Bentos merupakan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas atau di bawah dasar laut atau pada wilayah yang disebut lubuk (benthic zone) maupun dasar daerah tepian.[1]Bentos berbeda dengan plankton yang hidup mengambang bebas di air.[2]
Beberapa organisme bentik bahkan belum sepenuhnya dipahami sehingga penelitian terus berlangsung untuk mengungkap rahasianya. Semua organisme di dunia tergantung pada organisme bentik untuk bertahan hidup. Organisme ini mengkonsumsi bangkai hewan yang tenggelam ke dasar laut, mengeluarkannya sebagai kotoran, yang kemudian larut menjadi nutrisi yang akan dibawa kembali ke permukaan dan dipergunakan oleh organisme lain.[2]
Dengan cara ini, karbon tidak hanya tinggal di dasar laut, melainkan dikembalikan ke dalam siklus kehidupan. Tanpa benthos, selama jutaan tahun semua karbon akan tetap tinggal di dasar laut dan tidak bisa dimanfaatkan oleh organisme hidup lain.[2]
Selain bentos makroskopik, terdapat pula bentos mikroskopis yang juga melimpah, seperti beruang air (tardigrade), nematoda (hewan multiseluler yang paling berlimpah di bumi), krustasea kecil seperti copepoda, foraminifera (protista umum), diatom, serta berbagai macam amoeba, ciliata, dan flagelata. Karena cahaya matahari cenderung tidak sampai di dasar laut, dan hampir tidak terdapat cahaya pada kedalaman lebih dari 200 m, makanan utama bentos berasal dari hewan dan tumbuhan mati yang jatuh dari atas, alih-alih melakukan fotosintesis aktif.[2]
Beberapa bentos mampu hidup di dekat pantai, bahkan di daerah pasang surut, di mana mereka dapat bertahan hidup di luar air selama berjam-jam berkat adaptasi khusus. Lainnya, seperti teripang, mampu hidup di kedalaman laut dan di bagian tergelap lautan. Bentos laut dalam termasuk dalam organisme luar biasa, seperti anemon laut raksasa yang berukuran hingga 2 m, dan isopoda raksasa yang berukuran sebesar kucing.[2]