Setela bertahun-tahun membeli tanah atau mendapatkannya melalui warisan atau aliansi pernikahan di seluruh Sachsen, Lothar memperoleh domein dari Wangsa Billung, para Comte di Northeim dan Wangsa Bruno, dan menjadi salah satu tuan rumah di kadipaten Jerman Utara. Ia mendukung putra kaisar, Heinrich V selama kekuasaan ayahandanya, Heinrich IV melemah dan sebagai imbalannya ia dilantik sebagai Adipati Sachsen setelah kematian Magnus dari Sachsen pada tahun 1106.[3] Didorong oleh promosi dan tidak senang atas pengenaan pajak baru dari beberapa lord kadipaten, Adipati Lothar akhirnya memberontak terhadap pemerintahan Kaisar Heinrich dan menentang kekuasaannya untuk memerintah Sachsen selama Kontroversi Penobatan. Ia bertindak secara otonom, mengganti rugi Comte Adolf I dengan Holstein pada tahun 1110, yang dipecat sementara pada tahun 1112 namun dipulihkan setelah ia menyerahkan dirinya sendiri kepada pemerintahan Heinrich V. Namun pada tahun 1115 ia berabung dengn pasukan pemberontak Sachsen yang mengalahkan pengikut Kaisar di dalam Pertempuran Welfesholz.[4] Ketika pada tahun 1123 Heinrich V menyerahkan Markgrafschaft Meißen kepada Comte Wiprecht dari Groitzsch, Lothar menegaskan pelantikan Konrad dan menyerahkan Markgrafschaft Lausitz kepada Comte Albrecht sang Beruang.
Wangsa Supplinburg
Setelah kematian Kaisar Heinrich V pada tahun 1125, Lothar dianggap oleh kanselir kekaisaran, Keuskupan Mainz, sebagai calon yang sempurna.[5] Sebagai pemilik tanah yang luas di seluruh Sachsen, ia membawa kekuatan ke atas meja, tetapi ia telah berusia lanjut (di atas lima puluh tahun lebih sedikit) dan tidak memiliki keturunan laki-laki, menjadikannya mudah dibentuk oleh kaum bangsawan. Karena itu ia terpilih sebagai Raja Romawi setelah perebutan kekuasaan kontroversial dengan Adipati Friedrich II dari Swabia, ketua Wangsa Hohenstaufen yang sedang naik pamornya.[6] Pemilihannya terutama tercatat menandai keberangkatan dari konsep suksesi turun temurun.[7] Perebutan kekuasaan yang kompleks di antara kepausan dan kekaisaran, Lothar juga menyetujui beberapa tindakan simbolis yang kemudian ditafsirkan oleh Roma sebagai sinyal penerimaan penegasan paus atas posisinya.[6]
Sebuah kampanye dilakukan pada tahun yang sama melawan Bohemia yang berakhir dengan kekalahan yang menandakan suatu permulaan Lothar yang lemah. Di antara mereka yang ditawan oleh Bohemia adalah Albrecht sang Beruang, calon Markgraf Brandenburg.
Adipati Friedrich II dan Konrad III merupakan calon ahli waris wangsa Hohenstaufen, melalui ibunda mereka, Agnes sebagai cucu laki-laki mendiang Kaisar Heinrich IV dan keponakan Heinrich V. Friedrich berupaya atas takhta Kaisar Romawi Suci (yang resminya dikenal sebagai Raja Romawi) melalui pemilihan adat, tetapi kalah dengan adipati Sachsen, Lothar dari Supplinburg. Sebuah perang saudara di antara wangsa Friedrich dan Lothar berakhir dengan penyerahan Friedrich pada tahun 1134.
Sengketa dengan Staufen
Dengan kedua asal Sachsen dan Bayern, Wangsa Süpplingenburg menjadi lawan politik Wangsa Salier dan Wangsa Hohenstaufen Swabia. Pada masa pemerintahannya, sengketa suksesi pecah di antara Wangsa Guelf dan Wangsa Hohenstaufen; yang terakhir dipimpin oleh Friedrich II dari Swabia dan saudaranya Konrad III dari Jerman.[8] Wangsa Staufen, selain menuntut tanah swasta Salier yang jelas jatuh ke tangan mereka, juga menuntut seluruh tanah-tanah mahkota yang mereka peroleh di bawah Heinrich IV dan Heinrich V. Lothar berupaya untuk merebut tanah-tanah disertai persetujuan dari beberapa pertemuan bangsawan di Regensburg, yan menimbulkan reaksi Staufen. Lothar kemudian bertindak lebih jauh lagi. Friedrich II ditempatkan di dalam larangan, Franconia dirampas dari Konrad dan Lothar melantik sekutunya Konrad I dari Zähringen sebagai rektor Bourgogne.
