Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Konektivitas genetik


Konektivitas genetik atau daya sambung genetik menggambarkan bagaimana suatu populasi yang berbeda mampu terhubung melalui pergerakan telur, larva, propagul, juvenil dan organisme dewasa yang aktif bergerak.[1] Untuk mengukur konektivitas antar populasi secara langsung digunakan beberapa metode seperti tagging dan satellite telemetry. Akan tetapi, dalam praktiknya, metode tersebut cukup sulit diterapkan khususnya untuk biota laut karena jangkauan area yang cukup luas serta sebagian besar spesies bentik yang melakukan pergerakan hanya pada fase larva saja.[2] Oleh sebab itu, pendekatan secara genetik banyak digunakan untuk menganalisis konektivitas genetik antara satu populasi dengan populasi lainnya.[3][4][5] Konektivitas genetik menunjukkan sejauh mana aliran gen memengaruhi proses evolusi dalam subpopulasi.[6] Apabila dua subpopulasi memiliki tingkat aliran gen yang tinggi, maka kedua subpopulasi itu tidak akan menunjukkan perbedaan struktur genetik yang signifikan. Demikian pula sebaliknya, apabila antar dua subpopulasi terjadi aliran gen yang bersifat terbatas/rendah, kedua subpopulasi tersebut akan menunjukkan struktur genetik yang semakin berbeda.

Konektivitas genetik dapat digunakan untuk menghitung dispersi/penyebaran dari larva serta migrasi antar populasi serta self recruitment yang terjadi pada level intra populasi. Pemahaman tentang konektivitas genetik sangat krusial dalam mendukung upaya-upaya konservasi seperti dalam penentuan lokasi dan luasan dari Marine Protected Area (MPA). Saat ini, data genetik sudah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam mendukung upaya konservasi ekosistem laut. Untuk menganalisis konektivitas genetik ada dua metode yang umum digunakan. Pertama dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara menghitung persamaan atau perbedaan genetik (struktur populasi) antar populasi yang berbeda. Kedua, konektivitas genetik dapat juga diukur secara langsung dengan menghitung migrants melalui Parentage Assigment.[7] Untuk kedua metode diatas, marka yang biasanya digunakan adalah mikrosatelit dan SNPs.

Referensi

  1. ^ Palumbi, Stephen R. (2003-02). "POPULATION GENETICS, DEMOGRAPHIC CONNECTIVITY, AND THE DESIGN OF MARINE RESERVES". Ecological Applications. 13 (sp1): 146–158. doi:10.1890/1051-0761(2003)013[0146:pgdcat]2.0.co;2. ISSN 1051-0761. 
  2. ^ Cowen, Robert K. (2002). Coral Reef Fishes. Elsevier. hlm. 149–cp1. ISBN 978-0-12-615185-5. 
  3. ^ Mora, Camilo; Treml, Eric A.; Roberts, Jason; Crosby, Kate; Roy, Denis; Tittensor, Derek P. (2012-01). "High connectivity among habitats precludes the relationship between dispersal and range size in tropical reef fishes". Ecography. 35 (1): 89–96. doi:10.1111/j.1600-0587.2011.06874.x. ISSN 0906-7590. 
  4. ^ Dohna, Tina A.; Timm, Janne; Hamid, Lemia; Kochzius, Marc (2015-03-25). "Limited connectivity and a phylogeographic break characterize populations of the pink anemonefish,Amphiprion perideraion, in the Indo-Malay Archipelago: inferences from a mitochondrial and microsatellite loci". Ecology and Evolution. 5 (8): 1717–1733. doi:10.1002/ece3.1455. ISSN 2045-7758. 
  5. ^ Putra, I Nyoman Giri; Syamsuni, Yuliana Fitri; Subhan, Beginer; Pharmawati, Made; Madduppa, Hawis (2018-03-13). "Strong genetic differentiation in tropical seagrass Enhalus acoroides (Hydrocharitaceae) at the Indo-Malay Archipelago revealed by microsatellite DNA". PeerJ (dalam bahasa Inggris). 6: e4315. doi:10.7717/peerj.4315. ISSN 2167-8359. PMC 5855881alt=Dapat diakses gratis. PMID 29576933. 
  6. ^ LOWE, WINSOR H.; ALLENDORF, FRED W. (2010-07-02). "What can genetics tell us about population connectivity?". Molecular Ecology. 19 (15): 3038–3051. doi:10.1111/j.1365-294x.2010.04688.x. ISSN 0962-1083. 
  7. ^ JONES, ADAM G.; SMALL, CLAYTON M.; PACZOLT, KIMBERLY A.; RATTERMAN, NICHOLAS L. (2010-01). "A practical guide to methods of parentage analysis". Molecular Ecology Resources. 10 (1): 6–30. doi:10.1111/j.1755-0998.2009.02778.x. ISSN 1755-098X. 
Kembali kehalaman sebelumnya