Hellas Verona Football Club (umumnya disebut Verona atau Hellas) adalah sebuah klub sepak bola yang berasal dari kota Verona, Veneto. Mereka pernah memenangi satu kali 'scudetto' pada musim 1984–85.
Sejarah
Pendirian dan permulaan
Hellas Verona didirikan pada tahun 1903 oleh sekelompok siswa sekolah menengah atas, dan diberi nama Hellas yang berarti Yunani (dalam bahasa Yunani itu sendiri). Saat itu sepak bola hanya dipertandingkan di kota-kota yang lebih besar yang kebanyakan terletak di bagian barat laut Italia, dan penduduk kota Verona kebanyakan tidak mengacuhkan sepak bola. Akan tetapi pada tahun 1906 mereka mulai antusias semenjak Hellas memilih ampitheater romawi sebagai tempat mereka berlaga.
Selama periode awal, Hellas merupakan salah satu dari tiga atau empat tim yang bermain di level kota. Mereka bersaing dengan tim rival Bentegodi dan Verona untuk menjadi yang terbaik di kota tersebut. Pada musim 1907-08 Hellas bertanding melawan tim level regional Vicenza Calcio dan mulai memupuk persaingan dengan klub tersebut hingga saat ini.
Sejak tahun 1898 hingga 1926, sepak bola Italia diatur ke dalam grup regional. Pada masa ini Hellas merupakan salah satu tim yang berpartisipasi di dalamnya dan sering menjadi penantang serius tim-tim unggulan dalam usahanya melaju ke babak final. Pada tahun 1911, pihak kota membantu mereka untuk memindahkan lapangan tempat bertanding ke sebuah arena yang lebih layak. Hal ini menyebabkan Hellas diijinkan ikut serta dalam turnamen regional yang merupakan babak kualifikasi menuju babak final kejuaraan nasional.
Pada tahun 1919 setelah kompetisi di seluruh Italia ditiadakan selama empat tahun karena perang dunia pertama, Hellas bergabung dengan klub rival Verona dan mengubah namanya menjadi Hellas Verona. Di antara tahun 1926 hingga 1929 liga elit"Campionato Nazionale" mengasimilasi tim-tim dari berbagai grup regional dan Hellas Verona termasuk di dalamnya. Mereka berjuang untuk tetap kompetitif.
Serie A dimulai pada tahun 1929 ketika Campionato Nazionale berubah menjadi liga profesional. Hellas Verona yang merupakan tim amatir bergabung dengan dua tim lainnya, Bentegodi dan Scaligera untuk membentuk tim profesional AC Verona. Tim ini memulai debutnya dalam kejuaraan profesional ketika untuk pertama kali bermain di Serie B pada tahun 1929. Mereka membutuhkan waktu 28 tahun untuk bisa promosi ke Serie A pertama kalinya pada musim 1957–58, dan pada tahun 1959 mereka bergabung lagi dengan tim rival lain yang juga bernama Hellas dan kemudian mengubah namanya menjadi Hellas Verona AC.
Masa keemasan pada tahun 1970-an dan 1980-an
Dilatih oleh Nils Liedholm, tim ini kembali ke Serie A pada 1968 dan bertahan di kompetisi profesional hingga tahun 1990. Dalam perjalanannya mereka pernah mengalahkan AC Milan dengan skor 5–3 pada musim 1972–1973 yang mengakibatkan AC Milan gagal merebut scudetto. Pertandingan yang berlangsung pada pekan terakhir kejuaraan dan keberhasilan menggagalkan ambisi Milan untuk merebut scudetto membuat pertandingan ini sangat terkenal dan selalu dikenang.
Pada musim 1973–1974 Hellas berhasil menggapai posisi keempat terbawah dalam klasemen akhir dan seharusnya terhindar dari degradasi. Namun akhirnya mereka diturunkan ke Serie B akibat skandal yang melibatkan presiden mereka, Saverio Garonzi. Setahun berikutnya mereka kembali ke Serie A.
Pada musim 1975–1976, Hellas Verona berhasil melaju hingga final Coppa Italia, dengan mengalahkan tim-tim unggulan seperti Torino, Cagliari, dan Inter. Akan tetapi pada partai final yang merupakan final pertama mereka, Napoli berhasil mengalahkan mereka dengan skor 4-0.