Wangsa Staufen dengan bantuan tanah-tanah mereka sendiri, banyak Kota kekaisaran bebas, Kadipaten Austria, dan Kadipaten Swabia, membuat Adipati Konrad terpilih sebagai "Anti-raja" Konrad III. Pada tahun 1128 Konrad pergi ke Italia untuk dimahkotai sebagai Raja Italia oleh Anselmo V Pusterla.[6][8] Lothar ambil kesempatan dari keabsenan Konrad dan posisi lemahnya dengan menyerang Staufen di Jerman. Pada tahun 1129 ia mengambil dua kota Staufen yang kuat, Nuremberg dan Speyer. Konrad gagal untuk berbuat sesuatu dari kunjungannya ke Italia, dan ia kembali pada tahun 1130 tanpa dapat membanggakan sesuatu, yang meyakinkan setidaknya kemenangan sebagian untuk Lothar.[8]
Hubungan dengan kepausan
Di dalam pemilihan ganda kepausan pada tahun 1130, kedua belah pihak berkampanye untuk dukungan Lothar. Raja memiliki kesempatan untuk mengmbil keuntungan dari situasi dan menegaskan kembali wewenang kekaisaran atas kepausan, tetapi memilih untuk berurusan dengan resistensi Staufen, ia membiarkan bawahannya membuat keputusan. Antipaus Anakletus II menawarkan Lothar mahkota kerajaan, tetapi akhirnya Paus Innosensius II yang mendapat dukungannya, dan ia berjanji untuk mengawal paus yang baru kembali ke Roma.[9] Pada tahun 1131 keduanya bertemu di Liège, dimana raja menunjukkan sikap tunduk kepada paus,[10] dan permintaannya agar penobatan dipulihkan kepadanya diabaikan. Bagaimanapun ia menjaga hak-hak yang dijamin oleh Pakta Worms.[6] Ia juga setuju untuk membantu Innosensius melawan Raja Ruggeru II dari Sisilia, sekutu Anakletus.[3] Sebagai imbalannya, Innosensius II sekali lagi memahkotai Lothar sebagai Raja Romawi pada tanggal 29 Maret 1131.[11]
Kekuatan Lothar yang dibawanya ke Italia pada tahun 1132 tidak besar, karena ia meninggalkan pasukannya di Jerman untuk mencegah Hohenstaufen dari pemberontakan. Ketika ia dengan hati-hati menghindari setiap kota yang bermusuhan, ia berusaha untuk mengepung Milan namun gagal karena jumlah pasukannya yang sedikit.[12] Akibatnya ia mencapai Roma pada tahun 1133, yang sebagian besar dipegang oleh Anakletus. Karena Basilika Santo Petrus tutup untuk mereka, Innosensius memahkotai Lothar sebagai kaisar di dalam Lateran pada tanggal 4 Juni 1133.[9] Kaisar terus memberikan sedikit atau tidak ada perlawanan terhadap gangguan paus dengan kekuasaannya; ia bahkan mengabaikan bulla oleh Innosensius yang menyatakan bahwa wewenang kaisar berasal darinya. Ia juga mengakui tuntutan-tuntutan kepausan kepada tanah-tanah Matildine (yang sebelumnya dimiliki oleh Comtesse Matilde dari Toskana), ditukar dengan penerimaan tanah-tanah tersebut sebagai vasal.[9]
Kampanye melawan Sisilia
Kembali ke Jerman, ia berangkat untuk menciptakan perdamaian. Staufen bersaudara kekurangan sumber daya dan terpaksa menyerah.[13] Reichstag di Bamberg pada tahun 1135 mengampuni kedua bersaudara terebut dan memulihkan tanah-tanah mereka. Sebagai imbalannya, mereka mengakui Lothar sebagai kaisar, Konrad meninggalkan gelarnya sebagai Raja Italia,[14] dan keduanya berjanji untuk mendukungnya di dalam kampanye Italia lainnya, sebelum 'Perdamaian Tanah' sepuluh tahun dinyatakan.
Pada tahun 1136, atas desakan Innosensius dan Kaisar Romawi Timur Ioannes II Komnenos, kampanye melawan Ruggeru dari Sisilia dimulai.[3] Dua pasukan utama yang salah satunya dipimpin oleh Lothar,yang lainnya dipimpin oleh menantunya, Heinrich X dari Bayern ("Heinrich yang Sombong"), memasuki Italia.[13] Di Sungai Tronto, Comte Guglielmo dari Loritello melakukan penghormatan kepada Lothar dan membuka pintu gerbang Térmle untuknya. Hal ini diikuti oleh penyerahan Comte Hugues II dari Molise. Pasukan maju sejauh bagian selatan semenanjung, kedua pasukan bertemu di Bari, dan melanjutkan lebih jauh ke selatan pada tahun 1137. Ruggeru menawarkan untuk memberi Puglia sebagai vasal Kekaisaran kepada salah seorang putranya dan memberi putranya yang lain sebagai sandera; kondisi-kondisi yang ditolak Lothar setelah ditekan oleh Innosensius.
