Daun wangi (Melaleuca bracteata) adalah salah satu tumbuhan Indonesia yang bermanfaat. Tanaman ini juga tumbuh di Australia.
Deskripsi
Semak tinggi atau pohon kecil dari 2–5 meter. Satu referensi menyebut dia tingginya mencapai 12 m.[1][3] Tanaman mirip pinus atau cemara ini, kadang kala dengan banyak batang yang muncul dari bawah, banyak bercabang-cabang, dengan pepagan keabu-abuan, kasar, memecah; ranting-ranting muda dan daun berambut balig, kelak menjadi lokos. Daunnya tunggal, pangkal runcing, tepi rata, warnanya hijau-keputihan. Daunnya mengumpul di ujungan ranting, tersebar, agak kaku, tak bertangkai, ukurannya 4–8 (jarang 10) mm × lebih kurangnya 1,5 mm, tulang daunnya 3–4, dengan permukaannya itu tampak bintik kelenjar, kadang samar. Perbungaannya majemuk, tumbuh di ketiak daun, dan warnanya putih. Tabung kelopak bentuk silinder pendek, lk. 2 mm panjang dan lebarnya, berambut balig sisi luarnya; taju kelopak bundar telur berujung runcing atau kurang lebih menyegitiga, terkadang meluncip pendek, lk 1 mm panjang dan lebarnya, berambut balig sisi luarnya, lokos sisi dalamnya, lama tidak rontok. Mahkota bunga bundar telur lebar, cekung, tidak berkuku, ± 2 × 1,5 mm; tangkai sari kuning pucat, berkuku 2–3 mm, dengan 15–25 kepala sari sepanjang 2–3 mm yang terbit dari tengah dan tersusun dalam dua jalur di ujungnya; tangkai putik lk sepanjang 7 mm, tidak membesar di ujungnya, kepala putik di ujung, datar.[1][3]
Buahnya kotak, bentuknya lonceng. Diameternya ± 6–7 mm, bijinya kecil, dan berwarna cokelat.[3] Buahnya bulat hingga silindris pendek, pangkalnya membulat ujungnya terpotong, panjang hingga 2–2,5 mm, garis tengah antara 2,5–3 mm, dimahkotai oleh (bekas) taju kelopak, atau, pada buah yang tua, sisa tabung kelopak yang mengayu. Akarnya tunggang.[1]
Persebaran & habitat
Referensi Australia menyebut bahwa tanaman ini ada di Australia Barat, Teritorial Utara, Queensland, New South Wales, dan Australia Selatan.[1] Referensi Indonesia menyebut ± 1–1500 mdpl. Di Jakarta dan Bogor, ia dapat tumbuh dari 10–250 mdpl. Tapi tak sebaik manakala yang tumbuh di Lembang (Bandung), dan Gunung Putri di Cianjur yang tingginya pada 600–1500 mdpl. Tumbuh di sepanjang sungai, danau, dan rawa.[4]
Daun wangi dapat dikembangbiakkan dengan biji yang telah matang, atau secara vegetatif, yaitu dengan cara cangkok pada batang primer atau sekunder.[3]
Kegunaan
Di Australia, tanaman ini dipakai untuk membuat sampo, sabun, dan parfum. Di Indonesia, minyak asirinya dipakaikan sebagai atraktan nabati untuk mengendalikan hama lalat buah.[4] Bijinya ini kecil, dan ada pada kapsul-kapsul bunganya. Manakala tanaman ini dipangkas, muncul ranting-ranting baru mirip teh. Bagian utamanya, yaitu metil eugenol (C12H14O2), adalah atraktan bagi lalat buah. Rendaman daunnya hanya 1–2%. Bahan aktifnya berasal daripada penyulingan daun, lalu ada eugenol sebanyak 5% dan 2% komponen tak teridentifikasi.[4] Selain itu pula, tanaman ini juga baik untuk penghijauan lingkungan, penahan erosi, hidup di tepi sungai, tepi jalan, tepi bukit, dan tanaman hias di pekarangan rumah. Lalat buah yang biasa terpikat dengan tanaman ini ialah spesies Bactotera dorsalis.[3]
Pengaplikasiannya dapat bisa dipakai dengan jalan penyulingan, lalu dimasukkan ke botol demi memikat lalat buah. Bisa juga dengan cara mencampurkan air secara langsung, dengan sabun colek, dalam botol, lalu didiamkan sehari semalam, baru dapat diaplikasikan. Atraktan jenis ini dapat bertahan 5–6 hari, dan sekuat atraktan dari kimia sintetis. Apalagi tanaman ini dapat mencapai puluhan tahun, dan dipanen tiap 4–6 bulan sekali.[3]
Referensi