Charles Maurras lahir dengan nama lengkap Charles-Marie-Photius Maurras (20 April 1868 - 16 November 1952) adalah seorang penulis, intelektual, dan politisi dari organisasi nasionalis radikal bernama Action Française, sebuah organisasi berhaluan kanan jauh, yang bahkan cenderung menganut fasisme dan rasisme.[1][2][3][4][5]
Pada 1891, Maurras pergi ke Paris dan membangun sebuah organisasi perkumpulan penulis muda bersama kawannya yang bernama Jean Moréas yang dikenal dengan nama école romane, kelompok ini menyukai karya-karya klasik era-kerajaan yang diangagp sebagai suatu karakter yang emosional dari suatu masa.[1]
Pada dasarnya pemikiran Charles Maurras berasal dari ide-ide konservativismeradikalPrancis, yang lahir pada akhir Abad 19, terutama setelah kekalahan Prancis dari Prussia pada Perang Franco-Prussia pada 1870 -1871. Pada masa ini, Prancis mengalami kemunduran dari sebuah bangsa yang mempu menaklukkan separuh Eropa dibawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte pada satu abad sebelumnya, berubah menjadi negara yang terus menerus kalah dan terdesak oleh negara-negara yang pernah mereka kalahkan, khususnya Bangsa Jerman dan Bangsa Inggris.[3][7]
Kemunduran Prancis menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk ide-ide radikal tumbuh, khususnya nasionalisme. Intelektual sayap kanan kemudian mulai membangun pemikiran yang berasal dari semangat integralisme dan nasionalismereaksioner yang bercampur dengan militerisme. Prancis mulai mengingat kembali kejayaan-kejayaan masa lalu mereka, seperti masa Kerajaan Prancis dibawah Dinasti Bourbon dan menistakan Napoleon Bonaparte dan Revolusi Prancis. Mereka juga memuja seorang pahlawan perempuan Prancis pada abad pertengahan, yaitu Joan of Arc yang kemudian dijadikan simbol dari perjuangan Bangsa Prancis dalam menghadapi invasi asing, khususnya Inggris. Selain itu, konserativisme radikal Prancis juga mengadopsi nilai-nilai religius, khususnya Katholik, hal ini juga membedakan Prancis dengan gerakan konservatif lainnya di dunia. Namun, tetap yang pasti mereka menolak demokrasi dan menekankan pada aspek homogenitas kebangsaan.[7]
Charles Maurras kemudian mengadopsi dan mengaktualisasikan ide-ide konservatif radikal ini dalam organisasinya, Action Française. Charles Maurras percaya bahwa Prancis adalah yang murni adalah Prancis sebelum Revolusi Prancis, Charles Maurras dan para intelektual kanan jauh lainnya melihat bahwa, Prancis telah menjadi negara yang semakin korup, dekaden, dan lemah, terutama dalam hubungan dengan Jerman dan Inggris yang dianggap sebagai bangsa inferior.[8]
Terutama sekali ideologi yang paling dibenci oleh Maurras adalah demokrasi. Maurras melihat demokrasi adalah sumber dari semua ideologi sayap kiri yang merusak dan menyusahkan Prancis, itu karena demokrasi telah membuat Prancis turun dari peringkat satu sebagai negara kolonial menjadi negara nomor dua setelah Inggris pada Abad 18. Kebencian Maurras terhadap demokrasi bahkan melebihi kebenciannya terhadap anarkisme, karena menurutnya demokrasi hanyalah bentuk pemerintahan yang mubazir, terlalu banyak pembicaraan, terlalu banyak politik dan konflik kepentingan elite yang menguras tenaga, waktu, dan biaya sehingga menelantarkan kepentingan rakyat dan negara Prancis. Menurut Maurras pula, demokrasi hanya membawakan ketidakpastian, karena negara hanya dijadikan objek ketamakan dan penghisapan oleh elite politik, baik individu maupun kelompok. Selain itu, Maurras juga mengatakan bahwa, demokrasi adalah paham yang membawa kepada sistem pemerintahan yang dipimpin oleh pembual dan mendorong terjadinya disintegrasi nasional, karenanya bagi Maurras, demokrasi harus dihancurkan.[10]
Menawarkan Monarki
Kebencian Maurras terhadap demokrasi dan sistem pemerintahan republik Prancis kemudian membuatnya memberikan alternatif lain, yaitu mengembalikan monarkisme. Maurras ingin sekali mengembalikan Dinasti Bourbon Prancis yang dianggapnya sebagai rezim paling kuat di Prancis, karena berhasil membuat banyak negara takluk, seperti Spanyol dan Italia dibawah kuasa Prancis, oleh karena itu bagi Maurras hanya Dinasti Bourbon yang mampu memulihkan kebesaran Prancis.[11]
Maurras juga mengusulkan agar semua struktur yang dibuat oleh demokrasi ataupun lembaga perwakilan lainnya yang merupakan hasil Revolusi Prancis, seperti Majelis Nasional Prancis untuk dibubarkan, dan hanya Raja Prancis saja yang berhak untuk mewakili seluruh Prancis, karena bagi Maurras, Raja adalah simbol untuk menekan keegoisan individu dan kelompok yang lahir dari sistem demokrasi.[11]
Namun, yang unik dari pemikiran Maurras tentang sistem monarki yang ditawarkannya adalah adanya rekrutmen bangsawan. Jadi, Maurras selain mengakui aristokrasi, ia juga ingin agar orang biasa bisa menjadi bangsawan, caranya adalah dengan meminta kerajaan untuk merekrut anggota masyarakat jajaran elite dari Korps Pegawai dan juga profesi lainnya. Untuk menyeleksi siapa-siapa saja yang berhak untuk direkrut menjadi bangsawan, maka Maurras menawarkan sebuah sistem gilda – berbeda dengan sistem sosialisme gilda – dan juga korporasi. Menurut Maurras, sistem korporasi negara yang dibuatnya itu sebagai bentuk untuk menghindarkan terjadinya konflik kelas dan kekacauannya yang disebabkannya, oleh karenanya korporasi terbentuk sesuai dengan setiap profesi yang ada, dan dari setiap profesi itu kemudian menjadi perwakilan dari majelis penasihat raja untuk menggantikan Majelis Nasional Prancis.[12]
Negara dan Gereja
Selain ingin mengembalikan kekuasaan monarkisme, Maurras juga ingin Gereja Katholik dikembalikan sebagai bagian dari ‘esensi Prancis sejati’, meskipun sebenarnya Maurras sendiri bukan Katholik yang saleh. Maurras melihat Katholikisme sebagai bentuk keaslian agama di Prancis, ia melihat hanya Katholik-lah agama yang asli bagi Prancis, bukan Yahudi ataupun Protestanisme, oleh karenanya Maurras menolak keberadaan Yahudi dan Kristen Protestan di Prancis.[13]
Keinginan Maurras dalam konsepsinya tentang mengembalikan hak politik Gereja Katholik dikarenakan ia melihat bahwa, Katholik mampu mengkonsepsikan tentang ajaran Tuhan secara baik. Selain itu, maurras juga berpendapat bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan untuk suatu konflik dan permusuhan, tetapi konflik itulah yang menjadikannya teratur.[13]
Mendirikan Action Française
Untuk mengaktualisasikan pemikiran politiknya, Charles Maurras kemudian mendirikan sebuah organisasi – lebih tepatnya sebenarnya gerakan – yaitu, Action Française. Organisasi gerakan ini berlangsung dari 1899 sampai 1944. Meski bukan partai politik, tetapi Action Française banyak memiliki pengaruh selama periode itu, bahkan dalam Perang Dunia II.[5][14][15]
Action Française bukanlah partai politik karena ia tidak mencalonkan seorang kadernya untuk menjadi anggota parlemen – itu karena Maurras membenci parlemen. Tetapi Action Française memiliki keanggaotaan, pedoman organisasi, hingga surat kabar sendiri L’Action Française. Dalam gerakannya itu Maurras semakin intens menyerang elite politik lain, bahkan terkadang juga menyindir Kepausan dan Bourbon yang gila takhta, meksipun ia lebih suka monarkisme daripada republikanisme.[13]
Action Française juga memiliki sayap pemuda yang militan dan setia pada sosok Charles Maurras. Sayap pemuda organisasi ini tidak segan melakukan aksi penggrebekan terhadap pertemuan-pertemuan kelompok sayap kiri hingga mengancam perbuatan sosial yang dianggap menyimpang, seperti homoseksual. Karena aksi-aksinya yang reaksioner, radikal, dan fanatik terhadap nasionalisme, Maurras dan organisasinya dicap sebagai fasis.[16]
Pendudukan Jerman Nazi
Maurras dan Action Française mendukung pendudukan Jerman Nazi di Prancis yang kemudian mendirikan negara boneka Prancis Vichy yang dipimpin oleh Marsekal Petain. Meskipun sebenarnya Maurras membenci melihat pendudukan Jerman Nazi atas Prancis, tetapi di sisi lain, Maurras senang dengan hancurnya Republik Prancis pimpinan Charles de Gaulle. Selain itu, Maurras juga bersimpati pada ajaran antisemitsme dari Adolf Hitler. Sepertinya Maurras melihat pendudukan Jerman atas Prancis dari dua sisi secara bersamaan.[17]
Kematian
Pada 1945, setelah Perang Dunia II yang menghasilkan kekalahan bagi Blok Poros, Prancis Vichy juga dibubarkan, para kolaborator Jerman Nazi juga ditangkap, termasuk Charles Maurras. Namun, Maurras ditangkap bukan karena tuduhan kolaborator, melainkan karena korupsi. Charles Maurras sendiri wafat pada 1952, dengan kondisi yang sangat percaya diri, ia tidak pernah menyesali pemikirannya yang radikal ataupun tindakannya mendukung Prancis Vichy, meski ia sadar mendukung Jerman Nazi adalah sebuah blunder bagi Action Française, karena organisasinya ini – dan semua organisasi kanan jauh lainnya – kemudian terdiskreditkan dalam politik Prancis di kemudian hari.[17]