Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Hercule Poirot

Hercule Poirot
Peter Ustinov sebagai Hercule Poirot dalam Appointment with Death (1988)
Penampilan
perdana
Misteri di Styles
Penampilan
terakhir
Tirai
PenciptaAgatha Christie
Pemeran
Informasi
Alias"Monsieur Poirot"
Jenis kelaminLaki-laki
PasanganTidak menikah
AgamaKatolik
KewarganegaraanBelgia
Tanggal dan tempat lahirCa. 1854-1873[1]
Spa, Wallonia, Belgium
Waktu dan tempat meninggalCa. 1950
Styles Court, Essex, UK

Hercule Poirot (/ɜːrˈkjuːl pwɑːrˈ/; pengucapan bahasa Prancis: [ɛʁkyl pwaʁo]) adalah seorang detektif fiksi asal Belgia, yang diciptakan oleh penulis Inggris Agatha Christie. Poirot adalah salah satu karakter Christie yang paling terkenal dan bertahan lama, muncul dalam 33 novel, dua drama (Black Coffee dan Alibi), serta 51 cerita pendek yang diterbitkan antara 1920 dan 1975.

Ia dideskripsikan sebagai pria yang pendek, berambut cemerlang, dan memiliki kumis yang melintang. Poirot dihormati karena kepintaran, intuisi, dan kebrilianannya dalam memecahkan berbagai kasus pembunuhan di novel-novel Agatha Christie.

Poirot telah diperankan di radio, di film, dan televisi oleh beragam aktor, seperti Austin Trevor, John Moffatt, Albert Finney, Peter Ustinov, Ian Holm, Tony Randall, Alfred Molina, Orson Welles, David Suchet, Kenneth Branagh, dan John Malkovich.

Ikhtisar

Pengaruh

Nama Poirot diambil dari dua detektif fiksi lainnya pada masa itu: Hercule Popeau karya Marie Belloc Lowndes dan Monsieur Poiret karya Frank Howel Evans, seorang mantan perwira polisi Prancis yang tinggal di London[2]. Jules Poiret karya Evans "berpostur kecil dan agak gemuk, tingginya tak lebih dari lima kaki, tetapi ia berjalan dengan kepala terangkat tinggi. Fitur paling mencolok dari kepalanya adalah kumisnya yang kaku. Pakaian yang dikenakannya sangat rapi hingga sempurna, sedikit aneh dan sangat bergaya perlente." Ia ditemani oleh Kapten Harry Haven, yang baru saja kembali ke London setelah usaha bisnisnya di Kolombia berakhir karena perang saudara[3].

Pengaruh yang lebih jelas pada cerita-cerita awal Poirot adalah dari Arthur Conan Doyle. Dalam An Autobiography, Christie menyatakan, "Saya masih menulis dalam tradisi Sherlock Holmes – detektif eksentrik, asisten pendamping, dengan seorang detektif Scotland Yard tipe Lestrade, Inspektur Japp." Conan Doyle mengakui bahwa cerita detektifnya didasarkan pada model C. Auguste Dupin karya Edgar Allan Poe dan narator anonimnya, serta bahwa karakter Sherlock Holmes didasarkan pada Joseph Bell, yang dalam penggunaan "rasionalisasinya" sudah menggambarkan ketergantungan Poirot pada "sel-sel abu-abu kecilnya". Poirot juga memiliki kemiripan mencolok dengan detektif fiksi Inspektur Hanaud dari Sûreté Prancis karya A. E. W. Mason, yang pertama kali muncul dalam novel At the Villa Rose tahun 1910, sepuluh tahun sebelum novel pertama Poirot.

Poirot karya Christie jelas merupakan hasil dari pengembangan awal detektif dalam buku pertamanya, yang ditulis pada tahun 1916 dan diterbitkan pada tahun 1920. Jumlah besar pengungsi di Inggris yang melarikan diri dari Invasi Belgia oleh Jerman pada Agustus hingga November 1914 memberikan penjelasan yang masuk akal mengapa detektif yang begitu terampil tersedia untuk memecahkan misteri di rumah pedesaan Inggris. Pada masa Christie menulis, menunjukkan simpati terhadap orang-orang Belgia dianggap sebagai tindakan patriotik[4], karena invasi ke negara mereka merupakan alasan Inggris untuk memasuki Perang Dunia I, dan propaganda perang Inggris menekankan "Pemerkosaan Belgia".

Popularitas

Poirot pertama kali muncul dalam Misteri di Styles, yang diterbitkan pada tahun 1920, dan terakhir muncul dalam Tirai, yang diterbitkan pada tahun 1975. Setelah novel yang terakhir, Poirot menjadi satu-satunya karakter fiksi yang menerima obituari di halaman depan The New York Times[5].

Pada tahun 1930, Agatha Christie menganggap Poirot "sangat menyebalkan", dan pada tahun 1960 ia merasa bahwa Poirot adalah "makhluk kecil yang menjijikkan, sombong, menjemukan, dan egois". Meskipun demikian, Poirot tetap menjadi karakter yang sangat populer di kalangan masyarakat umum. Christie kemudian menyatakan bahwa ia menolak untuk membunuhnya, dengan alasan bahwa itu adalah tugasnya untuk menghasilkan apa yang disukai publik[2].

Penampilan dan kecenderungan

Deskripsi pertama Kapten Arthur Hastings tentang Poirot:

Tingginya tidak lebih dari lima kaki empat inci, tetapi sangat berwibawa. Kepalanya berbentuk seperti telur, dan selalu miring sedikit ke satu sisi. Kumisnya sangat kaku. Pakaiannya rapi sekali. Saya kira dia akan merasa lebih sakit bila ada setitik debu menempel di bajunya daripada sebutir peluru nyasar di tubuhnya. Tetapi laki-laki yang pernah menjadi seorang anggota kepolisian Belgia yang disegani itu sekarang timpang.

Deskripsi awal Agatha Christie tentang Poirot dalam Pembunuhan di Orient Express:

Dekat anak tangga menuju gerbong tidur, nampak seorang letnan muda Prancis dengan seragamnya yang gemerlapan, sedang asyik bercakap-cakap dengan laki-laki bertubuh kecil [Hercule Poirot] yang meninggikan kerah bajunya sampai sebatas telinga, hingga orang cuma dapat melihat hidungnya yang merah muda dan kedua ujung kumisnya yang mencuat ke atas.

Dalam buku-buku selanjutnya, kepincangan Poirot tidak disebutkan, yang menunjukkan bahwa itu mungkin merupakan cedera sementara akibat perang. (Dalam Tirai, Poirot mengakui bahwa dia terluka ketika pertama kali datang ke Inggris). Poirot memiliki mata hijau yang sering digambarkan bersinar "seperti mata kucing" ketika dia mendapatkan ide cerdas, dan rambut gelap, yang kemudian dia cat di kemudian hari. Dalam Tirai, dia mengakui kepada Hastings bahwa dia telah mulai memakai wig dan kumis palsu. Namun, dalam banyak perwujudan layar, dia digambarkan botak atau mulai botak.

Sering disebutkan tentang sepatu kulit patennya, yang kerusakannya sering menjadi sumber penderitaan baginya, tetapi komikal bagi pembaca. Penampilan Poirot, yang dianggap sangat cermat selama awal karirnya, kemudian menjadi sangat ketinggalan zaman.

Di antara atribut pribadi Poirot yang paling signifikan adalah sensitivitas perutnya:

Pesawat tiba-tiba meloncat sedikit dari ketinggiannya. "Perutku," —pikir Hercule Poirot, dan menutup matanya rapat-rapat.

Dia menderita mabuk laut, dan dalam Maut di Udara, dia menyatakan bahwa mabuk udara menghambatnya untuk lebih waspada saat pembunuhan terjadi. Di kemudian hari, kita diberi tahu:

Sejak dulu ia [Hercule Poirot] memang sangat mementingkan soal perut, dan di hari tuanya ini ia menuai hasil kerjanya. Kini makan baginya bukan semata kenikmatan badani, tapi juga riset intelektual.

Poirot sangat tepat waktu dan membawa jam saku hampir hingga akhir karirnya. Dia juga memperhatikan keuangan pribadinya, lebih memilih untuk menjaga saldo bank sebesar 444 pound, 4 shilling, dan 4 pence. Aktor David Suchet, yang memerankan Poirot di televisi, mengatakan "tidak ada keraguan bahwa dia obsesif-kompulsif". Aktor film Kenneth Branagh mengatakan bahwa dia "menikmati menemukan jenis obsesif-kompulsif" dalam diri Poirot. Seperti yang disebutkan dalam Tirai dan Mayat Misterius, dia menyukai musik klasik, khususnya Mozart dan Bach.

Referensi

  1. ^ Based on his subsciption in the Belgian Police
  2. ^ a b Willis, Chris (16 Juli 2001). "Agatha Christie". The Literary Encyclopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 14 September 2024. 
  3. ^ Frank Howell Evans. The Murder of Lady Malvern. 
  4. ^ Peterson, Horace Cornelius (1968). Propaganda for War. The Campaign Against American Neutrality, 1914–1917. Kennikat. ISBN 9780804603652. 
  5. ^ Lask, Thomas (6 Agustus 1975). "Hercule Poirot Is Dead; Famed Belgian Detective". The New York Times. Diakses tanggal 20 September 2024. 
Kembali kehalaman sebelumnya