Iwan Tompo
Iwan Tompo Daeng Liwang (Bahasa Makassar : ᨕᨗᨓ ᨈᨚᨄᨚ ᨉᨕᨙ ᨒᨗᨓ (Iwan Tompo’ Dg. Liwang)) (Lahir di Makassar, 6 September 1952[1] – meninggal di Makassar 23 Mei 2013 pada umur 60 tahun[2]) adalah seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu-lagu populer Makassar dari Sulawesi Selatan, berkebangsaan Indonesia. Ia mendapatkan julukan Sang Maestro lagu-lagu Makassar.[3] Kehadiran Iwan Tompo sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu daerah Makassar menjadi tonggak dalam mempertahankan eksistensi lagu daerah Makassar. Hidup dan karierKehidupan awalIwan Tompo lahir 6 September 1952 di kediaman orang tuanya. Iwan Tompo merupakan anak dari pasangan Abdullah Daeng. Tompo dan Saripa Daeng Lima. Iwan Tompo merupakan anak ketiga dari lima orang bersaudara di antara tiga orang perempuan dan dua orang laki-laki. Semasa hidupnya Iwan Tompo lahir dan dibesarkan dilingkungan keluarga yang serba pas-pasan atau bisa dikatakan hidup miskin. Demi bertahan hidup orang tua Iwan Tompo bekerja sebagai Jasa Kopra (Jasa Pembelian Hasil Bumi).[1] Iwan Tompo menghabiskan masa kecilnya bersama kakak dan adiknya di kediaman orang tuanya. Meskipun hidup mereka serba pas-pasan, namun orang tua Hasanuddin (sapaan akrab semasa kecil) tidak pernah memaksakan kepada anak-anaknya untuk bekerja, mereka menghabiskan waktunya untuk bermain seperti halnya anak-anak pada umumnya. Namun sedikit berbeda dari adik dan kakaknya, Iwan Tompo yang beberapa kali berganti nama karena sering sakit-sakitan, mengaku bakat dan potensi bermusiknya mulai ditunjukkan ketika duduk dibangku SMP, ia lebih banyak bernyanyi dan mendengarkan musik. Iwan Tompo mengaku bakat dan kemampuan bermusiknya mulai ditunjukkan ketika duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama, ketika Iwan Tompo menginjak masa remaja kira-kira berusia 14 tahun, Iwan Tompo adalah seorang gitaris utama dan pemimpin utama untuk mendirikan grup band Biston, yang beranggotakan Edi Coman sebagai pemain bass, Edi sebagai pemain Keyboard, Maman pemain drum, dan Udin sebagai Vokalis dan gitaris ritme. Lagu yang sering mereka bawakan beraliran rock seperti Deep Purple, The Everly Brothers dan The Beatles. Perjalanan karierIwan Tompo lebih banyak mengiringi penyanyi dalam berbagai acara, tak jarang Iwan Tompo mem-backing suara para penyanyinya. Suara Iwan Tompo yang kental dengan khas cengkok Makassar dianggap cocok menyanyikan lagu-lagu daerah oleh teman-temannya pada saat itu dan mendapat tanggapan yang baik dari sebagian masyarakat. Hal inilah yang memudahkan Iwan Tompo dikenal sebagai penyanyi yang bersuara merdu bak burung kutilang. Awal mula Iwan Tompo bergabung di Irama Baru Record pada tahun 1975, ini merupakan studio rekaman yang masih aktif hingga saat ini, setelah banyaknya studio rekaman yang timbul tenggelam di antaranya Nasional record, Suara Emas record, Finish Record. Posisi Iwan Tompo di Irama Baru Record pada saat itu sebagai penyanyi, di mana dulunya Iwan Tompo belum mempunyai album sendiri melainkan album kompilasi lagu-lagu Bugis pada tahun 1976, Iwan Tompo membawakan 4 buah lagu dari 12 buah lagu pada album Ana Malie yaitu: Salmarani, Cora Keteng, pada Idi Pada Elo' dan Wae Mata Bawang.[1] Seiring vakumnya Irama Baru Record, Iwan Tompo mengambil keputusan hijrah ke Libel Record yang beralamat di jalan Kalimantan no.46A Kecamatan Ujung Tanah, Ujungpandang pada tahun 1980. Libel Record merupakan wadah aktivitas rekaman dalam hal memproduksi suatu lagu ke dalam bentuk material berupa kaset tape, CD dan VCD yang diolah menjadi sebuah album layak jual. Iwan Tompo dikontrak selama kurang lebih 20 tahun oleh pihak Libel Record, selama kurun waktu tersebut Iwan Tompo menyanyikan beberapa buah lagu. Namun selama rentang waktu itu pihak Libel Record tidak bisa mengatur dan mengelola dengan baik perusahaannya sehingga Libel Record mengalami hal yang sama seperti Irama Baru Record beberapa tahun yang lalu. Pada saat inilah irama baru record kembali meraih kejayaannya, dengan memunculkan ide-ide baru dari pihak manajemen produksi di industrinya yaitu seperti membuat konsep lagu jenaka (komikal) namun tetap menggunakan bahasa dan dialek dari budaya Bugis-Makassar. Seperti lagu yang berjudul Garring Apami Inona. Kehadiran Iwan Tompo sebagai putra daerah Makassar merupakan pencerahan musik bergenre daerah khas Makassar, yang dapat menjawab tantangan perkembangan aliran musik modern, sehingga dapat mempertahankan dan mengangkat lagu daerah hingga tingkat nasional. Akhir hidupPenyanyi kawakan dan pencipta lagu daerah Makassar-Bugis ini menderita penyakit diabetes serta komplikasi. Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di rumah duka, Kamis sekitar pukul 07:30 WITA, 23 Mei 2013 di usia 60 tahun.[4] Hingga akhir hidupnya, Iwan Tompo diketahui telah menciptakan 500 lebih lagu berbahasa Makassar dan Bugis.[4][5] Referensi
|