Kamesywara
Kameswara adalah raja Kerajaan Panjalu yang memerintah sekitar tahun 1182-1194, dengan abhiseka bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwaryyawiryya Parakrama Digjayotunggadewa.[1] Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Kamesywara naik takhta. Peninggalan sejarahnya antara lain Prasasti Semanding, 17 Juni 1182, dan Prasasti Ceker, 11 September 1185. Selain itu pada masa pemerintahan Sri Kameswara ini seorang pujangga bernama Mpu Dharmaja menulis Kakawin Smaradahana, yang berisi kisah kelahiran Ganesha, yaitu dewa berkepala gajah yang menjadi lambang Kerajaan Panjalu sebagaimana yang tertera pada prasasti-prasasti. [1]Kakawin Smaradahana juga mengisahkan terbakarnya Kamajaya dan Ratih, menjelang kelahiran Ganesha. Pasangan dewa-dewi tersebut kemudian menitis dalam diri Sri Kameswara raja Panjalu dan permaisurinya yang bernama Sri Kirana, putri Janggala. Sejak berdiri tahun 1042, Kerajaan Panjalu dan Janggala selalu terlibat perang saudara. Pada tahun 1135 Jayabaya raja Kerajaan Panjalu berhasil menaklukkan Jenggala, berdasarkan Prasasti Ngantang. Ditambah lagi dengan perkawinan Sri Kameswara dengan Sri Kirana membuat persatuan kedua Negara lebih erat lagi. Kakawin Smaradahana merupakan cikal bakal kisah-kisah Panji yang populer dalam masyarakat Jawa. Tokoh Panji Inu Kertapati Asmarabangun merupakan pangeran Janggala yang menikah dengan Galuh Candrakirana putri Panjalu. Dalam beberapa pementasan ketoprak, tokoh Panji kemudian menjadi raja Janggala bergelar Kameswara. Hal ini tentu saja kebalikan dari fakta sejarah. Dari kisah ini pula, muncul cerita rakyat Ande Ande Lumut . Tidak diketahui kapan pemerintahan Sri Kameswara berakhir. Raja Panjalu selanjutnya berdasarkan Prasasti Kamulan (1194) adalah Kertajaya. Kepustakaan
|