Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Kematian otak

Mati otak atau brain death mengacu kepada kondisi tiadanya distribusi darah dan oksigen (O2 ) ke otak yang menyebabkan seluruh sistem otak (termasuk batang otak, saraf dan bagian-bagian otak lain yang mengatur aktivitas-aktivitas penghidupan seperti pernapasan dan denyut jantung) tidak lagi bekerja dengan sempurna dan keseluruhan.[1][2][3] Bila tubuh kehilangan kemampuan untuk mengorganisasi dan regulasi, maka tubuh hanyalah sekumpulan organ yang dapat hidup dan berfungsi dengan bantuan dari luar (berupa alat). Seluruh tanda kehidupan tersebut dapat menghilang jika bantuan dari luar tersebut dihentikan. Kehilangan fungsi otak ini umumnya tidak lagi dapat dipulihkan, akhirnya membawa kepada masalah kematian otak. Untuk segelintir pasien, kematian otak dapat terjadi sebelum denyut jantung mereka berhenti sepenuhnya.

Hal ini mungkin terjadi apabila pasien itu mengalami koma akibat kondisi-kondisi seperti yang disebutkan berikut dan telah mendapat perawatan bantuan pernapasan dari mesin khusus pernafasan (ventilator) seperti yang terjadi di unit perawatan rapi:

  • Cedera otak yang menyebabkan bengkak otak,
  • Pendarahan otak yang parah terjadi secara spontan,
  • Otak bengkak yang parah karena diserang jangkitan kuman,
  • Strok yang akut ataupun teruk.

Terdapat tiga tanda utama mati otak, yaitu koma atau tidak merespons (unresponsiveness), hilangnya refleks batang otak, dan apneu.

Referensi

  1. ^ "Brain death". Encyclopedia of Death and Dying. Diakses tanggal 25 March 2014. 
  2. ^ Young, G Bryan. "Diagnosis of brain death". UpToDate. Diakses tanggal 25 March 2014. 
  3. ^ Goila, A.; Pawar, M. (2009). "The diagnosis of brain death". Indian Journal of Critical Care Medicine. 13 (1): 7–11. doi:10.4103/0972-5229.53108. PMC 2772257alt=Dapat diakses gratis. PMID 19881172. 


Kembali kehalaman sebelumnya