Dibawah kepelatihan Osvaldo Bagnoli, tim ini berhasil menduduki peringkat ke 4 di klasemen akhir Serie A dan bahkan pernah menduduki capolista selama beberapa pekan. Pada musim yang sama Hellas sekali lagi berhasil melaju hingga babak final Coppa Italia. Mereka berhasil Juventus dengan skor 2-0 di Verona, tetapi kalah 3-0 pada partai tanda di Turin.
Kekecewaan berlanjut pada musim 1983–1984 ketika mereka kembali mencapai final Coppa Italia, mereka dikalahkan olehjuara Serie A Roma di menit-menit akhir pertandingan.
Scudetto 1984–1985
Walau pada musim 1984–1985 tim ini dihuni oleh campuran pemain bintang dan pemain muda, tidak ada yang menyangka tim ini akan menjadi tim juara di akhir kompetisi. Pemain seperti Hans-Peter Briegel di tengah dan striker Denmark Preben Elkjær di depan ditambah dengan Pietro Fanna di sayap menjadikan tim ini memiliki tim yang tangguh, dan semakin lengkap oleh kreativitas Antonio Di Gennaro dan sentuhan gol Giuseppe Galderisi.
Beberapa pertandingan yang diingat dalam perjalanan mereka merebut scudetto adalah kemenangan mutlak mereka melawan Juventus (2–0), dengan sebuah gol indah oleh Elkjær dari luar kotak penalti dengan satu sepatunya terlepas akibat dijegal. Kemenangan tandang melawan Udinese (5–3) mengakhiri spekulasi bahwa tim ini akan menurun performanya menuju pertengahan kompetisi. Tiga kemenangan beruntun, yang salah satunya terjadi dalam duel sengit melawan AS Roma (1-0) menunjukkan tim ini fokus dalam perburuan scudetto. Pertandingan terakhir yang berakhir sei 1-1 melawan Atalanta mengamankan scudetto pertama kali mereka sepanjang sejarah.
Hellas Verona mengakhiri kompetisi dengan catatan rekor 15 kemenangan, 13 seri, dan 2 kekalahan dengan 43 point, 4 points di atas Torino yang bersama Inter dan Sampdoria menduduki empat tempat teratas. Klasemen akhir yang tidak biasa dengan Juventus dan AS Roma yang finish pada posisi yang lebih rendah daripada yang diharapkan membuat banyak spekulasi bermunculan. Musim 1984/1985 merupakan satu-satunya musim di mana wasit diundi secara acak untuk memimpin suatu pertandingan. Sebelumnya wasit ditunjuk untuk memimpin suatu pertandingan tertentu oleh komisi perwasitan Designatori Arbitrali. Setelah skandal judi Totonero pada awal 1980, persepak bolaan Italia bertekad memperbaiki image dengan cara menunjuk wasit secara acak untuk menghindari kecurigaan dan tuduhan. Hal ini menyebabkan kejuaraan yang lebih sepi dan klasemen akhir yang tak terduga.
Ketika musim berikutnya dimenangi lagi oleh Juventus, pemilihan wasit sudah kembali ditangani oleh Designatori Arbitrali. Pada tahun 2006 sebuah skandal Calciopoli menunjukkan bahwa klub-klub tertentu telah mempengaruhi pemilihan wasit demi memastikan wasit tertentu memimpin laga mereka.
Kompetisi Eropa
Klub ini tampil pertama kali di Eropa pada piala UEFA musim 1983–1984 dan dikalahkan pada ronde kedua oleh Sturm Graz.[2]
Pada tahun 1986 Hellas Verona AC tersingkir dari Piala Eropa musim 1985-86 oleh rival Serie A mereka, Juventus F.C. (juara bertahan). Pada tahun 1988 mereka memperoleh hasil internasional terbaik mereka ketika mencapai perempat final piala UEFA dengan rekor empat kali kemenangan dan tiga seri sebelum akhirnya dikalahkan oleh Werder Bremen.
