Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Elang hitam

Elang hitam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Ictinaetus

Blyth, 1843
Spesies:
I. malayensis
Nama binomial
Ictinaetus malayensis
Temminck, 1822
Sinonim
  • Neopus malayensis
  • Ictinaetus malayensis
  • Aquila pernigra

Elang hitam (Ictinaetus malayensis) adalah sejenis burung pemangsa dari suku Accipitridae, dan satu-satunya anggota genus Ictinaetus. Dinamai demikian karena warna bulunya yang seluruhnya berwarna hitam. Meski ada pula beberapa jenis elang yang lain yang juga berwarna hitam (lihat uraian di bawah).

Identifikasi

Elang hitam dari Carita, Pandeglang, Banten

Burung yang berukuran besar, dengan panjang (dari paruh hingga ujung ekor) sekitar 70-80 cm dengan berat sekitar 100-1600 gram. Sayap dan ekornya panjang, sehingga burung ini tampak sangat besar bilamana terbang dengan rentang sayap sekitar 148–182 cm. Seluruh tubuh berwarna hitam, kecuali kaki dan sera (pangkal paruh) yang berwarna kuning. Sebetulnya terdapat pola pucat di pangkal bulu-bulu primer pada sayap dan garis-garis samar di ekor yang bisa terlihat ketika burung ini terbang melayang, namun umumnya tak begitu mudah teramati.[1] Jantan dan betina berwarna dan berukuran sama.

Sayap terbentang lurus, sedikit membentuk huruf V, dengan pangkal sayap lebih sempit daripada di tengahnya, serta bulu primer yang terdalam membengkok khas, membedakannya dari elang brontok (Spizaetus cirrhatus) bentuk yang hitam. Elang hitam juga sering terbang perlahan, rendah dekat kanopi (atap tajuk) hutan.Bulu Primar lebih menjari.

Terdapat 2 pose terbang, saat gliding (meluncur) dan soaring (mengintai). Saat gliding bulu paling ujung menekuk ke dalam [2], dan saat soaring bulu ini terbentang dan terlihat menyamping.

Bunyi meratap berulang-ulang, biasanya disuarakan sambil terbang tinggi berputar-putar, klii-ki …klii-ki atau hi-li-liiiuw.

Burung remaja berwarna pucat, dengan coret-coret kuning pucat di sisi bawah tubuh dan sayap[2].

Penyebaran dan kebiasaan

Elang hitam tersebar luas mulai dari India, Sri Lanka hingga Asia Tenggara, Sunda Besar, Sulawesi dan Maluku.

Burung ini hidup memencar di dataran rendah, hutan perbukitan hingga wilayah yang bergunung-gunung pada ketinggian sekitar 1.400 m (di Jawa hingga sekitar 3.000 m) dpl.

Memangsa aneka jenis mamalia kecil, kadal, burung dan terutama telur, elang hitam dikenal sebagai burung perampok sarang. Melayang indah, burung ini kerap teramati terbang berpasangan di sisi bukit atau lereng gunung yang berhutan. Dengan tangkas dan mudah elang ini terbang keluar masuk dan di sela-sela tajuk pepohonan.[3] Cakarnya yang tajam terspesialisasi untuk menyambar dan mencengkeram mengsanya dengan efektif.

Sarang berukuran besar terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan yang tersusun tebal, diletakkan pada cabang pohon yang tinggi di hutan yang lebat. Bertelur satu atau dua butir, bulat oval, sekitar 65 x 51 mm, berwarna kuning tua bernoda coklat kemerahan. Di Jawa berbiak pada sekitar bulan Mei.[4]

Status konservasi

Sebagai burung pemangsa, elang hitam menduduki puncak rantai makanan dalam ekosistemnya. Meskipun populasinya masih terbilang banyak, burung ini menyebar terbatas di wilayah-wilayah yang berhutan. Elang hitam dilindungi oleh undang-undang RI.[5] Sedangkan menurut IUCN, burung ini berstatus LC (least concern, berisiko rendah).[6]

Jenis yang serupa

Referensi

  1. ^ MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7. Hal. 95.
  2. ^ a b Robson, Craig (2007). NEW HOLLAND FIELD GUIDE TO THE BIRDS OF SOUTH-EAST ASIA : THAILAND, PENINSULAR MALAYSIA, SINGAPORE, VIETNAM, CAMBODIA, LAOS, MYANMAR. London: New Holland. hlm. 136. 
  3. ^ MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2. Hal. 102.
  4. ^ Hoogerwerf, A. 1949. De Avifauna van de Plantentuin te Buitenzorg. de Koninklijke Plantentuin van Indonesie. Buitenzorg (Bogor). Hal. 22.
  5. ^ Noerdjito, M. dan I. Maryanto. 2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Cet-2. Puslit Biologi LIPI. Bogor. ISBN 979-579-043-9. Hal. 46.
  6. ^ BirdLife International. 2004. Ictinaetus malayensis. In: IUCN 2007. 2007 IUCN Red List of Threatened Species.. Diakses 25/12/2007.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya