahwa bagian-bagian tersebut dikerjakan belakangan.[10] Tiga dari 24 lempeng email tembus pandang terlihat berbeda warna maupun bentuk dengan lempeng-lempeng email selebihnya, dan turun-temurun dianggap sebagai hasil perbaikan yang dikerjakan kemudian hari. Analisis floresensi sinar-X memastikan bahwa ketiga lempeng email tersebut dibuat dengan teknik yang berbeda, berbahan baku garam potasium, sementara lempeng-lempeng email selebihnya berbahan baku garam sodium (sodium tidak dapat langsung terdeteksi dengan analisis floresensi sinar-X). Pertanggalan radiokarbon malam lebah yang dipakai untuk mengetatkan lempeng email pada lempeng emas Mahkota Besi menunjukkan bahwa malam di bawah lempeng-lempeng email yang "beda sendiri" berasal dari sekitar tahun 500 Masehi, sementara malam di bawah lempeng-lempeng email yang "normal" berasal dari sekitar tahun 800 Masehi. Pertanggalan ini konsisten dengan anggapan turun-temurun bahwa Mahkota Besi adalah sebuah mahkota kuno yang diberi hiasan tambahan (lempeng-lempeng email) pada masa pemerintahan Raja Teoderikus, dan diperbaiki secara ekstensif pada masa pemerintahan Karel Agung. Bagian yang dianggap sebagai "paku besi" didapati mengandung 99% perak, yang berarti Mahkota Besi tidak mengandung unsur besi. Menurut catatan di dalam buku Cæremoniale Romanum tahun 1159, Mahkota Besi dikatakan "quod laminam quondam habet in summitate", bahwasanya besi yang dimaksud dulunya terpasang di atas mahkota (mungkin sebagai pelengkung, sebagaimana mahkota-mahkota lain dari era yang sama), bukan pada bagian dalamnya. Muncul berbagai spekulasi bahwa gelang-gelang perak tersebut ditambahkan sebagai penguat oleh Antellotto Bracciforte, pandai emas yang memperbaiki Mahkota Besi pada tahun 1345, karena sambungan-sambungan engsel menjadi kurang kukuh sesudah dua lempeng emas hilang (diduga) dicuri orang. Saat ini, salah satu sambungan engsel di antara dua lempeng emas sudah benar-benar rusak, dan kedua lempeng tersebut hanya terhubung satu sama lain oleh gelang-gelang perak di sebelah dalam mahkota. Untuk pertama kalinya Mahkota Besi dikatakan kecil di dalam sebuah dokumen (inventaris pusaka Gereja Katedral Monza) pada tahun 1352. Batu-batu mulia yang ditatahkan pada Mahkota Besi terdiri atas tujuh butir batu delima, tujuh butir korundum (batu safir) biru, empat butir batu kecubung lembayung, dan empat butir permata kaca. Sastra dan filmGambaran yang mengejutkan tentang Mahkota Besi muncul di dalam bab Sunset, bab ke-37 dari novel Moby-Dick karangan Herman Melville. Bab pendek ini khusus memuat senandika Kapten Ahab. Di antara delusi-delusi aniaya dan kemegahan yang memenuhi benaknya, sang nakhoda membayangkan dirinya dimahkotai dengan Mahkota Besi Lombardia. Film Italia tahun 1941 arahan sutradara Alessandro Blasetti, La corona di ferro, mengisahkan cerita fantasi tentang kedatangan Mahkota Besi di Jazirah Italia. Di dalam serial TV Father Brown, Mahkota Besi muncul dalam episode ke-70, The Two Deaths of Hercule Flambeau. Baca jugaKeterangan
Rujukan
Bahan bacaan lanjutan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Mahkota Besi. |