Di antara Serie A dan Serie B
Segera setelahnya Hellas Verona memasuki masa-masa kesulitan keuangan. Pada tahun 1991 klub ini dibekukan dan didirikan kembali sebagai Verona FC, yang bermain bolak-balik antara Serie A dan Serie B selama beberapa musim. Pada tahun 1995 mereka mengubah namanya menjadi Hellas Verona FC.
Setelah tiga tahun bertahan, penampilan terakhir kali mereka di Serie A berlangsung pada tahun 2002. Pada tahun itu tim ini yang dihuni oleh pemain-pemain internasional seperti Adrian Mutu, Mauro Camoranesi, Alberto Gilardino, Martin Laursen, Massimo Oddo, Marco Cassetti dan pelatih Alberto Malesani gagal menampilkan penampilan terbaik dan hanya menduduki peringkat keempat terakhir di klasemen akhir sehingga degradasi ke Serie B.
Tahun-tahun belakangan
Setelah degradasi ke Serie B tahun 2002, keberuntungan terus menjauhi klub ini selama satu dekade lamanya. Pada musim 2003–04 Hellas Verona berjuang di Serie B untuk menghindari degradasi ke Serie C1. Akan tetapi fans mereka tidak terpangaruh dan tetap mendukung mereka, pada pekan terakhir kompetisi, sebanyak 5.000 pendukung berangkat ke Como untuk mendukung tim mereka dan merayakan keberhasilan mereka menghindari degradasi.
Setelah awal yang buruk pada musim 2004–05, mereka beranjak naik dan sempat berhasil menduduki tempat ketiga di klasemen sementara. Mereka mempertahankan posisi itu hingga bulan Januari tahun 2005 ketika perpindahan pemain membuat mereka lemah. Walau demikian mereka berjuang untuk tiket promosi ke Serie A hingga akhir musim.
Verona memulai Serie B musim 2006-07 dengan baik setelah klub ini diambil alih oleh Pietro Arvedi D'Emilei, yang mengakhiri kepemimpinan kontroversial Gianbattista Pastorello. Bagaimanapun juga Verona terus berjuang menghindari degradasi dan pelatih Massimo Ficcadenti digantikan oleh Giampiero Ventura pada bulan Desember 2006. Walau berhasil memperbaiki permainan, Verona akhirnya menduduki posisi ke 18 di klasemen akhir dan harus menjalani babak playoff degradasi melawan tim urutan ke 19 Spezia. Kekalahan 2-1 di partai tandang di La Spezia dan diikuti hasil imbang di Verona membuat mereka harus degradasi ke Serie C1 setelah 64 tahun lamanya hanya bermain di dua divisi diatasnya.
Verona menunjuk pelatih berpengalaman Franco Colomba dengan target kembali ke Serie B secepat mungkin. Namun meski Verona dianggap sebagai tim favorit, mereka menempati posisi terakhir pada awal-awal musim. Setelah 7 pertandingan mereka memecat Colomba pada awal Oktober dan menggantinya dengan pelatih yang juga mantan pemain Verona Davide Pellegrini.[3] Sebuah perusahaan baru mengambil alih klub ini pada akhir tahun 2007 dan menunjuk Giovanni Galli sebagai direktur sepak bola dan Maurizio Sarri sebagai pelatih. Setengah musim pada musim 2007–2008, tim ini tetap berada di dasar klasemen Serie C1. Untuk mengatasinya Verona memanggil kembali pelatih Pellegrini dan memecat Sarri. Pada akhir musim mereka akhirnya berhasil menghindari degradasi ke Serie C2 setelah menang dengan agregat 2-1 dalam playoff degradasi melawan Pro Patria. Walau prestasi mereka menurun, tetapi dukungan pendukungnya tetap tinggi dengan rata-rata 15.000 pendukung memadati stadion setiap pekan.
Pada musim 2008–09 Verona menunjuk mantan pelatih Sassuolo dan PiacenzaGian Marco Remondina, dengan tujuan memenangi promosi ke Serie B. Namun musim tersebut tidak berjalan baik ditambah presiden Verona Pietro Arvedi D'Emilei mengalami koma setelah terlibat dalam kecelakaan dalam perjalanan pulang setelah menonton pertandingan klubnya pada bulan Desember 2008. Arvedi meninggal pada bulan Maret 2009, dua bulan setelah klub ini menunjuk Giovanni Martinelli sebagai presiden yang baru.
