Lambang bunga seruniLambang bunga seruni atau lambang bunga krisantemum (菊花紋章; 菊花紋 , kikuka monshō, kikka monshō; kikukamon, kikkamon) adalah desain lambang keluarga Jepang yang bermotifkan bunga seruni. Lambang Kekaisaran Jepang adalah lambang bunga seruni 16 daun mahkota. Asal usulBunga seruni diintroduksi dari daratan Cina ke Jepang pada zaman Nara. Di daratan Cina, seruni sudah dibudidayakan sejak 3.000 tahun yang lalu.[1] Sejak zaman kuno di Cina, ume, anggrek, bambu, dan seruni disebut empat tanaman raja (四君子).[1] Ume adalah lambang kebangsawanan; anggrek lambang kesucian, bambu lambang kesetiaan, dan seruni adalah lambang kelembutan.[1] Aksara kanji 君子 (kunshi) berarti orang sangat bajik, sangat bertata krama, dan sangat terpelajar.[1] Bunga seruni tidak disebut-sebut dalam antologi puisi tertua Jepang, Manyōshū, tetapi terdapat di dalam Kokin Wakashū dan Hikayat Genji. Sejak awal zaman Heian, bulan 9 (September) di kalender Jepang disebut bulan seruni (kikuzuki), tanggal 9 bulan 9 disebut chōyō no sekku atau kiku no sekku.[2] Bulan 9 kalender lama adalah musim mekarnya bunga seruni. Pada awal zaman Heian, seruni adalah bunga langka yang baru saja didatangkan dari daratan Cina.[2] Di istana, kalangan bangsawan mengadakan acara apresiasi bunga seruni. Mereka meminum sake rendaman bunga seruni sambil membaca puisi, sekaligus mendoakan agar panjang umur.[2] Seruni adalah bunga mahal lambang bangsawan terhormat sehingga minum sake bunga seruni dipercaya membuat peminumnya panjang umur dan dijauhi kedengkian.[2] Motif bunga seruni disukai orang Jepang karena dianggap sebagai motif pembawa keberuntungan,[3] dan dipakai sebagai ornamen kimono zaman Heian. Pada zaman Kamakura, Kaisar Go-Toba dikenal sangat menyukai bunga seruni dan menggunakan gambar bunga seruni sebagai stempel kekaisaran.[4] Tradisi menggunakan gambar bunga seruni sebagai stempel diteruskan oleh Kaisar Go-Fukakusa, Kaisar Kameyama, dan Kaisar Go-Uda. Lambang bunga seruni lalu melekat sebagai lambang istana kekaisaran, khususnya tampak depan bunga seruni bersusun 16 daun mahkota.[4] Pada zaman Edo, Keshogunan Tokugawa dengan lambangnya yang disebut mitsuba aoi sangat berpengaruh dan ditakuti rakyat. Lambang mitsuba aoi hanya boleh dipakai oleh Keshogunan Tokugawa.[5] Sebaliknya, lambang bunga seruni sudah benar-benar kehilangan pengaruhnya,[5] dan penggunaan lambang bunga seruni meluas ke kalangan rakyat biasa. Motif bunga seruni lalu banyak dipakai sebagai lambang keluarga aktor kabuki, merek dagang toko,[5] motif wagashi dan ornamen perlengkapan sembahyang. Lambang bunga seruni kembali dihormati rakyat Jepang pada zaman Meiji setelah kekuasaan pemerintahan berada kembali di tangan kaisar. Kekuasaan Kaisar Meiji menjadi absolut, dan lambang bunga seruni sebagai simbol istana kekaisaran kembali menjadi lambang yang sangat dihormati.[5] Lambang bunga seruni 16 daun mahkota lambang khusus istana kekaisaran yang dilarang digunakan di luar rumah tangga kekaisaran. Larangan pemakaian lambang bunga seruni 16 daun mahkota berlaku hingga berakhir Perang Dunia II.[5] Mengikuti pemakaian lambang bunga seruni oleh istana kekaisaran, kuil Shinto banyak memakai bunga seruni sebagai lambang kuil. Lambang bunga seruni misalnya dipakai oleh Kuil Takachiho di Prefektur Miyazaki yang konon berada di tempat Kaisar Jimmu memberangkatkan tentara ekspedisi ke timur.[5] DesainVariasi desain lambang bunga seruni begitu banyak karena selain dipakai sebagai lambang keluarga samurai dan kaum bangsawan, lambang bunga seruni juga dipakai sebagai lambang toko dan merek dagang. Di kalangan rakyat biasa, motif bunga seruni yang populer adalah desain bunga seruni 10 daun mahkota (jūkiku) atau 12 daun mahkota (jūnikiku). Variasi motif bunga seruni yang juga populer adalah bunga seruni tampak bawah dengan kelopak bunga (urakiku), siluet bunga seruni (kagekiku), dan setengah bunga seruni (hangiku). Motif bunga seruni dengan air mengalir di bawahnya disebut kikusui.
Lihat pulaReferensi
Pranala luarMedia tentang lambang bunga seruni di Wikimedia Commons |