Kaum Katolik Tradisionalis adalah umat Katolik Roma, atau orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai umat Katolik Roma, yang percaya akan perlunya pengembalian banyak, atau bahkan semua, bentuk-bentuk liturgi, devosi publik maupun pribadi, dan penyajian ajaran-ajaran Katolik ke bentuknya semula di dalam Gereja Katolik sebelum Konsili Vatikan II (1962-1965) misalnya melarang kaum awam merasul [terutama secara keseluruhan], melarang kaum wanita memakai celana panjang [terutama yang ketat] dan pakaian serba minim, melarang wanita menjadi pelayan altar (misdinar,lektor, akolit) dan juga menegaskan bahwa Gereja Katolik Roma adalah gereja yang paling baik, benar, dan sempurna untuk keselamatan umat manusia. Jadi menurut kaum Katolik Roma Tradisional ini semua termasuk ajaran iman dan moral Kristen Katolik yang orthodoks. Liturgi yang dipakai oleh kaum Katolik Roma Tradisional adalah Tridentine.[1]
Jumlah kaum Katolik tradisional
Menurut Buku Statistk Tahunan Gereja, Gereja Katolik di seluruh dunia mencatat keanggotaan pada akhir tahun 2005 sebanyak 1.114.966.000 orang.[2] Perkiraan jumlah kaum tradisionalis di dalam populasi ini berkisar antara 1 juta hingga 7 juta orang.[3][4] Telah ada pernyataan juga bahwa terdapat lebih dari 2 juta kaum tradisionalis yang berseteru dengan Roma, dan jumlah yang sama yang tetap berhubungan baik dengan Roma.[5] Perkiraan jumlah pendukung Ordo SSPX berkisar antara 600.000 hingga 1 juta orang.[3][6][7][8][9]
Saat ini terdapat sekitar 500.000 imam Katolik di seluruh dunia. Dua organisasi tradisionalis utama adalah SSPX dan Persaudaraan Imam-imam Santo Petrus (FSSP); SSPX memiliki sekitar 500 imam, dan FSSP memiliki sekitar 200 imam.
Sebagai perbandingan saja dengan organisasi-organisasi Katolik umum, Ksatria Columbus di Amerika Serikat menyatakan memiliki 1,7 juta anggota, Jalan Neokatekumen menyatakan memiliki sekitar 1 juta anggota,[10] dan Opus Dei menyatakan memiliki 87.000 anggota.