Musim berikutnya terlihat menjanjikan untuk Verona setelah pemain-pemain baru dibeli sehingga meningkatkan antusiasme pendukungnya. Tiket terusan melonjak hingga 10.000 dan membuat jumlah tiket terusan tersebut jauh di atas beberapa tim-tim Serie A.[4] Tim ini hampir selalu menduduki peringkat teratas klasemen dan memiliki selisih 7 poin dari tim kedua. Namun mereka kemudian agak menurun dan akhirnya menduduki peringkat kedua ketika musim hampir berakhir. Mereka memiliki kesempatan untuk mengambil alih posisi pertama, tetapi dalam pertandingan terakhirnya di hadapan 25.000 pendukungnya di kandangnya sendiri mereka kalah melawan Portogruaro dan turun ke posisi ketiga untuk mengikuti babak playoff promosi.[5] Setelah musim berakhir dan sebelum playoff dimulai, pelatih Remondina dipecat dan digantikan oleh Giovanni Vavassori. Setelah mengalahkan Rimini di semifinal (1–0 dan 0–0) Verona kalah dari Pescara (2–2 kandang dan 0–1 tandang) dan gagal promosi ke Serie B.
Mantan anggota skuat Italia di piala dunia tahun 1990 Giuseppe Giannini (yang juga mantan kapten Roma) diangkat menjadi pelatih untuk musim 2010–11. Sekali lagi mereka dilemahkan selama jendela transfer dibuka. Skuat mereka berjuang pada awal-awal musim dan Giannini dipecat untuk digantikan oleh mantan pemain belakang Inter MilanAndrea Mandorlini yang berhasil membawa kembali permainan terbaik mereka dan menerapkan disiplin pada pemain di dalam maupun luar lapangan. Tim ini akhirnya melaju ke babak final playoff setelah menang atas Sorrento di semifinal dengan agregat 3-1. Pada partai final mereka mengalahkan Salernitana dengan agregat 2-1 dan kembali ke Serie B setelah empat tahun berada di Lega Pro pada 19 June 2011.
Pada bulan Mei 2013, Verona menyelesaikan kompetisi pada urutan kedua di Serie B dan promosi ke Serie A setelah 11 tahun lamanya.[6]
Warna dan Lambang
Warna seragam tim ini adalah biru dan kuning sehingga mereka disebut dengan gialloblu. Warna tersebut mewakili warna lambang kota mereka dan mencantumkannya pada logo mereka (salib kuning dalam perisai biru). Dua sebutan lainnya yaitu Mastini dan Scaligeri merujuk pada Mastino I della Scala dari keluarga Della Scala yang memerintah Verona selama abad ke 13 dan 14.
The Scala family coat of arms is depicted on the team's jersey and on its trademark logo as a stylized image of two large, powerful mastiffs facing opposite directions. In essence, the term "scaligeri" is synonymous with Veronese, and therefore can describe anything or anyone from Verona (e.g., Chievo Verona, a different team that also links itself to the Scala family – specifically to Cangrande della Scala).
Stadion
Sejak tahun 1963 klub ini bermain di stadion Marc'antonio Bentegodi yang berkapasitas 39,211 tempat duduk.[7]
Derby dengan Chievo Verona
Pertandingan yang mempertemukan mereka dengan rival sekota Chievo Verona disebut dengan "derby della Scala". Sebutan tersebut merujuk pada nama Scaligeri atau keluarga aristokrat della Scala yang memimpin verona pada abad pertengahan dan awal masa Renaissance. Pada musim 2001–02 keduanya bermain di Serie A. Derby pertama mereka di Serie A terjadi pada 18 November 2001 di mana keduanya termasuk dalam empat besar di klasemen sementara Serie A. Pertandingan tersebut dimenangi oleh Hellas dengan skor 3-2. Chievo membalasnya pada laga sesudahnya dengan kemenangan 2–1.
Kota Verona menjadi kota kelima di Italia yang menjadi ajang derby setelah Milan, Roma, Torino dan Genoa.[8]
^"Prima Squadra". Hellas Verona F.C. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 October 2020. Diakses tanggal 30 August 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)