Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Louise dari Savoy

Louise dari Savoy
Potret karya Jean Clouet
Perwakian Prancis
Regency1515–1516
1523–1526
1529
MonarkiFrancis I
Kelahiran(1476-09-11)11 September 1476
Pont-d'Ain
Kematian22 September 1531(1531-09-22) (umur 55)
Grez-sur-Loing
Pemakaman19 Oktober 1531
Pasangan
(m. 1488; meninggal 1496)
KeturunanMarguerite, Ratu Navarre
Francis I dari Prancis
WangsaSavoy
AyahPhilip II, Adipati Savoy
IbuMargaret dari Bourbon

Louise dari Savoy (11 September 1476 – 22 September 1531) adalah seorang bangsawan asal Prancis sekaligus pemangku takhta dari Auvergne dan Bourbon. Selain itu, Louise adalah ibu dari Raja Francis I dari Prancis dan Marguerite de Navarre. Perannya tidak hanya sekadar ibu, karena Louise aktif secara politik. Bahkan, Louise pernah menjabat sebagai pemangku takhta Prancis pada tahun 1515, lalu di 1525–1526, dan sekali lagi di tahun 1529, selama putranya sedang di luar negeri.

Masa kecil

Louise dari Savoy lahir di Pont-d'Ain, sebagai putri sulung dari Philip II, Adipati Savoy dan istri pertamanya, Margaret dari Bourbon.[1] Saudaranya, Philibert II, Adipati Savoy, menggantikan ayah mereka sebagai penguasa kadipaten dan kepala Wangsa Savoy. Philibert kemudian digantikan oleh saudara tirinya Charles III, Adipati Savoy.

Karena ibu Louise meninggal ketika ia baru berusia tujuh tahun, Louise dibesarkan oleh Anne de Beaujeu,[1] yang menjadi wali Perancis untuk saudaranya Charles VIII. Saat berada di Amboise Louise bertemu dengan Margaret dari Austria (putri Maximilian dan Mary dari Burgundia), yang saat itu bertunangan dengan raja muda. Beberapa dekade kemudian, Louise akan bernegosiasi untuk perdamaian dengan Margaret.[2]

Pernikahan

Di usia sebelas tahun, Louise menikah dengan Charles dari Orléans, pada 16 Februari 1488 di Paris. Tapi, Louise baru mulai tinggal serumah dengan suaminya saat usianya lima belas tahun.[2] Meski Charles punya dua selir, pernikahan mereka sebenarnya tidak buruk. Mereka sama-sama suka buku, jadi itu membuat hubungan mereka cukup dekat.[3]

Rumah tangga Charles diatur oleh châtelaine-nya, Antoinette de Polignac, yang juga ibu dari dua anak di luar nikah Charles, yaitu Jeanne dari Angoulême dan Madeleine. Antoinette bahkan menjadi pelayan pribadi sekaligus teman curhat untuk Louise.[4] Anak-anak Antoinette dibesarkan bersamaan dengan anak-anak Louise. Selain itu, Charles juga mempunyai satu anak lagi, Souveraine, dari Jeanne le Conte. Anak-anak itu semua tinggal di château keluarga Angoulême, dan nantinya Louise ikut membantu mengatur pernikahan mereka.[2]

Anak pertama Louise, Marguerite, lahir pada 11 April 1492. Lalu anak keduanya, Francis, lahir pada 12 September 1494.

Saat Charles jatuh sakit setelah berkuda di musim dingin tahun 1495, Louise dengan sabar merawatnya. Tapi akhirnya, Charles meninggal pada 1 Januari 1496. Kepergiannya membuat Louise sangat terpukul.[5]

Menjanda dan Menjadi Ibu

Ketika Louise kehilangan suaminya di usia muda, baru 19 tahun, ia dengan cerdas mengatur masa depan anak-anaknya. Selama dua tahun, mereka tetap tinggal di Cognac, Prancis, tapi setelah Raja Louis XII, sepupu mendiang suaminya, naik takhta, Louise memutuskan membawa keluarganya pindah ke istana.[6]

Louise bukan hanya seorang ibu, tapi juga sosok yang paham betul seluk-beluk politik dan diplomasi. Louise sangat tertarik dengan perkembangan seni dan ilmu pengetahuan dari Italia pada era Renaisans. Anak-anaknya dididik dengan semangat Renaisans Italia, berkat bantuan Cristoforo Numai dari Forlì. Louise bahkan memesan buku khusus untuk putranya dan mengajarkannya bahasa Italia serta Spanyol.[7]

Pada tahun 1505, ketika Louis XII jatuh sakit, ia memutuskan Francis sebagai penerusnya. Louise dan Anna dari Bretagne ditunjuk sebagai anggota dewan perwalian. Meski Louis akhirnya sembuh, Francis semakin menjadi favoritnya. Hingga akhirnya, pada 8 Mei 1514, Francis menikah dengan putri Louise, Claude dari Prancis. Setelah pernikahan itu, Louis XII resmi menjadikan Francis sebagai pewaris takhta.[8]

Ibu Sang Raja

Louise dari Savoy secara simbolis mengambil alih "kemudi sepak" pada tahun 1525 dan meminta bantuan dari Suleiman yang Agung, yang digambarkan di sini sedang bersimpuh di kakinya dengan serban di kepala

Setelah Louis XII wafat pada 1 Januari 1515, Francis pun menjadi Raja Prancis. Tepat pada 4 Februari 1515, Louise diangkat menjadi Duchess dari Angoulême. Kemudian, pada 15 April 1524, ia juga dinobatkan sebagai Duchess dari Anjou.

