Gitaan
Gitaan merupakan buah yang digolongkan dalam satu keluarga besar tanaman Apocynaceae atau kamboja-kambojaan. Sedangkan nama ilmiahnya adalah Willughbeia coriacea[1] (Sinonim: Willughbeia firma) Buah gitaan bewarna jingga, rasa dagingnya manis dan sedikit asam. Buahnya seukuran genggaman tangan orang dewasa. Kulitnya tebal dengan permukaan halus ditumbuhi semacam bulu-bulu. Daging kulitnya bewarna putih. Saat buah muda, di bagian daging kulitnya seperti spons agak padat dengan permukaan bewarna hijau muda agak kekuningan. Dibawah kulitnya terdapat bagian buah yang berjumlah 5–8 biji. Di dalam daging terdapat biji yang mempunyai kandungan lembaga berkeping dua. Pohon buah gitaan memiliki kulit batang bewarna cokelat tua dan banyak mengandung getah bewarna putih. Daunnya tumbuh pada batang dan cabangnya. Bentuk daunnya lonjong memanjang dengan tulang daun menyirip. Permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus, tidak mengilat, dan bewarna hijau muda. Panjang daun berkisar 11–20 sentimeter dengan lebar 6–12 sentimeter Gitaan berbunga antara bulan Juli–Oktober. Sedangkan musim buah berkisar pada bulan November–Februari. Tanaman ini hidup dan tumbuh dengan cara menjalar di antara pepohonan hutan. Lokasi pertumbuhannya mulai dataran rendah hingga tempat dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Saat ini buah gitaan masih dianggap mempunyai nilai ekonomis rendah dibandingkan dengan buah-buah yang lain. Oleh karena itu, dari tahun ke tahun, jumlah populasi ini kian menurun. Di alam bebas, umumnya perkembangbiakan tanaman ini melalui biji dan persebarannya melalui hewan hutan sehingga menyebar ke tempat lain. Di daerah Kutai, Kalimantan Timur, tanaman ini dikenal dengan sebutan jitan. Penduduk Dayak Kenyah menyebutnya dengan nama supit. Buah gitaan yang sudah masak banyak mengandung vitamin C. Oleh Urang Bukit di Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, getah buah gitaan yang bewarna putih dan agak encer dibuat sebagai obat tradisional. Kegunaan lainnya sebagai kayu bakar.[2] Referensi
|