Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Gladiator

Bagian dari mosaik Zliten dari Libya (Leptis Magna), sekitar abad ke-2 M. Dari kiri ke kanan: seorang thraex melawan seorang murmillo, seorang hoplomachus berdiri bersama murmillo lainnya (yang menunjukkan kepada wasit bahwa dia menyerah), dan seorang gladiator lainnya yang sedang bertarung.

Gladiator (bahasa Latin: gladiator, "ahli pedang", dari kata gladius, "pedang") adalah petarung bersenjata yang melakukan pertarungan untuk menghibur para penonton di Republik Romawi dan Kekaisaran Romawi. Mereka bertarung melawan sesama gladiator, binatang buas dan narapidana. Beberapa gladiator merupakan sukarelawan yang mempertaruhkan kehidupan sosial dan nyawa mereka di arena. Sementara sebagian besar gladiator direndahkan sebagai budak, dididik secara keras, terpinggirkan secara sosial, dan dipisahkan bahkan setelah mati.

Terlepas dari asal usul mereka, gladiator memberikan contoh etika pertarungan Romawi kepada para penonon, dan, ketika bertarung ataupun ketika mati, mereka dapat menimbulkan kekaguman dan pujian. Mereka digambarkan dalam seni kelas atas maupun kelas bawah, dan nilai mereka sebagai penghibur dikenang dalam objek-objek berharga dan biasa di penjuru dunia Romawi.

Asal mula pertarungan gladiator tidak diketahui secara pasti. Ada bukti mengenai pertarungan ini dalam ritus pemakaman selama Perang Punisia pada abad ke-3 SM, dan setelah itu dengan cepat menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial dan politik di dunia Romawi. Ketenarannya membuatnya berkembang menjadi tontonan yang jauh lebih mahal dan mewah yang disebut "pertandingan gladiator."

Pertandingan ini mencapai puncaknya antara abad ke-1 SM dan ke-2 SM, dan mulai menurun pada awal abad ke-5 M setelah diterimanya Kristen sebagai agama negara pada tahun 390-an, meskipun "perburuan hewan buas" (venationes) terus dilakukan hingga abad ke-6 M.


Kembali kehalaman sebelumnya