Hutan gugur Timor dan Wetar
Hutan gugur Timor dan Wetar atau Hutan musiman Timor dan Wetar merupakan suatu kawasan ekologi hutan gugur tropis di Indonesia dan Timor Leste. Kawasan ekologi ini meliputi beberapa pulau, yaitu Pulau Timor, Pulau Wetar, Pulau Rote, Pulau Sabu, dan beberapa pulau kecil lainnya di sekitar pulau-pulau tersebut. [2] [3] [4] GeografiPulau Timor, Wetar, Rote, dan Sabu merupakan bagian dari Kepulauan Nusa Tenggara. Kawasan ekologi ini pun merupakan bagian dari Wallacea yang merupakan sekumpulan pulau yang termasuk pada Lingkup Australasia, tetapi tidak pernah tergabung dengan benua Asia maupun Australia. Pulau-pulau di kawasan Wallacea merupakan rumah bagi pelbagai jenis flora dan fauna campuran dari kedua kawasan tersebut serta mempunyai spesies-spesies yang uni sebagai akibat dari terisolasinya flora dan fauna di wilayah ini.[5] Pulau Timor merupakan pulau terbesar dari kawasan ekologi ini dengan luas sebesar 30.777 km². Pulau Timor secara politis terbagi ke dalam dua wilayah negara berdaulat, yaitu Timor Leste di sebelah timur Pulau Timor, dan wilayah Timor Barat dan pulau lain di sekitarnya yang merupakan bagian dari Indonesia. Timor Barat, Pulau Rote, dan Pulau Sabu termasuk bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan Pulau Wetar merupakan bagian dari Provinsi Maluku. Sebagian besar pulau-pulau ini memiliki kontur atau topografi yang berbukit-bukit dan bergelombang. Gunung Tatamailau di Pulau Timor merupakan titik tertinggi dengan ketinggian 2.986 mdpl. Sementara itu, titik tertinggi Pulau Wetar mencapai 1.407 mdpl. IklimSeluruh kawasan ekologi hutan gugur Timor dan Wetar beriklim tropis dengan kategori iklim sabana tropis (Aw). Oleh karena beriklim tropis, suhu udara di wilayah ini cenderung konstan pada rentang 18°–34°C, kecuali untuk wilayah dataran tinggi dan pegunungan dengan suhu udara yang tentunya lebih rendah beberapa derajat. Kawasan ekologi ini mempunyai iklim yang lebih kering dari kawasan ekologi lainnya di wilayah Indonesia dengan curah hujan tahunan berkisar pada angka 800–1.700 mm per tahun. Oleh karena bertipe iklim tropis basah dan kering, kawasan ekologi ini pun memiliki dua musim, yaitu musim penghujan yang berlangsung cukup singkat antara bulan Desember hingga April dan musim kemarau yang berlangsung sejak bulan Mei hingga bulan November.[6][7] FloraKawasan ekologi ini mempunyai setidaknya beberapa jenis hutan, yakni hutan hujan di wilayah pegunungan bercurah hujan tinggi, hutan gugur lembap, hutan gugur kering, serta hutan ataupun semak berduri. Hutan gugur baik lembap maupun kering tersebar merata hampir di seluruh wilayah kawasan ekologi Timor dan Wetar. Sebagian kecil hutan di kawasan ekologi ini bersifat hutan primer, sedangkan sebagian besar lainnya bersifat hutan sekunder. Bentuk aktivitas manusia seperti pembukaan lahan dengan pembakaran, sistem ladang berpindah, dan peternakan hewan telah mengubah banyak bentuk bioma alami kawasan ekologi ini yang tadinya merupakan bioma hutan gugur menjadi kawasan bioma antropogenik sepert padang sabana dan padang semak belukar yang luas.[8][9] Padang sabana sangat umum dijumpai di wilayah dataran rendah dan pesisir. Area padang sabana sendiri memiliki setidaknya empat jenis sabana, yaitu sabana palem dengan Siwalan, sabana eukaliptus dengan Eucalyptus alba, sabana akasia, dan sabana casuarina. Komunitas tumbuhan lainnya melingkupi padang rumput dan semak belukar di wilayah pesisir pantai,[10] Pohon cendana (Santalum album) dan pohon kemiri (Aleurites moluccanus) merupakan pepohonan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia dan biasanya dipanen dari hutan liar. Minyak dari pohon cendana merupakan salah satu komoditi terpenting bagi masyarakat Asia, terutama Asia Tenggara dan Asia Selatan, sehingga mengakibatkan pemanenan berlebih yang kemudian menyebabkan tumbuhan ini menjadi langka dan termasuk flora yang terancam. FaunaKawasan ekologi ini memiliki setidaknya 38 spesies mamalia.[11] Celurut Timor (Crocidura tenuis) dan Tikus Timor (Rattus timorensis) merupakan hewan endemik Pulau Timor. Dua spesies mamalia lainnya diyakini telah dibawa ke kepulauan ini pada zaman dahulu oleh manusia, yaitu Kuskus coklat (Phalanger orientalis), sejenis hewan marsupial yang aslinya berasal dari Pulau Papua, dan Rusa timor (Rusa timorensis) yang memiliki nenek moyang yang berasal dari Jawa dan Bali.[12] Kawasan ekologi ini pun merupakan rumah bagi 229 spesies burung.[13] Di antara 229 spesies burung tersebut, 23 di antaranya merupakan spesies burung endemik kawasan ekologi Pulau Timor dan Wetar.[14] Fauna telah punahTikus besar dari genus Coryphomys diyakini telah punah sejak 1000–2000 tahun yang lalu. Fosil dari spesies Stegodon yang merupakan kerabat gajah telah ditemukan di Pulau Timor, dengan penemuan terkininya yang telah berumur 130.000 tahun.[15] Fosil kadal raksasa dari zaman Pleistosen Tengah yang berukuran sama dengan Komodo yang saat ini dijumpai di Flores dan kepulauan di sekitarnya juga ditemukan di Pulau Timor. Kawasan dilindungiBerdasarkan penilaian yang dilakukan pada tahun 2017, ditemukan bahwa 7% dari kawasan ekologi ini merupakan bagian dari kawasan yang dilindungi. Luas dari 75 tersebut adalah 2.245 km².[16] Kawasan dilindungi tersebut meliputi Cagar Alam Gunung Mutis di Indonesia, Taman Nasional Nino Konis Santana dan Taman Nasional Kay Rala Xanana Gusmao di Timor Leste Lihat pulaPranala luar
Referensi
|