Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Gereja yang esa

Gereja yang Esa adalah sebuah konsep teologis Kristiani yang terdapat di dalam surat Paulus kepada Jemaat di Efesus pada bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Istilah ekklesia dalam surat Efesus ini menunjuk kepada gereja secara menyeluruh, mencakup orang beriman di segala tempat. Jadi, gereja di sini mencakup segala suku, ras atau etnis, dan sebagainya. Dengan demikian, gereja yang esa itu dipandang bersifat universal. Menurut surat Efesus, keesaan gereja terletak pada maksud, tujuan, dan rencana yang Allah berikan. Dengan kuasa Allah, gereja telah dijadikan dan digambarkan sebagai rumah tangga yang besar. Gereja tersebut terdiri dari orang Yahudi maupun orang yang bukan Yahudi,[1] yang bersama-sama menikmati kekayaan warisan Allah.[2] Allah diam di dalam gereja yang dibangun atas dasar yang kokoh dan terdiri atas banyak bagian, dan setiap bagian itu mempunyai tempatnya tersendiri dalam bangunan tersebut.[3]

Metafora

Ada 3 gambaran utama yang dipergunakan oleh penulis surat Efesus untuk melukiskan Gereja yang Esa itu:

Tubuh Kristus

Gereja dianalogikan sebagai tubuh yang memiliki kepelbagian organ. Paulus menggunakan gambaran ini dalam surat Roma dan 1 Korintus untuk melukiskan segala kepelbagaian karunia di dalam gereja. Oleh karena itu, unsur yang ditekankan adalah hubungan antara Yesus Kristus dan gereja. Dalam surat Kolose, Kristus adalah “kepala”;[4] dalam surat Efesus, “jemaat adalah tubuhNya”.[5] Jadi, uraian dalam surat Kolose berpusat pada kedudukan "Kristus yang agung", sedangkan dalam surat Efesus uraiannya berpusat pada sifat gereja, yakni "Gereja yang Esa".

Satu Bangunan

Dalam Efesus 2:19–22, gereja digambarkan sebagai satu bangunan atau lebih tepatnya Bait Allah, dan Allah berdiam di dalamnya melalui Roh Kudus. Semua bagian dalam bangunan ini memiliki fungsinya masing-masing.[6]

Pengantin Perempuan

Gereja yang Esa itu digambarkan juga sebagai pengantin perempuan. Analogi ini memiliki akar dalam Perjanjian Lama, yakni Allah yang dinyatakan sebagai Suami dan bangsa Israel sebagai istri. Namun dalam Perjanjian Lama, gambaran ini menunjukkan ketidaksetiaan Israel, sedangkan dalam surat Efesus gambaran ini melukiskan Kristus sebagai kepala dari gereja.

Lihat pula

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya