Fla-Flu Derby adalah sebutan untuk persaingan dan permusuhan antara dua klub sepak bolaBrasil, yakni CR Flamengo dan Fluminense FC.[1] Derby kedua klub ini merepresentasikan konflik kelas dalam masyarakatRio de Janeiro.[2] Selain sentimen kelas sosial, pertarungan Flamengo dan Fluminense juga melibatkan masalah etnis dan ras yang sudah ada di Brasil, hal ini membuat persaingan kedua klub semakin keras.[3]
Latar Belakang
Sejak era kolonialisme Portugis di Brasil, kota Rio de Janeiro sudah terkenal sebagai sebuah kota pelabuhan yang besar di Amerika Selatan.[2] Kompleksitas masyarakat Rio de Janeiro secara ekonomi mendorong kesenjangan antara kelas atas dengan kelas pekerja. Selain itu pula karena Brasil merupakan bagian dari koloni Portugal, maka muncul sentimen ras yang turut memperparah konflik sosial di kota terbesar di Brasil itu.[3]
Konflik Kelas
Fluminense yang berdiri pada 1902 memang sejak awal merepresentasikan kelas atas Rio de Janeiro. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari faktor sejarah mereka yang didirikan oleh para bangsawan.[3] Selain itu Fluminense juga memiliki koneksi dengan Inggris, yakni melalui sang pendirinya Oscar Cox.[2] Suporter Fluminense juga kerap menggunakan pakaian mahal saat menyaksikan pertandingan, tujuannya adalah untuk pamer kekayaan.[4]
Sementara itu Flamengo yang berdiri pada 1911 merupakan pecahan dari Fluminense. Konflik internal di Fluminense mendorong 11 pemainnya untuk keluar, salah satunya adalah Alberto Borgerth. Borgeth mengalami friksi dengan manajemen Fluminense dan itu yang kemudian mendorongnya untuk membangun tim sepak bola Flamengo.[4] Meskipun pecahan dari Fluminense, Flamengo dikenal lebih merakyat. Para pemain Flamengo kerap latihan di pantai dan menjadi tontonan bagi masyarakat yang notabene berasal dari kelas bawah.[3]
Sejak perpecahan itu Fluminense menaruh kebencian pada Flamengo, terlebih basis pendukung Flamengo adalah kelas pekerja. Jumlah pendukung Flamengo pun menjadi lebih banyak ketimbang Fluminense, ini karena inklusivitas Flamengo sebagai klub sepak bola.[3] Bahkan Flamengo menjadi salah satu klub terpopuler di Brasil dan jumlah pendukungnya mencapai kurang lebih 39,1 juta orang.[4]
Sentimen Ras
Selain kesenjangan ekonomi, sentimen ras juga ada dalam persaingan Flamengo dan Fluminense. Sebagai sebuah klub yang didirikan oleh bangsawan keturunan Inggris, Fluminense kerap menjadikan pemain kulit putih sebagai ikon klub. Bahkan Fluminense pernah melarang pemain keturunan kulit hitam, Carlos Alberto untuk merepresentasikan tim. Alberto bahkan pernah dipaksa untuk menggunakan tepung beras untuk meredam amarah suporter Fluminense yang rasis.[4] Suporter Fluminense juga menghina suporter Flamengo dengan ungkapan rasial.[2]
Meskipun dihina secara rasial, suporter Flamengo tidak membalasnya. Kebesaran hati pendukung Flamengo itu membuat klub ini semakin populer bagi warga kulit hitam hingga penduduk pribumi di dalam belantara Amazon.[4] Kepopuleran Flamengo bagi warga kelas tertindas turut mendorong klub ini menjadi tidak nasionalis. Bagi suporter Flamengo jersey klub mereka lebih berharga ketimbang jersey tim nasional Brasil.[3]
Kerusuhan
Seperti halnya derby-derby sepak bola lainnya, laga Flamengo melawan Fluminense juga kerap diwarnai kerusuhan, baik di dalam maupun di luar lapangan. Pada 22 Oktober 1916, suporter Fluminense pernah memaksa masuk ke lapangan, hal ini dikarenakan wasit memberikan tiga penalti bagi Flamengo. Kemudian pada 22 September 2005 dalam lanjutan Campeonato Brasileiro Série A, pertandingan Flamengo dan Fluminense dihiasi 15 kartu kuning, yang diantaranya terakumulasi menjadi 3 kartu merah.[3]