Bagaimanapun tentara Jerman bersikeras melawan kampanye selama musim panas dan memberontak. Kaisar yan berharap untuk menaklukkan Sisilia dengan sempurna sebaliknya memisahkan Capua dan Puglia dari kerajaan Ruggeru dan memberikannya kepada musuh-musuh Ruggeru.[15] Namun Innosensius protes dan menyatakan bahwa Puglia jatuh di bawah tuntutan-tuntutan kepausan; keduanya akhirnya setuju untuk menyerahkan kadipaten tersebut kepada Rainulfo dari Alife.[15] Lothar memegang Salerno dari bulan Agustus sampai Oktober 1137. Disana ia mencetak (Follis) dengan namanya.[16]
Kembali ke Jerman, Lothar meninggal ketika menyeberangi Alpen pada tanggal 4 Desember 1137.[17] Jenazahnya direbus untuk mencegah pembusukan,[18] dan tulang-tulangnya dibawa ke gereja biara Santo Petrus dan Paulus di Königslutter, yang diberkahi sebagai gereja pemakamannya dimana ia meletakkan batu pertama pada tahun 1135.
Tak lama sebelumnya, ia memberi tanah-tanah Toskana Matildine-nya kepada Heinrich yang Sombong dari Bayern, dan tindakan terakhirnya adalah untuk memberinya juga Kadipaten Sachsen dan regalia kekaisaran. Namun kerajaan itu kemudian berakhir di tangan Wangsa Staufen, yang menghancurkan harapan-harapan Lothar untuk monarki turun temurun Wangsa Guelf yang kuat.
Tindakan di utara dan timur
Sumbangan kaisar yang paling tahan lama untuk Jerman datang dari tindakan-tindakannya di utara dan timur. Sebagai orang Sachsen, ia memberi perhatian lebih ke wilayah kaisar-kaisar terdahulu. Bahkan sebelum ia menjadi raja Jerman, ia telah memberikan wewenang Holstein dan Stormarn kepada Adolf I dari Schauenburg. Pada tahun 1134 ia melantik Albrecht sang Beruang, Askania sebagai Markgraf Brandenburg. Pada tahun 1136 ia melantik Konrad dari Meißen, yang menjabat sebagai Markgraf Meissen, ke posisi Markgraf Lausitz, dan menggabungkan keduanya. Selain itu, ia mengajukan petisi kepada paus untuk memperluas hak-hak Keuskupan Bremen dan Keuskupan Magdeburg di wilayahnya. Raja Erik Emune dijadikan vasal kaisar pada tahun 1135, dan menjadi anggota Reichstag. Kesuksesan campur tangan diplomatik Lothar mengakhiri perang di antara Polandia dan Bohemia/Hungaria yang mengakibatkan pembayaran upeti Pommern Adipati Polandia Bolesław III yang sudah lama terlambat. Selain itu, adipati Polandia tersebut harus menerima Pommern dan Rügen sebagai vasal Kekaisaran.
Keturunan
Wangsa Süpplingenburg tidak berumur panjang. Dengan istrinya, Richenza dari Northeim, Lothar hanya memiliki seorang putri yang bernama Gertrud, yang lahir pada tanggal 18 April 1115. Untuk mengamankan dukungan Guelf atas pemilihannya sebagai raja, Lothar menikahkan Gertrud dengan Heinrich X dari Bayern pada tanggal 29 Mei 1127.[19] Mereka memiliki seorang putra yang bernama Heinrich der Löwe.[19]
Setelah kematian Lothar pada tahun 1137, Konrad dari Wangsa Hohenstaufen terpilih sebagai raja dengan nama Konrad III. Ketika Heinrich, menantu serta ahli waris Lothar dan pangeran yang paling berkuasa di Jerman menolak untuk mengakuinya sebagai raja yang baru, Konrad III mengambil seluruh wilayahnya.
Silsilah
Pada tahun 1013, seorang bangsawan Sachsen yang bernama Liutger disinggung sebagai seorang Comte Harzgau subdivisi Oostfalen. Cucu laki-lakinya adalah Comte Gebhard, ayahanda Kaisar Lothar, yang mungkin memperoleh kastil Süpplingenburg pada sekitar tahun 1060 melalui pernikahannya dengan Hedwig, putri Bayern Comte Friedrich dari Vornbach dan istrinya, Gertrud sendiri adalah keturunan dari Markgraf Sachsen, Dietrich dari Haldensleben yang menikah kedua kalinya dengan Ordulf dari Sachsen dari Wangsa Billung setelah kematian Comte Friedrich.
^Philip Grierson, Mark A. S. Blackburn and Lucia Travaini, Medieval European Coinage. Vol. 14: Italy (III) (South Italy, Sicily, Sardinia) (Cambridge University Press, 1998), pp. 125–26. The coins are of two types, probably because the traditional date for "renovating" the coinage (29 September, Michaelmas) fell during the occupation.
^J. L. Bada, B. Herrmann, I. L. Payan and E. H. Man (1989), "Amino acid racemization in bone and the boiling of the German Emperor Lothar I", Applied Geochemistry4: 325–27.