Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Jalur kereta api Japanan–Bangil

Jalur kereta api Japanan–Bangil
Garis merah tebal menunjukkan jalur kereta api milik KSM (di wilayah Kediri dan Jombang) dan MSM (di wilayah Malang), sementara jalur berwarna Hijau merupakan jalur tream MSM (di wilayah Mojokerto-Pandaan). Sedangkan hitam merupakan jalur kereta api milik SS (kecuali garis hitam atas; Bojonegoro–Babat–Lamongan–Surabaya dan Sumari–Gresik adalah milik NIS.)
Ikhtisar
JenisLintas cabang
SistemJalur kereta api rel ringan
Jalur trem uap
StatusTidak beroperasi
TerminusStasiun Japanan
Stasiun Bangil
Stasiun15
Operasi
Dibangun olehModjokerto Stoomtram Maatschappij
Legalitas pembangunanGouvernements besluit 31 Desember 1895 No. 1
Dibuka1898-1899
PemilikPT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun)
Karakteristik lintasLintas datar
DepoJapanan
Bangil
Data teknis
Panjang rel25,6 km
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Kecepatan operasi40 km/jam

Jalur kereta api Japanan–Bangil merupakan salah satu dari jalur kereta api nonaktif di Jawa Timur dengan panjang jalur 25,6 km, termasuk dalam Wilayah Aset VIII Surabaya. Jalur ini dibangun oleh perusahaan Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM) dan dibuka pada 1 November 1889 untuk ruas Stasiun Japanan–Stasiun Pandaan (11,3 kilometer), serta 18 September 1899 untuk ruas Stasiun Pandaan–Stasiun Bangil (14,3 kilometer).[1]

Pabrik Gula Japanan dan Pandaan dilayani oleh jalur ini. Selain itu, MSM juga mendirikan Stasiun Bangil-nya sendiri. Letaknya di belakang depo lokomotif Bangil milik SS.

Sebagian jalur kereta api MSM ditutup karena telah dibongkar untuk keperluan perang, menyisakan lintas Mojokerto–Japanan dan Bangil–Pandaan. Pada masa Perang Kemerdekaan, kereta-kereta api di jalur Bangil–Pandaan ternyata tidak bisa dijalankan. Sebagai akibatnya para pejuang terpaksa harus berjalan kaki. Perlu diketahui bahwa kereta juga tidak bisa berjalan dari Malang ke arah utara karena di daerah Surabaya dan Sidoarjo sedang terjadi peperangan.[2]

Bahkan, setelah perang, Dinas Bangunan DKA sejak 1949-1950 juga terpaksa harus merenovasi jalur-jalurnya agar kereta di jalur-jalur MSM ini dapat beroperasi kembali. Dalam sejarah kelam bangsa Indonesia, orang-orang yang tertuduh PKI pernah disiksa di jalur Bangil–Pandaan, di atas gerbong penolong NR 9 yang saat ini disimpan di Depo Lokomotif Bangil.[3] Jalur ini tak lama kemudian ditutup karena dianggap tidak cocok dengan rencana tata ruang Mojokerto.

Jalur terhubung

Lintas aktif

Lintas nonaktif

Daftar stasiun

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 27 Mojokerto–Japanan–Porong/Bangil
Segmen Japanan–Pandaan
Diresmikan pada tanggal 1 November 1898
oleh Modjokerto Stoomtram Maatschappij
Termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya
4822 Japanan JPN Kejapanan, Gempol, Pasuruan km 1+680 lintas PorongJapanan–PandaanBangil Tidak beroperasi
4831 Mlaten MLE km 3+107 Tidak beroperasi
4832 Mojokopek MKP km 4+810 Tidak beroperasi
4833 Ngerong NGE km 6+535 Tidak beroperasi
4834 Kepulungan KGA km 8+000 Tidak beroperasi
4835 Tugu (Pasuruan) TGU km 8+895 Tidak beroperasi
4836 Wunut WNT km 11+248 Tidak beroperasi
5201 Pandaan PDA Pandaan, Pasuruan km 13+248 Tidak beroperasi
Segmen Pandaan–Bangil
Diresmikan pada tanggal 18 September 1899
5202 Suket SET km 16+160 Tidak beroperasi
5203 Tanggul (Pasuruan) TUL km 17+525 Tidak beroperasi
5204 Baujeng BAJ km 18+410 Tidak beroperasi
5205 Jambe (Pasuruan) JAM km 19+166 Tidak beroperasi
5206 Orokwali OK km 22+095 Tidak beroperasi
5207 Sidowayah SDW km 24+515 Tidak beroperasi
5208 Bangil MSM
(belakang Depo Lokomotif Bangil SS)
BGL Pogar, Bangil, Pasuruan km 26+445 Tidak beroperasi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [4]
  • Stasiun nonaktif: [5][6]
  • Pengidentifikasi stasiun: [7]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [8]:106-124


Galeri

Referensi

  1. ^ Reitsma, S. A. (1920). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij. 
  2. ^ Oetari (2015). Kereta terakhir : memoar gadis djoang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020317526. OCLC 913506206. 
  3. ^ Say (2016-09-28). "Lokomotif dan Gerbong Kereta Api Paling Horor di Indonesia". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2018-05-02. 
  4. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  5. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  6. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  7. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  8. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 


Kembali kehalaman sebelumnya