Djajus PeteDjajus Pete, seorang pengarang yang nama aslinya adalah Djajus (Lahir di Dempel, Geneng, Ngawi 1 Agustus 1948). Dia menikah dengan sorang wanita dari Bojonegoro ketika lulus smp. Dia dikaruniai 4 orang anak (2 laki-laki, 2 perempuan). Bersama keluarganya dia sekarang tinggal di Desa Tobo, Kecamatan Purwosari, Bojonegoro. Djajus sehari hari bekerja sebagai seorang guru, selain dikenal sebagai pengarang dan guru, dia juga bekerja sebagai wartawan. Tulisan jurnalistiknya sering muncul di harian Surabaya Post. dan mingguan berbahasa jawa Jaya baya. Djajus juga mempunya hobi di bidang lukisan dan fotografi. Karena hobinya ini, profesinya sebagai cerpenis juga tertunjang. Dia sering membuat ilustrator di cerpen cerpennya, seperti "Kakus", "Ing sisihe Bumi Kang Mubeng", dan "Kinanti". Bahkan cerpen karya J.F.X Hoery (Cerpenis dari Padangan, Bojonegoro) diberi ilustrasi olehnya. Selama ini, cerpennya sering dimuat dalam Antologi bersama, di antaranya "Abote Sesanggan" dalam Javanese Literature Since Independece oleh J.J Ras. Riwayat HidupMasa KecilKetika Djajus mulai dewasa, teman temannya mulai memanggil dia dengan sebuah PT/Pete. Dia mendapatkan julukan tersebut karena tubuhnya seperti seorang polis atau tentara. Ketika dia duduk di bangku SD, dia sudah hidup tanpa kedua orang tuanya. Ayahnya yang merupakan seorang petani, berpisah dengan ibunya. Ibu djajus menikah lagi dengan seseorang karwayan perhutani di Bojonegoro dan tinggal disana. PendidikanPada saat itu Djajus menempuh pendidikan SD di Bojonegoro (1961), dan SMP di Bojonegoro (1967). Lulus smp dia melajutkan ke SPG C II. SPG C Ii adalah sekolah guru yang setingkat SGB. Djajus juga pernah mengikuti Kurus Pendidkan Guru (KPG). Setelah dia mengikutinya dia pun diangkat menjadi guru pada tahun 1971. Kemudia pada tahun 1988, Ia mulai mengajar di sebuah SD Negeri yang berada di Kaliombo III, Kecamatan Purwosari. SD ini lebih dikenal dengan nama SD Pamong (Pendidikan Anak Masyarakat Orang Tua dan Guru). Sekolah ini bertujuan untuk mendidik kembali anak anak yang putus sekolah dasar di kelas 4, 5, dan 6. Karya sastraSudikan dkk, mencatat bahwa karya Djajus dalam sastra jawa terdiri atas prosan puisi. Pada awalnya Djajus memang mendalami puisi jawa, tapi kemudian dia tidak lagi melanjutkan pendalamannya terhadap puisi jawa. Dia pernah menerbitkan sebuah puisi yang berjudul "Adikku" dan dimuat dalam sebuah majalah Penjebar Semangat (25 September 1968). Puisi terakhir yang diciptakannya berjudul "Wanita tuna susila'' dan "Kemladhehan", dua puisi tersebut dimuat di Darma Kandha II (Maret 1978). Hal itulah yang membuat Djajus sejak tahun 1980 dan seterusnya tidak lagi menulis geguritan. Ia merasa lebih cocok menulis cerpen dan tidak lagi bisa mendalami puisi. Alasan lainnya, ketika dia menulis cerpen, Dia merasa bisa mengeluarkan pendapatnya dan melebur dalam tulisannya. Selama ini, karya karya Djajus (puisi dan cerpen) banyak dimuat di beberapa majalah, antara lain Dharma Nyata, Darma Kandha, Penjebar Semangat, Jaya Baka, Djaka Lodang, dan Mekar sari. Puisi yang pernah ditulisnya.
Dan ada juga cerpen yang pernah dibuat Djajus, antara lain
Rujukan
|