Layar penuh (fullscreen) merupakan rasio aspek layar televisi dan monitor komputer pada umumnya semasa awal, yaitu 4:3.[1] Barulah sekitar tahun 1990-an dan 2000-an, popularitas rasio layar lebar (widescreen) mulai naik.
Untuk perilisan layar penuh, film yang sejak awal dibuat dalam rasio aspek 4:3 tidak perlu disesuaikan ulang, sedangkan untuk rasio aspek lainnya perlu diubah dengan teknik seperti pan dan scan, open matte, atau reframing. Teknik pan dan scan mengekstraksi gambar 4:3 dari dalam bingkai asli dengan memotong sisi-sisi film, sementara open matte mengekstraksi gambar 4:3 dari potongan negatif orisinal yang memang direkam tetapi tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam perilisan di bioskop. Dalam reframing, elemen-elemen pada gambar diposisikan ulang. Teknik ini digunakan di semua film CG, yang elemen-elemennya bisa dipindahkan secara mudah.[2][3]
Sejarah
Televisi standar telah menggunakan rasio aspek layar penuh sejak ditemukannya kamera film. Monitor komputer pada periode awal pun menggunakan rasio aspek yang sama. Digunakan untuk film 35 mm pada era bisu, rasio aspek 4:3 juga sangat mendekati rasio Akademi 1,375:1, yang ditetapkan sebagai standar oleh Akademi Seni dan Sains Film setelah kemunculan suara optik pada film. Pada masa-masa awal televisi, yaitu sekitar tahun 1940-an dan 1950-an, film yang awalnya diambil dalam format 35 mm dapat ditonton di layar TV yang memiliki rasio aspek ini. Saat jumlah penonton bioskop mengalami penurunan, Hollywood menciptakan rasio aspek layar lebar, seperti 1,85:1, untuk membedakan industri film dari TV.[4] DV NTSC full frame menggunakan aspek rasio 4:3.[5] Namun, mulai awal abad ke-21, standar rasio aspek 4:3 dihapuskan secara bertahap oleh lembaga penyiaran di seluruh dunia dan produsen memilih rasio aspek 16:9 untuk perangkat televisi resolusi tinggi modern, kamera siaran, dan monitor komputer.
^Adjie, Bayu; Adjie, Seno (2012). CARA MUDAH MENGUASAI TEKNIK DIGITAL VIDEO EDITING DENGAN ADOBE PREMIERE. D@TAKOM Lintas Buana. hlm. 3. ISBN9789793214986.