Demam kuning (dijuluki "Yellow Jack") adalah sebuah penyakit hemoragik virus akut.[1] Virus ini berupa virus RNA sebesar 40 hingga 50 nm dengan sense positif dari famili Flaviviridae.
Virus demam kuning ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina (nyamuk demam kuning, Aedes aegypti, dan spesies lain) dan ditemukan di kawasan tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, namun tidak di Asia.[2] Makhluk hidup yang menjadi inang virus ini hanyalah primata dan beberapa spesies nyamuk. Penyakit ini diyakini berasal dari Afrika, kemudian dari sana diperkenalkan ke Amerika Selatan melalui perdagangan budak pada abad ke-16. Sejak abad ke-17, beberapa epidemi besar penyakit ini tercatat muncul di Amerika, Afrika dan Eropa. Pada abad ke-19, demam kuning dianggap sebagai salah satu penyakit menular paling berbahaya.[3]
Demam kuning terjadi dengan gejala demam, mual dan nyeri; penyakit ini umumnya menghilang setelah beberapa hari. Pada beberapa pasien, fase beracunnya terjadi setelah itu, dan kerusakan hati dengan jaundis (penguningan kulit yang menjadi bakal penamaan penyakit ini) dapat terjadi dan mengakibatkan kematian. Karena kecenderungan perdarahan yang meningkat (diatesis perdarahan), demam kuning termasuk dalam kelompok demam hemoragik. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa demam kuning mengakibatkan 200.000 korban sakit dan 30.000 kematian setiap tahunnya di daerah berpenduduk tanpa vaksin;[4] sekitar 90% infeksi terjadi di Afrika.[5]
Vaksin teraman dan efektif melawan demam kuning sudah ada sejak pertengahan abad ke-20 dan beberapa negara mensyaratkan vaksinasi untuk pelancong.[6] Karena belum ada terapi (antivirus) yang pasti untuk penyakit ini selain penanganan gejala penyakit, program vaksinasi, bersama kebijakan mengurangi populasi nyamuk pengangkut virus (inang), sangat penting bagi daerah-daerah terjangkit. Sejak 1980-an, jumlah kasus demam kuning terus meningkat dan menjadikannya sebagai penyakit yang bangkit kembali.[7]
Catatan kaki
Bacaan lanjutan
Pranala luar