Warisan Bourbon

Karena ibunya adalah salah satu saudara perempuan dari para adipati terakhir cabang utama keluarga Bourbon, Louise merasa punya hak atas wilayah-wilayah Bourbon setelah kematian Suzanne, pada tahun 1521. Berdasarkan kedekatan darah, Louise menuntut hak atas Kadipaten Auvergne dan berbagai tanah milik keluarga Bourbon lainnya.

Untuk menyelesaikan masalah ini, Louise bahkan menawarkan diri untuk menikahi Charles III, Adipati Bourbon, yang juga adalah mantan suami Suzanne. Tapi lamaran itu ditolak mentah-mentah oleh Charles dengan cara yang dianggap menghina. Louise tentu saja tidak tinggal diam. Dengan dukungan putranya, ia mulai melemahkan posisi Charles.

Akibatnya, Charles diasingkan. Ia pun berusaha mendapatkan kembali kehormatan dan statusnya dengan memulai perang melawan Francis. Namun usahanya gagal total, dan ia meninggal pada 1527 tanpa berhasil merebut kembali wilayah maupun gelarnya. Di sisi lain, Louise berhasil menguasai kembali Auvergne berkat penyitaan, dan wilayah itu kini berada di bawah kendali putranya.

Pemangku Kekuasaan

Louise tetap aktif secara politik, terutama pada masa-masa awal pemerintahan Francis. Ketika putranya pergi berperang atau absen dari kerajaan, ia mengambil alih kekuasaan sebagai pemangku sementara.

Louise pertama kali menjadi pemangku kekuasaan pada tahun 1515 saat Francis sedang memimpin perang di Italia. Ia kembali menjabat sebagai wali pada 1525-1526, ketika Francis menjadi tawanan di Spanyol.

Pada tahun 1524, Louise mengirim salah satu utusannya, Jean-Joachim de Passano, ke London untuk mencoba membuka jalur negosiasi damai dengan Kardinal Wolsey. Sayangnya, usaha itu gagal. Namun, mungkin saja pembicaraan ini menjadi cikal bakal Perjanjian More yang ditandatangani setahun kemudian.

Pada 1525, Louise mengutus misi diplomatik ke Kesultanan Usmaniyah, berharap mendapat bantuan dari Suleiman yang Agung untuk membebaskan Francis dari penjara. Namun, misi pertama itu gagal karena utusannya hilang di Bosnia. Tidak menyerah, Louise mengirim misi kedua pada Desember 1525, kali ini dipimpin oleh John Frangipani. Utusan tersebut berhasil sampai di Konstantinopel dan membawa pesan rahasia yang meminta Suleiman menyerang Habsburg serta membebaskan putranya. Pada 6 Februari 1526, Frangipani kembali dengan jawaban positif dari Suleiman, dan membuka jalan untuk aliansi antara Prancis dan Ottoman.[9]

Louise juga memainkan peran penting dalam perundingan Perjanjian Cambrai, yang ditandatangani pada 3 Agustus 1529. Perjanjian ini, yang dikenal dengan sebutan “Perdamaian Para Wanita,” menjadi penutup dari Perang Italia kedua antara Francis dengan Karl V. Louise mewakili Prancis dalam perundingan ini, sementara Margaret dari Austria mewakili Kekaisaran Romawi Suci.[9]

Hasilnya, Habsburg berhasil mempertahankan dominasi di Italia untuk sementara waktu. Tapi bagi Louise, ini adalah salah satu pencapaian diplomatik terbesarnya sebagai seorang ibu sekaligus penasihat raja.

Kematian

Louise meninggal pada tanggal 22 September 1531, di Grez-sur-Loing karena wabah. Jasadnya dimakamkan di Saint-Denis di Paris.[10] Setelah kematiannya, tanahnya, termasuk Auvergne, bergabung ke dalam wilayah kerajaan. Melalui putrinya Marguerite dan cucunya Jeanne d'Albret, ia adalah nenek moyang raja Bourbon di Perancis, karena cicitnya, Henry dari Navarre, menggantikannya sebagai Henry IV dari Prancis.

Referensi

  1. ^ a b Knecht 1982, hlm. 1.
  2. ^ a b c Jansen 2002, hlm. 182.
  3. ^ Knecht 1982, hlm. 3.
  4. ^ Hacket 1937, hlm. 48–52.
  5. ^ Knecht 1982, hlm. 3-4.
  6. ^ Jansen 2002, hlm. 184.
  7. ^ Knecht 1982, hlm. 6.
  8. ^ Knecht 1982, hlm. 12.
  9. ^ a b Merriman 1966, hlm. 128-129.
  10. ^ Seward 1973, hlm. 173.

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya