Front Mahasiswa NasionalBendera FMN |
Singkatan | FMN |
---|
Tanggal pendirian | 18 Mei 2003 |
---|
Tipe | Organisasi mahasiswa ekstrakampus |
---|
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
---|
Ketua Umum PP FMN | L. Muhammad Rizaldy |
---|
Front Mahasiswa Nasional (disingkat FMN) adalah organisasi eksternal mahasiswa yang terdapat hampir di seluruh Indonesia. FMN berdiri pada 18 Mei 2003 di Jakarta. FMN merupakan organisasi mahasiswa yang "antiimperialis, antifeodalisme, dan anti-kapitalis birokrat".[1] FMN sebagai organisasi eksternal mahasiswa di perguruan tinggi, yang mempunyai peran dalam memperjuangkan kebudayaan yang maju, yakni mewujudkan pendidikan yang ilmiah, demokratis, dan mengabdi kepada rakyat. FMN lahir melalui dialektika panjang dalam perjuangannya.[2][1][3][4][5]
Sejarah
Gerakan mahasiswa sering menjadi pelopor perjuangan di suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena mahasiswa adalah golongan militan, patriotik dan demokratik yang mempunyai ciri-ciri khusus mobilitas tinggi, aktif dan dinamis dan cinta perubahan. Sejak masa pra kemerdekaan sampai dengan penumbangan gerakan reformasi, gerakan mahasiswa telah konsisten dalam menunjukkan keikutsertaan mewarnai perubahan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda di era kebangkitan nasional seperti organisasi Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia dan kelompok-kelompok diskusi serta gerakan pro demokrasi.[6]
Akhir tahun 80-an, setelah kelompok studi tidak mampu lagi menjadi wadah yang efektif untuk memperjuangkan kepentingan mahasiswa dan melawan pemerintahan orde baru, para mahasiswa yang berpikir patriotis dan demokratis kemudian mentransformasikan bentuk organisasinya dan berhimpun dalam wadah serikat-serikat mahasiswa. Akhir tahun 80-an hingga awal tahun 90-an adalah masa dimana serikat-serikat mahasiswa muncul sebagai alternatif bentuk organisasi yang maju pada waktu itu.[7]
Pada tahun 1997 di Bandung, berkumpul perwakilan komite aksi mahasiswa dari lima kota, yaitu dari Bandung, Yogyakarta, Malang, Jombang dan Surabaya. Dari lima kota inilah, kemudian lahir kesepakatan untuk membentuk sebuah jaringan nasional gerakan mahasiswa yang kemudian disebut dengan Forum Mahasiswa Nasional (FMN). Ditunjuk Zulkarnaen dari Bandung sebagai koordinator FMN. Pada masa ini FMN secara hakekat masih sebatas jaringan antar kota. Masih sebatas forum komunikasi. Belum mempunyai kesamaan garis politik. Selain itu, kepemimpinan organisasi yang dibentuk masih bersifat Pokja (Kelompok Kerja) yang memimpin di kota-kota sampai yang aktif terlibat menjatuhkan rezim Orde Baru. Kota-kota masih menggunakan garis politik masing-masing. Masih menggunakan identitasnya sendiri-sendiri. Dengan demikian, komite-komite aksi yang tergabung dalam jaringan FMN telah berperan aktif dalam membuka arus demokratisasi di era Soeharto.[2][1]
Pada November 2002 di Solo, diadakan Workshop Pembangunan Organisasi Nasional yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan kota FMN, yaitu Padang, Palembang, Lampung, Bandung, Yogyakarta, Purwokerto, Malang, Surabaya, Jombang, dan Mataram. Workshop diadakan di tengah keinginan yang semakin kuat untuk membangun organisasi massa berskala nasional yang memiliki kepemimpinan dan garis perjuangan yang tegas.[2][1]
Kongres Pendirian atau Founding Kongres FMN tanggal 18 Mei 2003, di Balai Rakyat Utan Kayu Jakarta yang merupakan satu tonggak kemajuan gagasan, dimana semangat perjuangan nasional mulai dipatri dalam diri anggota-anggota FMN.[8] Tidak ada lagi perjuangan yang bersifat berjejaring dan terpecah-pecah. Seluruh komponen organisasi menyadari bahwasanya perjuangan mahasiswa skala nasional adalah kunci atas jawaban dari kebuntuan pergerakan mahasiswa selama itu. Kolektif Komite Pusat FMN telah mengakhiri sekian banyak konsolidasi organisasi menjadi satu titik puncak, yaitu dideklarasikanya FMN sebagai organisasi massa mahasiswa yang bersifat terbuka bagi seluruh massa mahasiswa Indonesia.
