Koprofagia adalah konsumsi tinja, dari bahasa Yunanicopros (tinja) dan phagein (makan). Banyak spesies binatang melakukan koprofagia, tetapi jarang dilakukan manusia.
Serangga koprofagia memakan dan mencerna tinja binatang yang lebih besar; tinja ini mengandung makanan yang setengah dicerna. Sistem pencernaan herbivora tidak terlalu efisien, jadi makanan yang sudah setengah dicerna ini lebih mudah dimakan oleh mereka.
Coprophagia tidak lazim dalam manusia, dan dianggap sebagai akibat dari koprofilia. Mengkonsumsi tinja orang lain memiliki risiko tertular penyakit seperti hepatitis. Mengkonsumsi tinja sendiri juga mengandung risiko, karena bakteri perut dan telur cacing tidak aman dimakan. Risiko yang sama juga dihadapi oleh pelaku anilingus atau ass to mouth. Praktik coprophagia juga telah digambarkan dalam beberapa film.
Sejarah
Lewin (2001) menulis bahwa "... mengonsumsi tinja onta yang masih baru dan hangat disarankan oleh Bedouin sebagai obat disentri; hal ini (mungkin karena kandungan subtilisin yang bersifat antibiotik dari Bacillus subtilis) telah dikonfirmasi oleh tentara Jerman di Afrika dalam perang dunia II."
Wise, T.N., and R.L. Goldberg (1995). ""Escalation of a fetish: coprophagia in a nonpsychotic adult of normal intelligence"". J. Sex Marital Ther. 21 (4): 272–5.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Coprophagia in the CanineDiarsipkan 2006-05-08 di Wayback Machine. - Erik Hofmeister; Melinda Cumming, DVM PhD; Cheryl Dhein, DVM, MS, DACVIM; Douglas Island Veterinary Service; detailed preliminary results of study of behavior and prevention in dogs