Husein Yusuf
Kolonel Inf. Husein Jusuf (lahir di Blang Bladeh, Aceh, 1912 - meninggal di Bireuen, Aceh, 8 Januari 1978) merupakan seorang wartawan dan pejabat militer dari Aceh. Selama Masa Revolusi Nasional, Husein Yusuf menjadi pemimpin Radio Rimba Raya. Kehidupan AwalHusein Yusuf dilahirkan pada tahun 1912 di Blang Bladeh dari pasangan Yusuf Kaya dan Siti Aisyah dan mempunyai garis keturunan dari kalangan uleebalang. Husein Yusuf memulai jenjang pendidikanya dengan menempuh sekolah agama dan di usianya yang ke-12, dia masuk ke Volkschool (Sekolah Rakyat). Kemudian dia melanjutkan ke Governement Inlandsche School (Sekolah Pemerintahan) selama dua tahun dan setamat dari sekolah tersebut, dia melanjutkan ke Leergang (Sekolah Guru) di Kutaraja.[1] Karier AwalPada tahun 1932, Husein Yusuf menjadi guru di sebuah Sekolah Rakyat di Bugak dan mengajar sampai dengan tahun 1935. Setelah itu, dia dipindahkan ke Cot Badak dan mengajar di sekolah rakyat di daerah tersebut. Dua tahun kemudian, dia bersama dengan istri pindah ke Bireuen dan menjadi guru di Hollandsch-Inlandsche School. Selain menjadi seorang guru, Husein Yusuf juga bekerja sebagai wartawan di salah satu surat kabar di Medan, Pewarta Deli. Selama bekerja sebagai wartawan di Pewarta Deli, Husein sering menulis berita-berita yang berkaitan dengan keadaan Aceh dan himbauan kepada rakyat Aceh untuk mementingkan pendidikan. Berita-berita yang dia liput sering menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda.[1] Masa Pendudukan JepangMasuknya Jepang ke Aceh membuat karier Husein Yusuf sebelumnya, guru dan wartawan, terhenti. Walaupun begitu, dia mendapatkan pekerjaan yaitu menjadi seorang penyiar di kantor berita Syu Hodoka di Kutaraja.[2] Pada tahun 1943, Husein Yusuf bergabung ke pelatihan militer di Giyugun dan lulus dengan mendapatkan pangkat sebagai Letnan. Husein Yusuf juga menjabat sebagai mandor di Lapangan Udara Blang Mane dan sektretaris PUSA.[1] Setelah Proklamasi KemerdekaanBerita Proklamasi baru tersebar di seluruh Aceh pada akhir Agustus 1945 dan para pemuda-pemuda Aceh merespon kabar tersebut dengan mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1945. Husein Yusuf bergabung dengan API dan menjabat sebagai sekretaris bersama dengan Sjamaun Gaharu. Selain dipercaya sebagai sekretaris API, Husein Yusuf juga diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia (KNI).[1] Pada tanggal 1 Desember 1945, API bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat dan Husein Yusuf diangkat menjadi Ajudan Staf Umum Divisi V Tentara Republik Indonesia. Selang beberapa waktu, terjadi perombakan dalam Divisi V dan pada tanggal 12 Maret 1946, Husein Yusuf menjabat sebagai Komdandan Divisi V Komandemen Sumatra yang sebelumnya dijabat oleh Sjamaun Gahara. Pemilihan Husein Yusuf dipertimbangkan atas beberapa faktor yaitu pengalamanya di Giyugun dan sikap anti feodalismenya.[1] Selama menjabat sebagai Komandan Divisi V, Husein memindahkan markasnya dari Banda Aceh ke Bireuen dikarenakan Bireuen dikelilingi oleh bukit-bukit yang cocok untuk perang geriliya sehingga letaknya aman apabila Belanda ingin melancarkan agresinya. Husein Yusuf juga memerintahkan untuk memperbaiki kapal-kapal Belanda yang telah rusak dan mendirikan Sekolah Komando Militer Akademi di Bireuen untuk mendidik calon perwira dan kader-kader Tentara Republik Indonesia.[1] Pada bulan Februari 1947, Divisi V Komandemen Sumatra berubah namanya menjadi Divisi Gajah I dan Divisi Gajah II. Husein Yusuf menjadi komandan Divisi Gajah I. Kemudian Divisi Gajah I dan Divisi Gajah II digabung menjadi Divisi X TRI Komandemen Sumatra dan Husein Yusuf menjabat sebagai komandanya.[1] Selama menjabat sebagai Divisi X, Husein Yusuf terlibat dalam Bireuen Agreement yang mana dari perjanjian tersebut menghasilkan keputusan untuk memenangkan front pertempuran Medan Area dan menggulingkan Pemerintahan Sumatra Timur bentukan Belanda.[3] Salah satu kebijakan yang terkenalnya yaitu Radio Rimba Raya. Hal ini bermula pada tanggal 2 Juli 1947 ketika Husein Yusuf mengeluarkan kebijakan yang menetapkan Nip Xarim sebagai penanggungjawab untuk menyempurnakan peralatan perang Divisi X dan memerintakhkan untuk membeli peralatan radio dari Malaya.[4][5] Sesampainya pemancar radio itu tiba di Aceh, pemencar radio tersebut ditempatkan di Banda Aceh dan kemudian dipindahkan ke Bireueun karena Belanda meningkatkan aktivitas pengintaianya di Banda Aceh. Kemudian Daud Beureueh memerintahkan peralatan radionya untuk dipindahkan ke dataran Tinggi Pegunungan Gayo dan Husein Yusuf meresponya dengan memindahkan ke Burni Bius.[4] Namun ditengah perjalanan, sebuah pesawat mustang Belanda mengintai pergerakan pasukan Husein Yusuf dan rencana tersebut batal. Akhirnya Husein Yusuf memerintahkan untuk memindahkan radio ke sebuah hutan belantara yang terletak di Desa Rongga-Rongga.[4] Sesampainya disana dibangun rumah untuk studio radio oleh Husein Daud dan istrinya serta menamakan stasiun radionya, Rimba Raya untuk menggambarkan hutan belantara.[6] Selama Radio Rimba Raya beroperasi, Husein Yusuf berperan sebagai pembina/pemimpin sekaligus merangkap sebagai editor.[7] Walaupun Radio Rimba Raya berperan besar dalam kemerdekaan Indonesia dan membuat Belanda bertekuk lutut, karier Husein Yusuf di militer tidak berjalan dengan mulus. Pada tahun 1949, Alex Kawilarang berkunjung ke Kutaraja dan menemukan Husein Yusuf sedang pulang ke kampung halamanya. Geram atas tindakanya, dalam selembaran kertas Alex memecat Husein Yusuf. Setelah itu, Husein Yusuf tidak pernah lagi terlibat dalam dinas militer.[2] Kehidupan AkhirPada tahun 1950an, Husein Yusuf terlibat dalam Pemberontakan Darul Islam dan menjadi orang kepercayaan Daud Beureueh. Husein juga menjadi pendiri surat kabar Aceh Pos.[2] Pada tanggal 8 Januari 1978, Husein Yusuf menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan di Geulumpang Payong. Dua puluh tahun kemudian, istrinya Umi Salamah meninggal dunia dan dimakamkan disamping makam suaminya.[8] Kehidupan PribadiHusein Yusuf menikah dengan Umi Salamah pada tahun 1934.[1] Referensi
|