Pada Founding Kongres itulah, semua level organisasi dilebur dalam satu identitas Front Mahasiswa Nasional, tidak ada lagi Forum Mahasiswa Nasional, tidak ada lagi FMKR Palembang, SMBL di Lampung, FIM Bandung, KIBLAT Yogya, KMPR Jombang, SMPR Surabaya, SAMUDRA Malang, maupun FKMM di Mataram. Semua menggunakan satu identitas organisasi dan berada di bawah kepemimpinan yang sama, yaitu Komite Pimpinan Pusat FMN.[2][1]
Dideklarasikannya FMN sebagai ormas skala nasional, berarti pula merubah bentuk organisasi serta langgam organisasi.Tidak lagi menggunakan langgam semi legal seperti yang dulu pernah digunakan. Sejak Founding Kongres FMN, yang ada adalah bertemunya program perjuangan FMN dengan organisasi yang lainnya, yaitu program FMN untuk menarik dukungan dari sebanyak-banyaknya organisasi ataupun individu dalam perjuangannya, serta program solidaritas atau dukungan terhadap perjuangan rakyat, dari mulai buruh, petani, kaum miskin kota, perempuan, dan rakyat tertindas lainnya di Indonesia.[2][1]
Hingga saat ini, FMN telah menggelar 5 kali Kongres yang merupakan forum tertinggi dalam organisasi. Kongres I diselenggarakan pada 2004 di Kota Metro Bandar Lampung. Sementara itu, Kongres II FMN dilaksanakan di Kota Bandung pada tahun 2006. FMN kembali menyelenggarakan Kongres III nya pada tahun 2009 di Kota Mataram, NTB. Selanjutnya, pada tahun 2014 di Jakarta FMN kembali menyelenggarakan Kongres-nya yang ke 4. Lalu, pada tahun 2017 FMN menyelenggarakan Kongres V di Yogyakarta.[1][4]
Kongres V dilaksanakan di Yogyakarta pada 8-15 Maret 2017 dengan tema “Perkuat dan Perluas Organisasi untuk Memajukan Perjuangan Massa demi Mewujudkan Pendidikan yang Ilmiah, Demokratis, dan Mengabdi Kepada Rakyat“. Kongres V ini memilih Sympathi Dimas Rafi’I sebagai ketua, dan Badarudin sebagai Sekretaris Jenderal.
Pasca Kongres V, terdapat keadaan luar biasa yang mengancam keberlangsungan FMN baik secara politik maupun organisasi. Kemunduran ini dimulai sejak pandemi Covid-19 yang membuat rencana kongres VI pada 2019 harus ditunda. Di saat yang bersamaan, kolektif PP dan DPP FMN berangsur-angsur lulus dari status kemahasiswaannya, fokus menjadi professional, atau telah bekerja di sektor lainnya. FMN kehilangan kepemimpinan secara nasional, kembali menjadi jaringan-jaringan antar kota. Kondisi FMN di berbagai daerah terus merosot, tanpa asistensi maupun monitoring. Sejak 2020-2023 telah banyak aspirasi penyelenggaraan kongres VI dari berbagai cabang dan ranting, namun Pimpinan Pusat yang tersisa satu orang, tak mampu memenuhi aspirasi tersebut.
Untuk merangkum, menilai, dan merespon situasi luar biasa ini, pada 28-29 Desember 2023 diadakan Pertemuan Nasional FMN oleh perwakilan Cabang Bandung, Solo, Purwokerto (UMP), Pontianak, Makassar, Palu, Luwuk Banggai, Denpasar, Mataram, Lombok Timur, dan Kupang di kota Mataram. Pertemuan Nasional ini menghasilkan resolusi untuk membentuk Steering Committee Kongres VI (dengan L. M. Rizaldy dari Mataram sebagai Koordinator SC dan Rikmadenda Arya Mustika dari Solo sebagai Sekretaris SC), serta Program Kerja menuju Kongres VI Luar Biasa. Pasca Pertemuan Nasional FMN, berbagai capaian berhasil diraih. Tak kurang dari 1 bulan terbentuknya SC FMN, telah terlaksana RUA di kampus-kampus FMN di Bandung, Denpasar, Solo, Makassar dan Mataram. Terbangun pula komite-komite pembangunan FMN di kampus UNPAD (bandung), di Ternate, Bulukumba, Alor, dan Malang yang sudah hilang sejak lama. FMN pun berhasil mengkonsolidasikan aksi merspon isu pendidikan dalam Pemilu 2024 secara nasional.
27-29 April 2024 adalah puncak gerakan pembetulan FMN, dengan terselenggaranya Kongres VI Luar Biasa FMN di kota Mataram-NTB. Kongres ini berlangsung dengan tema “Betulkan Cara Berpikir dan Cara Bekerja yang Salah, Perhebat Perjuangan Massa Rakyat Demokratis Nasional untuk Memperkuat dan Memperbesar Organisasi”, dan menetapkan 27 anggota dan 17 calon anggota DPP FMN dari 13 Cabang se-Indonesia. Rapat Pleno I DPP FMN pada 30 April 2024 kemudian menetapkan L. M. Rizaldy dari Mataram sebagai Ketua Umum, dan Rikmadenda Arya Mustika dari Solo sebagai Sekretaris Jenderal. Pasca Kongres VI Luar Biasa, FMN mengirimkan 3 delegasi ke Kongres Internasional ke-7 International League of People’s Struggle (ILPS) di Malaysia.
Pada saat ini, diusianya yang sudah menginjak 21 tahun di tahun 2024. FMN sudah tersebar di ratusan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta, seperti di Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Airlangga (UNAIR), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Udayana (UNUD), Universitas Nasional (UNAS), Universitas Sebelas Maret (UNS) dan perguruan tinggi lainnya.[9][10][11][12][13][14][15][16][17]
Referensi
- ^ a b c d e f g "Tentang Front Mahasiswa Nasional". Front Mahasiswa Nasional Ranting Universitas Nasional. 2019-11-21. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-08. Diakses tanggal 2020-10-05. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama ":1" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ a b c d e "Sejarah Singkat Front Mahasiswa Nasional". Front Mahasiswa Nasional Jambi. 2015-03-26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-09. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ "FRONT MAHASISWA NASIONAL (FMN) | Organisasi Massa Mahasiswa Demokratis Nasional Berwatak Patriotis, Demokratis dan Militan". Badan Persiapan Ranting Front Mahasiswa Nasional Universitas Hasanuddin. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-08. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ a b "Profil Front Mahasiswa Nasional (FMN)". Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional. 2012-01-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-22. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ S. Lebe, Christopher (2018-04-05). "Selayang Pandang: Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-09. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ A. Prasetyantoko, Wahyu Indriyo (2001). Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Alumni.
- ^ Widjojo, Muridan (1999). Politik di Indonesia (Gerakan Mahasiswa). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
- ^ Muhlas, Imam (2014). Jalan Baru memecah Kebekuan, Front Mahasiswa Nasional. Bandung: Dian Cipta.
- ^ Ariefana, Pebriansyah (2020-07-10). "2 Mahasiswa Universitas Nasional Kena DO, FMN Demo di Depan Kampus". Suara.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-09. Diakses tanggal 2021-05-09.
- ^ Hantoro, Juli (2019-10-29). "Diskusi Mahasiswa Universitas Udayana Bali Dibubarkan Rektorat". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-05. Diakses tanggal 2021-05-09.
- ^ "Kongres Pendirian Front Mahasiswa Nasional" (PDF). Universitas Indonesia. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-07-26.
- ^ "The Role of The Front Mahasiswa Nasional Through The People Serve Program in Providing Alternative Education to The Community of Medan City". Journal of Environmental and Development Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-08. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ "Front Mahasiswa Nasional (2007-2014)". PATTINGALLOANG | Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-08. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ "Demonstration of National Student Front". PrasetyaOnline. 2008-03-14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-09. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ "Pemuda Sebagai Aktor Dalam Melawan Ideologi Terorisme". Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. 2018-05-28. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-02. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ Prabowo, Okezone (2012-04-05). "Mahasiswa Yogyakarta Tolak RUU PT". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-12. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ Santoso, Bangun (2021-07-28). "Pelajar-Mahasiswa Kehilangan Pendidikan Saat Pandemi, FMN Tuntut Pemerintah Beri Jaminan".