Istilah khuda berasal dari kata Bahasa Iran Pertengahanxvatay, xwadag yang berarti "dewa", "pengatur" "penguasa", dan juga muncul pada istilah bahasa Parthiankwdy, Persia Tengahkwdy dan Sogdikwdy. Pada bahasa Persia Tengah, istilah ini menggambarkan bentuk bahasa Iran lampau seperti xva-dhata- (dalam bahasa Avesta) yang berarti berdiri sendiri, autokrat, dalam epitet Ahura Mazda. Pada bahasa Pashtun, khuda dikenal dengan Xdāi (خدۍ).
Penggunaan umum khuda ditemukan pada gelar kerajaan Sasaniyahkatak-xvatay untuk menandakan kepala suku, keluarga besar, atau dalam judul sastra Khwaday-Namag, yang menceritakan dinasti Kayani dan ditemukan pada sastra Shahnameh. Tulisan bangsa Hurri dari Mesopotamia utara menunjukkan penemuan kata kerja *xud, ḫud <ḫu-u-tu-> yang berarti "untuk memuji".[1]
Penggunaan
Zoroastrianisme
Contoh pengunaan semi-religius pada Zoroastrianisme ada dalam epitet zaman-i derang xvatay, yang ditemukan pada Menog-i Khrad. Bagian keempat dan keenam doa Pazend dalam 101 Nama Tuhan mengandung beberapa kata gabungan mengandung khuda seperti "Harvesp-Khoda" (Maha Penguasa Segala) dan "Khudawand" (Penguasa Alam Semesta).[2]
Penggunaan khuda sebagai "sang Penguasa" (merujuk pada Ahura Mazda) diwakilkan pada bagian pertama Frahang-i-Pahlavig.
Islam
Pada istilah Islam, istilah ini digunakan merujuk kepada Tuhan dalam Islam yang memiliki makna sejajar dengan Asma'ul HusnaAl-Malik (Maha Pemilik, Penguasa).
Frase Khuda Hafiz (yang berarti Semoga Tuhan menjadi Pelindung Anda) merupakan salam perpisahan yang umum digunakan dalam bahasa Persia, Kurdi, Bengali, Urdu, dan Pashtun, serta Punjabi, pada masyarakat Muslim Asia Selatan.
^Zorlu, Tuncay (2008). Innovation and Empire in Turkey: Sultan Selim III and the Modernisation of the Ottoman Navy. I.B.Tauris. hlm. 116. ISBN978-0857713599.