Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Deklarasi Kemanusiaan

Deklarasi Kemanusiaan (人間宣言, Ningen-sengen) adalah reskrip kekaisaran yang dikeluarkan oleh Kaisar Shōwa (Hirohito) sebagai bagian dari pidato Tahun Baru 1 Januari 1946 atas permintaan Komandan Tertinggi Pasukan Sekutu. Dalam reskrip yang disesuaikan dengan Sumpah Lima Pasal 1868, Kaisar menolak konsep dirinya sebagai dewa yang hidup. Reskrip ini menjadi penyebab dirumuskannya konstitusi baru yang menyatakan bahwa Kaisar adalah "siimbol Negara dan persatuan rakyat.”[1]

Reskrip ini tidak diberi judul secara resmi. Selain judul populernya, “Deklarasi Kemanusiaan" atau “Ningen-sengen”, naskah ini juga dikenal dengan nama Reskrip Kekaisaran tentang Pembangunan Jepang Baru (新日本建設に関する詔書, Shin Nippon Kensetsu ni Kan suru Shōsho) dan Reskrip Kekaisaran tentang Revitalisasi Nasional (年頭、国運振興の詔書, Nentō, Kokuun Shinkō no Shōsho).

Deklarasi

Pembacaan reskrip ini merupakan salah satu aktivitas terakhir Hirohito sebagai pemimpin kekaisaran. Komandan Tertinggi Pasukan Sekutu dan dunia Barat memberi perhatian besar terhadap kalimat menjelang berakhirnya reskrip:

朕ト爾等國民トノ間ノ紐帯ハ、終始相互ノ信頼ト敬愛トニ依リテ結バレ、單ナル神話ト傳説トニ依リテ生ゼルモノニ非ズ。天皇ヲ以テ現御神トシ、且日本國民ヲ以テ他ノ民族ニ優越セル民族ニシテ、延テ世界ヲ支配スベキ運命ヲ有ストノ架空ナル觀念ニ基クモノニモ非ズ。
Hubungan antara Kami dan rakyat Kami selalu didasarkan pada kepercayaan dan kecintaan bersama. Hubungan ini tidak didasarkan pada legenda dan mitos belaka. Hubungan tersebut tidak dibangun berdasarkan anggapan keliru bahwa Kaisar adalah dewa, dan bahwa bangsa Jepang lebih superior daripada ras lain dan ditakdirkan untuk menguasai dunia.

Lihat pula

Catatan kaki

Referensi

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya