Dinamakan juga Genta Emille, Genta Bongdeoksa atau Genta Suci Raja Seongdeok, dibuat atas perintah Raja Gyeongdeok (bertahta 742-765), raja ke-35 dari kerajaan Silla sebagai bentuk bakti terhadap sang ayah, Raja Seongdeok (?-737, bertahta 702-727). Raja Gyeongdeok wafat sebelum pembuatan genta diselesaikan dan dilanjutkan oleh Raja Hyegong sampai selesai tahun 771.[2]
Suara yang dihasilkan
Genta Raja Seongdeok menghasilkan suara yang rendah namun dapat bertahan selama 3 menit, durasi yang terlama di dunia. Pada malam hari, dentang lonceng dapat merambat sejauh 3 km.
Dalam Bahasa Silla, Emille bermakna "ibu".[3] Menurut legenda, genta tidak berbunyi ketika pertama kali diselesaikan. Pendeta kepala memerintahkan agar genta dilelehkan kembali dan menurut mimpinya, ia melempar seorang anak ke dalamnya.[3] Ketika genta selesai, suaranya menyerupai tangisan bayi yang mengucapkan "emille".
Keunikan
Untuk membuat genta, diperkirakan memerlukan 27 ton perunggu. Namun, teknik pembuatannya masih menjadi misteri oleh para ilmuwan masa kini.[2] Genta berukuran sama dapat dibuat tanpa kesulitan, tetapi dengan harus bantuan tanur tinggi dan perlengkapan modern.
Genta dengan tinggi 3,75 meter dan berat hampir 19 ton ini digantungkan melalui tangkai besi yang berdiameter 8,5 cm. Pada tahun 1975, saat dipindahkan dari lokasi sebelumnya (Kuil Bongdeok) ke Museum Nasional Gyeongju, sebuah upaya dilakukan untuk mengganti tangkai yang sudah tua dengan yang baru. Namun menjadi cukup sulit, karena cincin di dalam tangkai untuk menggantung hanya berdiameter 9 cm.
Berdasarkan teori, tangkai tersebut setidaknya harus berdiameter 15 cm untuk dapat menahan berat genta. Analisis ini menunjukkan keterampilan tinggi orang Silla yang tak bisa dipahami. Mereka diduga menempa banyak lapisan aloimetal berukuran tipis menjadi massa padat berbentuk silinder untuk membuatnya menjadi kuat. Tangkai asli dikembalikan dan masih bertahan untuk menggantung genta sampai kini.