Laleilmanino adalah supergrup pencipta lagu dan produser rekaman asal Jakarta yang terbentuk sejak 2014. Laleilmanino beranggotakan Arya Aditya Ramadhya, Ilman Ibrahim dan Anindyo Baskoro. Laleilmanino sebagai platform pembuatan lagu untuk para penyanyi Indonesia yang telah melahirkan lebih dari lebih dari 100 lagu selama sembilan tahun berkarier termasuk memproduseri beberapa album studio musisi Indonesia.[1] Laleilmanino telah menerima beberapa penghargaan termasuk 5 Anugerah Musik Indonesia.
Latar belakang
Nama Laleilmanino merupakan gabungan nama panggilan masing-masing personel yakni Lale (Arya Aditya Ramadhya) & Ilman (Ilman Ibrahim Isa) dari Maliq & D'essentials serta Nino (Anindyo Baskoro) dari RAN. Mereka mendefinisikan Laleilmanino sebagai produser dan penulis lagu, bukan sebuah grup musik maupun penyanyi. Alasan mereka bertiga membentuk grup ini didasari oleh rasa prihatin mereka akan kurangnya apresiasi pencinta musik Indonesia terhadap pencipta musik.[2]
Biasanya orang hanya tahu lagu dan penyanyinya saja, tetapi tidak tahu pencipta lagu tersebut. Lewat kerja sama ini, kami berharap pencipta lagu di Indonesia bisa terkenal seperti penyanyi atau bahkan menjadi idola baru.
– Nino [3] dalam wawancara bersama tabloid Bintang
Melalui kolaborasi tersebut Lale, Ilman, dan Nino ingin meningkatkan popularitas pencipta lagu. Mereka juga ingin menciptakan lagu untuk semua orang dan ingin karya mereka menjadi tonggak sebuah zaman.
Karier
2014: Pembentukan
Laleilmanino terbentuk pada 2014 yang dilatarbelakangi oleh keahlian ketiganya dalam menulis lagu. Laleilmanino merupakan basis bagi para penyanyi yang ingin dibuatkan sebuah lagu. Proyek ini terbentuk dari pertemuan tak sengaja mereka saat menghadiri perayaan ulang tahun Yovie Widiyanto di Bali dengan MALIQ & D’Essentials dan RAN turut hadir dalam acara tersebut sebagai pengisi acara. Kemudian di tengah sesi obrolan santai mereka, tercetuslah ide untuk membuat Laleilmanino sebagai platform pembuatan lagu untuk para musisi Indonesia.[4] Sebelumnya Lale dan Ilman sudah sering berkolaborasi sebagai pencipta lagu dan produser musik. Keduanya sempat menciptakan lagu untuk Angel Pieters, Alit Jiwandana dan Vanessa TM sedangkan Nino sebelumnya juga telah menciptakan lagu-lagu serta memproduseri album pertama HIVI!, Say Hi! To HiVi!. Laleilmanino menggunakan sudut kecil di kantor dan studio rekaman Maliq & D'Essentials di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Mereka menggunakan waktu kosong di sela-sela jadwal Maliq & D'essentials & RAN untuk menulis & memproduseri karya-karya mereka. Lagu pertama hasil kolaborasi mereka bertiga adalah “Surat Izin Mencinta” untukBastian Steel yang rilis pada 2014.
2021: Svara: Perjalanan Bermakna di Balik Nada
Setelah tujuh tahun berkarya, Laleilmanino telah telah melahirkan 100 karya termasuk memproduseri 3 album studio yakni Kereta Kencan oleh HiVi!, Persona oleh Vidi Aldiano, dan Marion oleh Marion Jola. Melahirkan 100 karya selama tujuh tahun diakui Nino, Ilman, dan Lale cukup membuat mereka frustrasi mencari ide-ide segar untuk karya baru mereka. Berangkat dari keresahan itu, Laleilmanino memutuskan untuk berkolaborasi dengan Joox Indonesia membuat sebuah proyek bertajuk Svara.[1] Bersama-sama, mereka mengunjungi beberapa daerah di Indonesia untuk mencari inspirasi baru. Proyek tersebut dirilis pada tahun 2021 dengan menghadirkan seri dokumenter dan lagu original bertajuk Svara: Perjalanan Bermakna di Balik Nada. Proyek ini juga bekerja sama dengan Visinema, Swara Gembira, serta sejumlah musisi dan komunitas kesenian.
Svara: Perjalanan Bermakna di Balik Nada sendiri bercerita tentang perjalanan manusia dalam meneguhkan identitas serta menguak makna yang hadir pada hubungan manusia dengan dunia sekitar melalui musik. Dalam seri dokumenter itu, mereka melakukan perjalanan ke empat kota, yakni Bali, Yogyakarta, Cirebon, dan Jakarta. Di sana, mereka bertemu sejumlah seniman lokal dan mempelajari kesenian-kesenian yang belum terekspos selama ini.[5]
Laleilmanino juga menghadirkan 4 lagu original dalam seri tersebut, hasil kolaborasi mereka bersama empat musisi Indonesia. Mereka merilis karya modern dengan sentuhan unsur musik tradisional di dalamnya. Empat kolaborator terpilih itu adalah Baila Fauri, Diskoria, HIVI!, dan Rizky Febian. Lagu-lagu tersebut berjudul "Kita Bukan Mereka"—bersama Baila Fauri, "100 (Satu Kosong Kosong)"—berduet dengan HIVI!, "Lukisan Kaca"—dinyanyikan oleh Rizky Febian, dan "Jakarta"—bersama Diskoria.
Cerita perjalanan menemukan inspirasi dan cerita di balik keempat lagu didokumentasikan dalam bentuk lima episode dokumenter oleh Visinema Content. Seluruh episode tersebut dirilis di platform digital musik Joox pada 5 November 2021 melalui fitur Joox Live. Sementara empat lagu Joox Original Svara dirilis secara berkala setiap minggunya mulai 8 November 2021 secara eksklusif di aplikasi Joox.[6]
Proses pembuatan Laleilmanino Version awalnya tidak direncanakan sama sekali. Berawal ketika unggahan iseng video kover lagu "Rapsodi" yang pernah mereka ciptakan untuk JKT48 disambut dengan animo luar biasa dari netizen, mereka kemudian lanjut mengunggah video cover lagu "Gemintang Hatiku", "Serenata Jiwa Lara", serta "C.H.R.I.S.Y.E.". Melihat banyaknya permintaan pendengar musik Indonesia untuk menghadirkan konten kover lagu ini di semua gerai digital, maka terbitlah album Laleilmanino Version.
Gaya bermusik
Laleilmanino merupakan penulis lagu dengan genre utama pop. Lagu-lagu ciptaan Laleilmanino dinilai mewakili jenis musik populer masa kini di Indonesia. Alunan musik Laleilmanino terinspirasi oleh genre pop kreatif yang pernah populer di tahun 70 sampai 90-an. Lirik berciri khas pop dibalut oleh musik khas karya mereka.
Lale mendefinisikan bahwa sebuah karya akan dinilai sebagai musik pop setelah diterima oleh banyak orang. Hal itu yang menjadi harapan Laleilmanino untuk karya-karya yang mereka ciptakan. Ilman mengatakan bahwa musik pop adalah tombak utama, sedangkan Nino mendefinisikan musik pop sebagai musik komersial yang penuh letupan dan mewakili kisah banyak orang. Ada tiga hal yang diharapkan terwujud pada lagu-lagu ciptaan mereka, yaitu menjadi karya yang bagus dan bisa dipertanggungjawabkan, disukai pasar, serta meledak di pasaran.[8]
Dimas Prasetyo dari Popmama.com menulis bahwa Laleilmanino "menjelma sebagai mesin pencetak lagu hits yang tidak diragukan lagi karya-karyanya"[9]. Sementara itu Nizar Zulmi dari Fimela.com mengklasifikasikan Laleilmanino sebagai salah satu "produser muda pencetak lagu-lagu hits Indonesia"[10].
Dalam proses pengerjaan lagu Laleilmanino, sketsa awal selalu mereka kerjakan bersama. Setelahnya, Lale berfokus pada progresi akor dan penyelarasan vokal, Ilman untuk rancangan fondasi lagu, dan Nino yang selalu senang berkata-kata bertanggung jawab atas penulisan lirik.[11] Laleilmanino menggabungkan kompleksitas akor dan gaya sophisticated dari Lale dan Ilman dengan melodi dan lirik dari Nino yang sederhana dan mudah dinyanyikan sehingga bersatu padu menjadi sebuah lagu pop.[2]
Dalam upaya untuk memaksimalkan penjualan karyanya dan menyiasati bisnis musik di era digital, Laleilmanino digandeng pelaku startup teknologi Kolektibel dengan mengadopsi "Non Fungible Token" (NFT) bagi industri musik Indonesia.[25]
Catatan
^Laleilmanino merupakan produser dengan label rekaman independen dengan nama label sama dengan nama grup
^Joox Original Svara tidak dirilis sebagai album dan hanya diklasifikasikan sebagai daftar putar oleh Joox sekalipun lagu-lagu dalam Joox Original Svara merupakan lagu orisinal untuk jalur suara seri dokumentasi Svara: Perjalanan Bermakna di Balik Nada.