Kapal induk kelas Queen Elizabeth
Kapal induk kelas Queen Elizabeth adalah kelas kapal induk dari dua kapal induk Angkatan Laut Kerajaan (Royal Navy) yang merupakan komponen utama dari UK Carrier Strike Group.[2] Kapal pertamanya, HMS Queen Elizabeth dinobatkan pada tanggal 4 Juli 2014,[3] dan mulai bertugas pada 7 Desember 2017.[4] Kapal yang kedua, HMS Prince of Wales diluncurkan pada 21 Desember 2017, dan mulai bertugas pada 10 Desember 2019.[5] Kapal-kapal tersebut memiliki berat benaman sekitar 65.000 ton (64.000 ton panjang; 72.000 ton pendek), dengan panjang 284 meter (932 kaki) dan merupakan kapal perang terbesar yang pernah dibuat untuk Angkatan Laut Kerajaan.[6] Carrier Air Wing (CVW) akan bervariasi tergantung pada jenis dan lokasi penyebaran, tetapi akan terdiri dari maksimal 24 F-35B dalam keadaan normal (atau 36 dalam kasus ekstrim) dan helikopter Merlin baik untuk peran utilitas dan EAW.[7] Biaya yang diproyeksikan untuk program ini sebesar £6,2 miliar.[8] PengembanganKonstruksiPembangunan kapal induk kelas Queen Elizabeth dikonfirmasi pada bulan Desember 2005. Pembangunan dilakukan oleh empat perusahaan di tujuh galangan kapal, dengan integrasi blok terakhir dan perakitan di Rosyth:
Pada tanggal 20 Mei 2008, pemerintah memberikan "lampu hijau" untuk pembangunan kapal induk kelas Queen Elizabeth, yang menyatakan bahwa mereka siap untuk menandatangani kontrak untuk produksi penuh setelah pembentukan usaha patungan pembuatan kapal yang direncanakan antara BAE Systems dan VT Group.[10] Pembangunan kedua kapal induk melibatkan lebih dari 10.000 orang dari 90 perusahaan, 7.000 di antaranya di enam galangan kapal yang membangun bagian-bagian kapal.[11] DesainKarakteristik umumKapal induk ini memiliki berat benaman 65.000 ton[6], tetapi didesain memungkinkan untuk dapat melebihi 70.000 ton karena kapal akan terus diperbarui selama berdinas.[12][13] Kapal induk ini memiliki panjang keseluruhan 280 meter (920 kaki), lebar pada tingkat dek 70 meter, tinggi 56 meter, sarat air 11 meter, dan jangkauan 10.000 mil laut (12.000 mil; 19.000 km).[14] Penggunaan tenaga nuklir ditolak karena membutuhkan biaya dan tenaga kerja yang mahal untuk Propulsi Listrik Terintegrasi yang terdiri dari dua unit generator turbin gas Rolls-Royce Marine Trent MT30 36 MW (48.000 hp) dan empat set generator diesel Wärtsilä (dua 9 MW atau 12.000 hp dan dua 11 MW atau 15.000 hp).[15][12] Mesin Trent dan diesel ini adalah yang terbesar yang pernah dipasok ke Angkatan Laut Kerajaan, dan secara bersamaan menggunakan sistem kelistrikan tegangan rendah serta empat motor propulsi listrik 20 MW dari GE Power Conversion yang menggerakkan baling-baling twin fixed-pitch.[9] Alih-alih menggunakan struktur "pulau" tunggal yang berisi anjungan navigasi dan pusat kontrol penerbangan (flyco), kapal induk ini dibagi antara dua struktur, dengan "pulau" depan untuk navigasi dan "pulau" belakang untuk mengendalikan operasi penerbangan.[9] Di bawah dek penerbangan terdapat sembilan dek hanggar.[16] Dek hanggar ini berukuran 155 × 33,5 meter dengan tinggi 6,7 hingga 10 meter, cukup besar untuk menampung hingga 20 pesawat bersayap tetap dan putar.[9] Untuk memindahkan pesawat dari hanggar ke dek penerbangan, kapal memiliki dua lift besar yang masing-masing mampu mengangkat 2 pesawat berukuran F-35, atau 1 CH-47 Chinook dari hanggar ke dek penerbangan dalam tempo 60 detik.[17] Satu-satunya senjata pertahanan diri yang diumumkan untuk kapal saat ini adalah Phalanx CIWS untuk ancaman udara, dengan minigun dan meriam 30 mm untuk ancaman lintas laut.[18] SistemKapal induk ini akan menggunakan radar BAE Systems/Thales S1850M untuk pencarian area luas jarak jauh,[19] radar AESA BAE Systems Artisan 3D Type 997 jarak menengah maritim, dan radar navigasi.[20] BAE mengklaim S1850M memiliki deteksi otomatis dan inisiasi lacak yang dapat melacak hingga 1.000 target udara pada jarak sekitar 400 kilometer (250 mi).[21] Radar Artisan dapat "melacak target seukuran bola snoker sejauh 20 kilometer (12 mi)", dengan jangkauan maksimum 200 km.[22] Mereka juga akan dilengkapi dengan Ultra Electronics Series 2500 Electro Optical System (EOS) dan Glide Path Camera (GPC).[23] Amunisi dan penanganan amunisi dapat dilakukan dengan sistem penanganan senjata secara mekanis (HMWHS) yang dirancang oleh Babcock.[24] Ini adalah pertama kalinya angkatan laut menerapkan sistem gudang berbasis darat yang umum. Sistem ini mempercepat pengiriman dan mengurangi jumlah kru berkat otomasi.[25] Carrier Air GroupDalam situasi normal, setiap kapal induk maksimal akan membawa 24 pesawat F-35B, serta mampu membawa 36 pesawat dalam situasi ekstrem.[26] Setiap kapal induk dapat mewadahi hingga 110 sortie per hari.[27] 14 helikopter Merlin HM2 akan tersedia dengan 9 dalam konfigurasi anti-kapal selam dan 4 atau 5 dengan Crowsnest untuk peringatan dini. Sebagai alternatif, paket "manuver litoral" dapat mencakup campuran Commando Helicopter Force Angkatan Laut Kerajaan Merlin HC4, Wildcat AH1, helikopter angkut Chinook RAF, dan helikopter serbu Apache Army Air Corps.[28] Pada September 2013, direncanakan 6 tempat pendaratan di kapal induk, tetapi geladak dapat ditandai untuk pengoperasian 10 helikopter medium sekaligus, memungkinkan pengangkutan kompi yang terdiri dari 250 pasukan.[28] Hanhgar dirancang untuk mengoperasikan Chinook tanpa perlu melipat bilah dan Bell Boeing V-22 Osprey tanpa tiltrotor. Kedua lift pesawat masing-masing dapat mengakomodasi sebuah Chinook dengan baling-baling yang tidak dilipat.[29] Karena Angkatan Laut Kerajaan berencana untuk mengoperasikan kapal induk secara bergiliran, hal itu hanya akan membentuk grup udara kapal induk tunggal untuk melengkapi kapal induk mana pun yang dikerahkan. Namun, drone memungkinkan Angkatan Laut Kerajaan untuk membentuk grup udara pengangkut kedua.[30] Kapal di kelasnya
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Queen Elizabeth class aircraft carriers.
|