Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Heksapla

Kesinambungan antara teks-teks kuni dengan resensi Perjanjian Lama (Septuaginta)

Heksapla (berarti: lipat enam) adalah edisi Alkitab bagian Perjanjian Lama dalam 6 versi yang disusun secara sistematis oleh Origenes sekitar tahun 240 Masehi.[1] Teks ini sangat berguna sebagai sumber teks Alkitab.[1] Karyanya "Heksapla" merupakan prestasi dalam bidang kritik teks.[2] Dengan tabulasi heksapla, Origenes mencoba mengidentifikasi terjemahan Yunani yang terbaik bagi Perjanjian Lama dan Alkitab Ibrani. Dalam enam kolom sejajar Origenes mensejajarkan Perjanjian Lama Ibrani, sebuah transliterasi Yunani, tiga terjemahan Yunani dan Septuaginta.[2]

Susunan

Karya ini terdiri dari enam kolom pararel, tetapi karena penambahan-penambahan pada bagian tertentu menjadi sembilan kolom.[1] Enam teks yang pokok adalah naskah-naskah Perjanjian Lama yang terdiri dari:

  1. naskah Bahasa Ibrani (mirip dengan Teks Masoret).[1]
  2. Secunda – Naskah Ibrani yang ditulis/ditransliterasi dalam huruf-huruf Yunani
  3. naskah bahasa Yunani yang disusun oleh Aquila dari Sinope
  4. naskah bahasa Yunani yang disusun oleh Symmachus orang Ebionit
  5. naskah resensi Septuaginta, dengan
    1. interpolasi untuk mengindikasikan di mana kata Ibrani tidak direpresentasikan dalam Septuaginta — ini terutama diambil dari teks Theodotion dan ditandai dengan "asteris" (tanda bintang "*"), dan
    2. indikasi, menggunakan tanda-tanda yang disebut obeloi (bentuk tunggal: obelus), yaitu pada kata-kata, frasa, atau kadang kala bagian yang lebih besar dalam Septuaginta yang tidak mencerminkan kata-kata Ibrani yang mendasarinya.
  6. naskah bahasa Yunani yang disusun oleh Theodotion.

Karya ini mulai dikerjakan oleh Origenes sebelum meninggalkan Alexandria sebelum ia pada tahun 231 pergi ke Kaisarea dan belum selesai hingga pada tahun 245.[1] Karya ini dipergunakan oleh Hieronimus dan ditemukan di perpustakaan di Kaisarea.[1] Menurut Hieronimus, Eusebius dan beberapa bapa-bapa gereja saat itu menggunakannya secara terpisah dan disebut Tetrapla.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g (Indonesia) F.D Wellem., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
  2. ^ a b (Indonesia)A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Immanuel, 1999. Dapat dibaca di sini Diarsipkan 2023-04-08 di Wayback Machine.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya