Gunung Purei, Barito Utara
Gunung Purei adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. GeografiBatas wilayahKecamatan Gunung Purei berbatasan dengan:
PemerintahanPembagian administratifKecamatan Gunung purei terdiri atas 11 desa, antara lain: Unsur TripikaTiga Tokoh unsur yang mempunyai peranan penting di Kecamatan Gunung Purei, yakni: Selain itu juga terdapat unsur lain yang juga berperan penting di Kecamatan ini, antara lain: CamatBerikut ini adalah daftar nama-nama Camat yang pernah bertugas di Kecamatan Gunung Purei, yaitu:
Bambang Suprianto, S.P 2022 Sekarang Kondisi dan Sumber Daya AlamKondisi AlamBagian Timur dan Utara terdiri dari Pegunungan Muller Swachner dan bagian Barat dan Selatan dataran tinggi berupa perbukitan. Berbatasan dengan dua Provinsi Indonesia, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, serta kabupaten Barito Selatan dan Kecamatan Teweh Timur. Wilayah ini beriklim tropis. Sumber Daya AlamHutan mendominasi wilayah ini ±92%. Hutan primer tersisa sekitar ±60% dari luas wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit yang direncanakan mencapai 200 ha (2014). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar hampir diseluruh desa. Kecamatan ini juga memiliki 1 jenis hasil alam musiman yang khas dan sangat langka ditemukan, yakni "Madu Asli" yang biasa disebut oleh masyarakat setempat dengan sebutan "Wanyi / Danum Banyi". Bagi sebagian masyarakat Kecamatan Gunung Purei Madu merupakan penghasilan musiman yang cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Madu Asli ini biasanya dijual perliter dengan harga RP.150.000;00(untuk di luar wilayah Kec.G.Purei). Sosial KemasyarakatanSuku BangsaSuku bangsa dominan di Kecamatan Gunung Purei yaitu Suku Dayak Taboyan. Suku Dayak Taboyan menjadi mayoritas di semua desa di Kecamatan Gunung Purei, terkecuali di 2 desa, yakni: di Desa Lampeong II dan Desa Linon Besi II yang penduduknya mayoritas berasal dari Suku Dayak Bakumpai. Suku lainnya yang terdapat di Kecamatan Gunung Purei yaitu suku jawa, suku Banjar, suku Dayak Maanyan dan kelompok etnis asal Nusa Tenggara Timur. Kedatangan Suku Dayak Bakumpai ( yang merupakan suku dominan di Desa Lampeong) terkait dengan adanya aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Suku Dayak Bakumpai sekitar pertengahan abad ke-18 M yang lalu.[1] Komposisi etnis di Kecamatan Gunung Purei berdasarkan sensus tahun 2000 terdiri dari Suku Taboyan (tahap pencarian data%), Suku Bakumpai (Tahap pencarian data%), Jawa (tahap pencarian data%), Banjar (tahap pencarian data%), Suku Maanyan (tahap pencarian data%), Etnis Nusa Tenggara Timur (tahap pencarian data%).[2] Jika digabungkan jumlah Suku Dayak di Gunung Purei (Taboyan, Bakumpai,Maanyan) mencapai (tahap pencarian data)%. Komposisi Suku Bangsa di Gunung Purei berdasarkan Sensus 2000, yaitu:[3]
BahasaPada dasarnya bahasa yang digunakan secara luas di Gunung Purei adalah Bahasa Taboyan, Bahasa Bakumpai dan Bahasa Indonesia adapun Bahasa Banjar sebagai bahasa minoritas. Persebaran secara luas Bahasa Taboyan di Gunung Purei dikarenakan bahasanya merupakan bahasa suku dominan di kecamatan ini. Adapun Bahasa Bakumpai di kecamatan ini umumnya digunakan sebagai bahasa komunikasi oleh suku bakumpai itu sendiri dan sebagai bahasa komunikasi antara Suku Taboyan dengan Suku Bakumpai. Pada umumnya Bahasa Bakumpai hampir dipahami oleh seluruh penduduk di Kecamatan Gunung Purei.[4] Masyarakat Suku lainnya di wilayah Gunung Purei umumnya menuturkan Bahasanya sendiri sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Dayak yang dominan digunakan oleh Suku Dayak di Gunung Purei, diantaranya Bahasa Taboyan yang digunakan di Desa Baok, Desa Berong, Desa Lampeong I, Desa Linon Besi I, Desa Lawarang, Desa Muara Mea, Desa Payang, Desa Tambaba, dan Desa Tanjung Harapan. Bahasa Bakumpai dituturkan oleh penduduk di Desa Lampeong II, dan Desa Linon Besi II. AgamaAgama yang dipeluk masyarakat Gunung Purei, yaitu:[5]
Fasilitas UmumRumah IbadahDi Kecamatan Gunung Purei terdapat 25 buah rumah ibadah, berikut rinciannya: 1). 10 buah Gereja Protestan, 2). 1 buah Gereja Katholik, 3). 8 buah Balai Basarah (Hindu Kaharingan), 4). 3 buah Masjid, 5). 3 buah Langgar. PenginapanDi Kecamatan Gunung Purei juga memiliki fasilistas untuk beristirahat berupa penginapan, yaitu: KesehatanDi Kecamatan Gunung Purei terdapat 9 buah sarana kesehatan, yakni: 1. Baok, PendidikanSekolah SMP sederajat SD sederajat 1. SDN-1 Baok TK komunikasiDi Kecamatan Gunung Purei hanya terdapat 1 buah tower Telkomsel. Mengingat letak kecamatan ini yang sangat strategis(berada di jalan lintas Kal-Tim - Kal-Teng) Kecamatan ini sangat membutuhkan Tower Indosat sebagi sebagai pemancar signal bagi pengguna kartu indosat. Untuk saat ini (Th 2014) kekuatan signal telkomsel di Kecamatan ini berkisar antara GSM - EDGE dan bila musim hujan terkadang signal bisa hilang. PLNUntuk Tahun 2014, PLN di Kecamatan Gunung Purei bersifat PLN perdesa. Untuk PLN di Desa Lampeong yang merupakan Ibukota Kecamatan Gunung Purei pada saat ini hanya hidup mulai Pukul 17:00-21:00, khusus untuk Desa Lampeong I setelah PLN mati penerangan disambung dengan tenaga surya. Sarana penerangan untuk wilayah kecamatan ini memang terkesan kurang. Mengingat dari semua Ibu kota Kecamatan Se-Kabupaten Barito Utara, semuanya memiliki PLN aktif (hidup Full 1 malam) terkecuali PLN di Kecamatan ini yang hanya merupakan PLN rintisan. PDAMPada Tahun 2013 PDAM dibangun di Desa Lampeong. PDAM ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air bersih di 4 desa, yakni: Akses Jalan Menuju Kecamatan Gunung PureiUntuk menuju Kecamatan Gunung Purei dapat ditempuh melalui 2 jalur, antara lain: Jalur Pertamayakni melalui Jalan Negara Lintas Kal-Tim (simpang Desa Jambu). Keadaan jalan ini cukup baik dibandingkan dengan jalur 2 akan tetapi jarak tempuh jalan ini dari Mtw-Lampeong lebih jauh dibandingkan dengan jalur 2. Jalur keduayakni melalui Jalan simpang km 30 Mtw-Kandui. Bila dibandingkan dengan jalur 1, memang jalur 2 ini keadaan jalannya kurang baik. Dikarenakan banyak badan jalan yang tidak ada pengerasan. Akan tetapi jarak tempuh antara Mtw-Lampeong melalui jalur ini lebih dekat dibandingkan dengan jalur 1. Jarak antara Ibu kota Kecamatan Gunung Purei dengan Kota Muara Teweh sejauh ±118 Km melalui jalan simpang km 30 Mtw-Kandui ini. Untuk menuju kecamatan ini dapat ditempuh menggunakan sepeda motor maupun mobil. Bila musim penghujan diharapkan kepada pengguna mobil Avanza dan sejenisnya (tidak double gardan) agar tidak melalui jalur 2 ini,karena risiko kecelakaan akibat jalan licin sangat tinggi. Referensi
|