Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Cobaan dalam Islam

Cobaan dalam Islam merupakan bentuk ujian yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Salah satu bentuk cobaan dalam Islam ialah musibah. Tingkatan cobaan dalam Islam diterima sesuai dengan tingkat kesalehan individu. Pemberian cobaan oleh Allah kepada manusia merupakan bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Adanya cobaan dalam Islam diyakini dapat melatih kesabaran dan merupakan salah satu cara penghapusan segala dosa pada orang yang menerima cobaan. Beberapa jenis cobaan juga menjadi hujjah bagi manusia di hari kiamat.

Bentuk

Musibah

Dalam ajaran Islam, musibah diberikan kepada orang yang kafir maupun orang yang beriman. Musibah merupakan cobaan dan ujian dalam pandangan mukmin. Sedangkan bagi orang kafir, musibah dianggap sebagai siksa dan azab.[1]

Penerima

Cobaan dalam Islam diterima oleh setiap individu manusia, termasuk para nabi dan rasul. Dalam Surah Al-Anbiya' ayat 35, Allah menyebutkan bahwa setiap yang berjiwa akan merasakan kematian dan memperoleh cobaan yang sejati. Cobaan ini berbentuk kebaikan dan keburukan.[2]

Tingkatan

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, disebutkan bahwa cobaan itu memiliki tingkatan. Cobaan terberat dialami oleh para nabi. Kemudian cobaan yang lebih ringan dari cobaan para nabi dialami oleh orang-orang saleh. Cobaan-cobaan yang lebih ringan berikutnya ditimpakan kepada orang-orang baik dan seterusnya. Sementara dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa tingkatan cobaan yang diterima seseorang disesuaikan dengan kadar agamanya. Semakin kuat keagamaan seseorang, maka semakin bertambah cobaan yang diterimanya.[3]

Makna

Cobaan dalam Islam bukan merupakan bentuk penghinaan atau perendahan diri manusia. Adanya cobaan merupakan bentuk kecintaan Allah kepada manusia sebagai hamba-Nya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi disebutkan bahwa Allah menguji suatu kaum apabila telah dicintai-Nya.[4]

Manfaat

Melatih kesabaran

Orang-orang yang beriman akan sabar dalam menghadapi segala kesukaran hidupnya. Karena dirinya telah mengetahui bahwa tiap kesukaran yang dialaminya merupakan bentuk cobaan dari Allah kepada para hamba-Nya. Orang-orang beriman akan tetap bersabar meskipun menerima cobaan yang memiliki tingkatan bahaya yang besar.[5]

Penghapusan segala dosa

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzi disebutkan bahwa para nabi merupakan orang-orang yang paling banyak menerima cobaan dari Allah. Lalu Muhammad menjelaskan bahwa ujian bagi seseorang selalu sesuai dengan kadar keagamaannya. Jika agamanya lemah, maka ujiannya ringan. Jika agamanya kuat, maka ujiannya berat. Akhir hadis ini menyatakan bahwa ujian dan cobaan terus dihadapi oleh manusia di Bumi dengan tujuan membersihkan dirinya dari segala dosa.[6]

Hujjah hari kiamat

Allah telah menjadikan empat orang nabi sebagai hujjah atas 4 macam cobaan. Hujjah ini disampaikan pada hari kiamat. Keempat cobaan tersebut yaitu kekayaan, status budak, kefakiran dan penyakit. Hujjah untuk kekayaan diberikan kepada Nabi Sulaiman. Hujjah untuk status budak diberikan kepada Nabi Yusuf. Hujjah untuk kefakiran diberikan kepada Nabi Isa. Sedangkan hujjah untuk penyakit diberikan kepada Nabi Ayyub. Hujjah ini disampaikan bagi orang-orang yang menyatakan dirinya terhalangi beribadah kepada Allah karena cobaan yang dialaminya.[4]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Asy-Sya'rawi 2007, hlm. 483.
  2. ^ Robiansyah 2020, hlm. 1.
  3. ^ Robiansyah 2020, hlm. 2.
  4. ^ a b Buhairi, Muhammad Abdul Athi (2012). Taman, M., dan Yasir, M., ed. Tafsir Ayat-Ayat Yā Ayyuhal-ladzīna Āmanū. Diterjemahkan oleh Kasdi, A., dan Farida, U. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 35. ISBN 978-979-592-593-4. 
  5. ^ Fachrunnisa, Olivia, ed. (2022). Menyiapkan Generasi Khaira Ummah Emas 2045: Pendekatan Islamic Human Resources Management (PDF). Semarang: Unnisula Press. hlm. 102. ISBN 978-623-6264-44-7. 
  6. ^ Asy-Sya'rawi 2007, hlm. 479.

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya