Kecamatan ini terletak sekitar 75 km dari kota Padang arah ke selatan, yaitu sesudah kecamatan Koto XI Tarusan dari arah kota Padang menuju kota Painan.
Berdasarkan Tambo Adat Nagari Bayang Nan Tujuh, nenek moyang orang Bayang berasal dari 3 nagari di Kubuang Tigo Baleh atau Solok sekarang yaitu: Kinari, Muaro Paneh dan Koto Anau. Mereka datang setelah nenek moyang orang Koto XI Tarusan dari nagari Guguk, Solok menempati lembah di sekitar Sungai Batang Tarusan. Peristiwa hijrah ini terjadi sekitar pertengahan abad 16.
Sejarah
Di era Hindia Belanda (hingga pertengahan abad 20), distrik Bayang terdiri dari dua nagari saja yaitu Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan Salapan. Koto Nan Salapan sekarang menjadi kecamatan sendiri yaitu kecamatan IV Nagari Bayang Utara. Sementara Bayang Nan Tujuh menjadi kecamatan Bayang, dimekarkan menjadi beberapa nagari.
Masyarakat Bayang pernah terlibat dalam perang melawan Pemerintah Hindia Belanda selama lebih kurang satu abad yaitu dimulai pada tahun 1663 sampai 1771.
Pada tahun 1915, pemuka adat nagari Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan Salapan (sebelum menjadi kecamatan Bayang) mengadakan rapat di Koto Berapak dan Pulut-pulut merumuskan tambo (sejarah dan adat) Nagari Bayang yang menyatakan bahwa nenek moyang masyarakat Bayang dan cabang-cabangnya (Lumpo dan Salido) berasal dari tiga nagari di Kubuang Tigo Baleh (Solok sekarang) yaitu Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau. Mereka migrasi sesudah kedatangan nenek moyang masyarakat XI Koto Tarusan di sebelah utara, di balik bukit Bayang.
Nama nagari Bayang diilhami dari peristiwa migrasinya orang Muaro Paneh ke lembah Bayang. Ketika para leluhur tersebut melihat dari sebuah bukit yang dikenal dengan nama Bukit Karang Caliak ke lembah Bayang, maka tampaklah di kejauhan seperti padi yang sedang menguning yang ternyata itu yang dilihat adalah rumput ilalang yang sudah hangus oleh kemarau. Maka dari kata "tabayang" (terbayang) padi menguning itulah diambil nama Nagari Bayang.
Jadi kuat dugaan, bahwa migrasi besar-besaran itu terjadi pada musim kemarau panjang jauh sebelum abad 20 (tepatnya pada tahun 1915 ketika Tambo Adat Bayang Nan Tujuh dirumuskan dan dituliskan).
Di kecamatan Bayang telah terjadi pemekaran nagari menjadi 17 (tujuh belas nagari) khususnya di Nagari Talaok, sekarang telah dimekarkan menjadi 3 nagari yaitu Nagari Kapeh Panji Jaya Talaok, Nagari Aur Begalung Talaok, dan Nagari Talaok. Nagari Talaok sebagai nagari induk, nagari Kapeh Panji Jaya Talaok adalah nagari penghubung beberapa Kampung yaitu Kampung Jambak dengan Kampung Ganting, Kampung Jambak dengan Kambung Apa Jaya dan Kampung Jambak dengan Kampung Lubuk Pasing. Kampung Lubuk Pasing inilah tempat berdirinya Kampus Termegah Pesisir Selatan yang didirikan oleh aktivis Bayang yaitu Buya Afdil Salim,M.Sc.(Alm)yang memiliki gedung 4 tingkat dan lapangan parkir yang sangat luas, dan kampus tersebut diberinama STAI MA BAYANG atau Sekolah Tinggi Agama Islam Madrasah Arabiah Bayang, guna untuk mendidik anak-anak kabupaten Pesisir Selatan khususnya Bayang menjadi khader mubaligh yang beriman kepada Allah SWT.
Sebagian besar masyarakat memiliki sumber mata pencaharian dari bertani, berladang dan sebagai nelayan. Budaya masyarakat pada kecamatan ini tidak jauh berbeda dengan budaya masyarakat di wilayah Minang lainnya.
Daerah ini memiliki potensi wisata bahari, dengan pantai yang indah. Selain itu tempat wisata yang paling terkenal lainnya adalah air terjun (sarasah) Bayang Sani yang dulu dikenal dengan nama 'walakum', konon kabarnya nama walakum itu dari bahasa inggris welcome (selamat datang) yang dibuat Belanda di pintu masuk Bayang Sani tersebut, namun kata welcome oleh penduduk setempat di-eja-nya dengan kata walakum, mungkin ejaan seperti itu biar mudah di ucapkan saja, belakangan ini nama walakum sudah hilang.
Kemudian Jembatan Akar. Jembatan akar ini berada di Pulut-Pulut,yang sekarang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Bayang Utara, jembatan yang terbuat dari akar pohon beringin yang melintasi Sungai Batang Bayang yang lebarnya sekitar +- 10 M, di perkirakan jembatan ini di buat pada tahun 1897. Sayang kondisi akar itu sekarang sudah mulai melapuk dimakan usia, juga sedikit kurang perawatan dari Pemda setempat.
Isu Pembangunan
Yang menjasi isu pembangunan di Kecamatan Bayang sampai saat ini adalah pembangunan jalan tembus Bayang (Pasar Baru) - Alahan Panjang (Solok/Solok Selatan) yang terkendala oleh keberadaan hutan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Jalan tembus ini sudah lama dinantikan masyarakat kedua kabupaten demi kemajuan ekonomi mereka.